Oleh : Yunahar Ilyas
Anshârullah secara harfiah berarti para penolong Allah, seperti dalam firman Allah berikut ini:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تَنصُرُواْ ٱللَّهَ يَنصُرۡكُمۡ وَيُثَبِّتۡ أَقۡدَامَكُمۡ
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Q.S. Muhammad 47:7)
Maksudnya tentu menolong agama Allah, karena Allah sendiri adalah Zat Yang Maha Kuasa tidak butuh pertolongan apapun dari makhluknya. Allah SWT berfirman:
وَمَن جَٰهَدَ فَإِنَّمَا يُجَٰهِدُ لِنَفۡسِهِۦٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ ٱلۡعَٰلَمِينَ
“Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Q. S. Al- ‘Ankabut 29: 6)
Sahabat-sahabat setia Nabi Isa AS yang berjumlah 12 orang itu menjadi contoh untuk orang-orang yang siap sedia menjadi penolong Agama Allah. Oleh sebab itu Allah SWT memerintahkan kepada kita Umat Nabi Muhammad SAW untuk mencontoh mereka. Allah SWT berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُونُوٓاْ أَنصَارَ ٱللَّهِ كَمَا قَالَ عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَ لِلۡحَوَارِيِّۧنَ مَنۡ أَنصَارِيٓ إِلَى ٱللَّهِۖ قَالَ ٱلۡحَوَارِيُّونَ نَحۡنُ أَنصَارُ ٱللَّهِۖ فََٔامَنَت طَّآئِفَةٞ مِّنۢ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ وَكَفَرَت طَّآئِفَةٞۖ فَأَيَّدۡنَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ عَلَىٰ عَدُوِّهِمۡ فَأَصۡبَحُواْ ظَٰهِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa Ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; Maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.” (Q.S. Shaf 61: 14)
Dalam ayat di atas Allah SWT memerintahkan kepada umat Islam untuk meniru sahabat-sahabat setia Nabi Isa AS yang disebut dengan al-Hawâriyyûn. Isa menanyakan kepada sahabat-sahabat setia beliau, siapa yang akan menolongnya dalam menegakkan agama Allah. Dengan mantap, tanpa ragu, sahabat-sahabat setia Isa tersebut menyatakan bahwa merekalah yang akan jadi penolong Nabi Isa dalam menegakkan agama Allah.
Bani Israil terbelah dua, ada yang beriman dan ada yang kufur. Allah menyatakan akan menolong orang-orang yang beriman, terutama dalam menghadapi musuh mereka. Menurut Muhammad Thahir ibn ‘Asyur sebagaimana dikutip M. Quraish Shihab (Tafsir Al-Mishbah 14: 2210). menghadapi musuh tidak selamanya harus dengan berperang melawan mereka, tapi bisa juga dengan tetap tabah menjalankan perintah agama sekalipun mendapatkan gangguan dari musuh sebagaimana yang dialami oleh sahabat-sahabat Nabi Isa AS.
Umat Nabi Muhammad SAW, tatkala masih berada di Makkah, sebelum hijrah ke Madinah, tetap beriman dengan tabah sekalipun banyak mendapat gangguan dari kaum musyrikin Makkah. Pada hakikatnya, dengan bersikap sabar dan tabah menghadapi segala macam tekanan kaum musyrikin pada masa itu, mereka sudah menolong agama Allah.
Dalam perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW, istilah Anshar digunakan untuk penduduk Madinah yang menolong Nabi dan kaum Muhajirin. Waktu Nabi menerima delegasi dari Suku Aus dan Khazraj dari Yatsrib di Mina baik pada peristiwa Aqabah 1 maupun Aqabah 2, Nabi menanyakan kepada pada utusan yang datang dari Yatsrib itu, apakah mereka bersedia menolong Nabi. Mereka menyatakan siap menerima, menolong dan membela Nabi jika beliau hijrah ke Yatsrib. Dari situlah kemudian orang-orang beriman dari Suku Aus dan Khajraj yang sudah bersatu menerima, menerima dan membela Nabi dan para sahabat Muhajirin dari Makkah disebut dengan panggilan al-Anshar.
Kisah Al-Maidah
Maidah adalah meja tempat makanan dihidangkan atau hidangan makanan itu sendiri. Kata ini dijadikan oleh Allah SWT sebagai nama Surat yang kelima dari susunan Mushaf yaitu Surat Al-Maidah. Kisah Al-Maidah adalah bagian dari kisah Nabi Isa AS sebagaimana yang disebutkan dalam ayat 112-114.
Pada suatu hari sahabat-sahabat setia Nabi Isa AS mengajukan permintaan yang aneh kepada Isa. Mereka minta supaya diturunkan hidangan dari langit. Allah SWT berfirman:
إِذۡ قَالَ ٱلۡحَوَارِيُّونَ يَٰعِيسَى ٱبۡنَ مَرۡيَمَ هَلۡ يَسۡتَطِيعُ رَبُّكَ أَن يُنَزِّلَ عَلَيۡنَا مَآئِدَةٗ مِّنَ ٱلسَّمَآءِۖ قَالَ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ
“(ingatlah), ketika Pengikut-pengikut Isa berkata: “Hai Isa putera Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?”. Isa menjawab: “Bertaqwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman”. (Q.S.Al-Maidah 5: 112)
Nabi Isa mengingatkan mereka agar tidak minta yang aneh-aneh, sebab biasanya permintaan yang aneh-aneh atau hal yang luar biasa hanya diajukan oleh orang-orang kafir untuk menguji kenabian seorang utusan Allah SWT atau sekadar untuk menunjukkan kekufuran mereka. Tapi ini permintaan itu diajukan oleh pengikut dan sahabat setia beliau sendiri. Itulah sebabnya Nabi Isa mengingatkan jika mereka memang benar-benar orang yang beriman. Al-Hawâriyyûn menjawab, mereka meminta diturunkan hidangan makanan dari langit bukan karena mereka tidak percaya dengan Isa, tetapi untuk membuat hati mereka lebih tenteram. Allah SWT berfirman:
قَالُواْ نُرِيدُ أَن نَّأۡكُلَ مِنۡهَا وَتَطۡمَئِنَّ قُلُوبُنَا وَنَعۡلَمَ أَن قَدۡ صَدَقۡتَنَا وَنَكُونَ عَلَيۡهَا مِنَ ٱلشَّٰهِدِينَ
“Mereka berkata: “Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu”.(Q.S.Al-Maidah 5: 113)
Ada tiga alasan yang dikemukan kenapa mereka meminta diturunkan hidangan makanan dari langit. Pertama, karena mereka memang ingin menikmatinya. Boleh jadi mereka lapar dan tidak ada makanan. Kedua, supaya hati mereka lebih tenteram. Sama seperti jawaban Nabi Ibrahim AS tatkala meminta kepada Allah bagaimana Dia menghidupkan orang mati. Lalu Allah bertanya apakah engkau belum yakin wahai Ibrahim. Nabi Ibarahim menjawab, tentu saja saya yakin, tetapi untuk lebih tenteram hati saya. Artinya lebih mantap keyakinannya. (lihat Al-Baqarah 260). Ketiga, apabila mereka dapat menyaksikan sendiri dengan mata kepala mereka bagaimana hidangan makanan diturunkan dari langit, maka mereka akan bertambah yakin dengan kebenaran Nabi Isa AS sebagai utusan Tuhan. (bersambung)