JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti menanggapi soal pidato seorang pendeta di Amerika Serikat. Pendeta bernama Oscar Suriadi yang berasal dari Indonesia itu ikut berorasi dalam sebuah demonstrasi di sebuah kota di AS dalam menentang rasisme di negara itu.
Pidatonya menyebut Indonesia sebagai negara yang diskriminatif dan tidak memberikan kebebasan kepada minoritas. “Bahwa masih ada masalah di beberapa tempat itu hanyalah kasus yang tidak bisa digeneralisasi. Pernyataan oknum tersebut berlebihan,” kata Mu’ti dalam keterangannya, Jumat (12/6).
Abdul Mu’ti mengatakan bahwa pernyataan sang pendeta tidak sesuai data dan fakta. Pernyataan pendeta tersebut merupakan pernyataan pribadi yang tidak merepresentasikan pandangan umat Kristiani Indonesia. Bahkan, secara umum ia menilai kehidupan umat beragama dan kerukunan intern dan antar umat beragama di Indonesia sangat baik dan kondusif.
Menurutnya lebih lanjut, perlu kiranya meminta konfirmasi kepada Perseketuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) atau lembaga Kristiani lainnya mengenai kebenaran status orang tersebut. Selain itu, menurutnya, pihak Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) mungkin bisa menggali informasi lebih lanjut mengenai identitas dan motif oknum tersebut. “Perlu juga KJRI memberikan informasi dan bantahan bahwa pidato oknum tersebut tidak berdasar,” imbuh Mu’ti.
Mu’ti mengungkapkan banyak orang Indonesia yang bermukim di luar negeri termasuk di AS dan alasan mereka beragam. Sebagian mereka kuliah, bekerja, dan sebagian lain adalah mereka yang menjadi agen gerakan tertentu. Mu’ti menyebut tidak sedikit juga mereka yang anti Indonesia dan mencari dukungan politik internasional.
Sebelumnya, Imam Shamsi Ali Sebelumnya, yang merupakan imam besar di New York sekaligus Presiden Nusantara Foundation AS, mengkritik presentasi yang yang menjelekkan Indonesia itu. Menurutnya, Indonesia justru negara yang paling toleran terhadap kaum minoritas.
Sebab, menurut Imam Syamsi Ali, sejak dulu Indonesia memberikan kebebasan bagi semua warga negara untuk menjalankan agamanya selama itu sejalan dan diakui konstitusi. Bahkan, kata dia, tidak sedikit kaum minoritas di negara ini yang mendapat posisi lebih beruntung dari pada kaum mayoritas. Karena itu, ia meminta agar tidak memburuk-burukkan Indonesia demi mencari nasib baik di negeri orang. (Rep/Riz)