Kaderisasi Muhammadiyah bukan semata proses mendidik sebagaimana yang dilakukan dalam sekolah, lebih dalam dari itu, merupakan proses untuk menyiapkan generasi penggerak, pelangsung, dan penyempurna Persyarikatan pada masa yang akan datang. Dalam proses kaderisasi ini, mutlak bagi Persyarikatan membuka lebar dan memberikan tempat seluas-luasnya kepada para calon kader, khususnya AMM (Angkatan Muda Muhammadiyah), untuk berproses dan mengaktualisasikan diri di berbagai kegiatan Persyarikatan.
Tapi realita yang ada justru sebaliknya. Disadari atau tidak, persyarikatan dalam semua level mengalami krisis kader dan sepi kegiatan AMM. Jika level Pusat, Wilayah, dan Daerah saja mengalami hal ini, lalu bagaimana dengan kondisi AMM di Cabang dan Ranting? Bisa jadi itu indikator bahwa Persyarikatan kurang memperhatikan kebutuhan kader muda, atau sebaliknya, AMM kehilangan semangat bermuhammadiyah, sehingga enggan berjuang di AUM.
Hal inilah yang dirasakan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Depok, Sleman, Yogyakarta 20 tahun silam. Hampir satu dasawarsa (1995-2005), Cabang ini kehilangan kader-kader muda, dengan ditandai tidak adanya kegiatan AMM pada masa itu. Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Tapak Suci, dan Kepanduan Hizbul Wathan tak pernah lagi mewarnai kegiatan Persyarikatan di sana. “AMM saat itu benar-benar mati,” cerita Achmad Afandi Mantan Sekretaris PCM Depok saat ditemui baru-baru ini.
Baru pada tahun 2005, kata Afandi (sekarang Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kab Sleman), Cabang berkomitmen untuk menghidupkan lagi dan menjaring AMM dengan berusaha memfasilitasi kebutuhan mereka. Salah satu yang diberikan adalah dibolehkannya AMM menggunakan fasilitas kantor Cabang dan menjadikannya sebagai pusat kegiatan kader muda Muhammadiyah se-Depok. “IMM UIN Sunan Kalijaga memang lebih dominan, tapi ortom lain pun akhirnya mulai jalan lagi,” ucapnya.
Tahap selanjutnya, sambungnya, Pimpinan Cabang mengarahkan keberadaan AMM untuk berkiprah aktif memajukan AUM milik PCM Depok. Bahkan demi mewujudkan komitmennya, PCM secara khusus menunjuk SMP Muhammadiyah 1 Depok (Musade) sebagai proyek percontohan sebagai AUM Unggulan yang dikelola oleh tangan AMM. “Kebanyakan AUM kami adalah sekolah, dan Musade kami jadikan sekolah percontohan. Alhamdulillah Musade kini menjadi sekolah yang maju karena sumbangsih AMM,” terang Afandi.
Abdullah Mukti Kepala SMP Musade pun mengaku sangat terbantu dengan langkah progresif Cabang tersebut. Menurutnya, pemberdayaan AMM turut memudahkan AUM dalam memenuhi kebutuhan SDM. “Di berbagai sekolah lain juga sudah menerapkan sistem serupa. Semoga komitmen ini segera berubah levelnya menjadi semacam lembaga bank kader di PCM Depok,” harapnya. (gsh)
Sumber: Majalah SM No 13 Tahun 2017