Mushlihin
Seorang ibu mertua menggerutu melihat aksi menantunya. Sebab dia mengajak anak semata wayangnya shalat jamaah tanpa memaksa. Sehingga si anak bergeming. Tetap malas dan enggan mendirikan shalat jamaah.
Esoknya, sang ayah berupaya membangunkan tidur anaknya dengan menepuk kakinya. Ia terbangun. Namun dalam keadaan masih ngantuk, buah hatinya bergegas wudlu. Lalu ia shalat sendirian roboh gedang (tanpa tumakninah).
Lusanya, saat anak asyik main handphone sambil nonton tv, ayah mengajak jamaah tiada henti. Putranya memohon sebentar lagi, nanti saya akan jamaah sama ibu di rumah. Dalihnya, “kasihan ibu tak dapat 27 derajat.”
Seminggu kemudian, anak dibujuk kesekian kali shalat jamaah, ketika main bola. Meski agak kecewa, ia mau jamaah ke masjid. Syaratnya dibelikan makanan kesukaannya.
Sebulan berikutnya, tatkala anak mau makan, azan berkumandang. Segera ayah menyarankan shalat jamaah dulu. Anak meronta, karena lapar perutnya. Nenek yang sedang menyiapkan makan di dapur, yang pada mulanya kurang setuju cara ayah tidak tegas mendidik anak, akhirnya ikut menasehatkan supaya shalat jamaah pada cucunya. Sebab makanannya juga belum matang. Mendengar hal itu anak pergi jamaah ke masjid seperti biasanya.
Setahun berlalu, sang ibu pun turut membantu menyiapkan peralatan shalat jamaah baik anak maupun suaminya. Dipilihkan pakaian terbaik sesuai perintah Allah dan Rasulullah.
Kini anak terbiasa shalat wajib sehari 5 kali. Kadang berjamaah di rumah dan masjid serta surau. Atau kalau kurang enak badan terpaksa shalat sendirian, namun di awal waktu. Busananya pun ala kadarnya.
Selain itu sekarang si anak mampu mempengaruhi sepupunya ikut shalat jamaah. Bilamana mereka berada di rumahnya. Bahkan idul fitri kemarin, Ia bersilaturrahmi bersama teman sekelasnya ke bapak ibu guru. Bertepatan shalat isya, Ia spontan menggiring mereka jamaah di masjid desa. Alhamdulillah luar biasa! Mengagumkan hati.
Jadi diperlukan kesabaran dalam berbuat kebajikan. Allah berfirman: “Siapa yang datang dengan membawa kebaikan, maka dia akan mendapat pahala yang lebih baik daripada kebaikannya itu …(QS. Al Qashash 28; 84). Apalagi kebaikan itu buat anak, istri, dan famili. Khususnya dalam hal shalat.
Shalat yang dilakukan secara intensif akan mendidik dan melatih seseorang menjadi tenang dalam menghadapi kesusahan dan tidak bersikap kikir saat mendapat nikmat dari Allah. (Baca QS. Al Ma·arij/ 70 ; 19-23). Shalat secara bahasa adalah rahmat. Hal itu bisa dijumpai pada ayat 43 surat Al Ahzab. Arti dan kedudukannya sangat penting. Fungsi dan hikmahnya istimewa. Sedang meninggalkannya dengan sengaja dihukumi kufur. (Jamaluddin, 2016).
Adapun sabar sangat disenangi Allah. Cuma memang sabar dan shalat keduanya sungguh berat. Kecuali orang yang tunduk hatinya kepada Allah. (Lihat QS. Albaqarah/2; 45). Maka hati harus diobati. Shalah satu caranya ialah membaca secara tartil, benar, perlahan dan dengan penjiwaan yang tinggi.
Mushlihin,Sekretaris PRM Takerharjo Solokuro Lamongan