Prof Dr H Haedar Nashir, MSi
Muhammadiyah sejatinya gerakan dakwah dan tajdid. Inilah identitas utama Muhammadiyah sebagai gerakan Islam sebagaimana diletakkan fondasinya oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan selaku pendiri, yang tercantum dalam Statuten 1912 dalam diksi menyebarluaskan dan memajukan ajaran Islam, setelah itu secara resmi menjadi identitas resmi dalam pasal Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang belaku sampai saat ini.
Usaha yang dilakukan Muhammadiyah pun membuktikan pelaksanaan misi dakwah dan tajdid itu. Perintisan lembaga pendidikan Islam modern, tabligh di ruang publik, mendirikan poliklinik dan rumah yatim implementasi PKO, membudayakan kebiasaan membaca dalam Taman Pustaka, pelurusan arah kiblat dengan menggunakan ilmu falak, pengasramaan remaja putra dan putri dalam Qismul Arqa yang menjadi embrio sekolah kader Muallimin dan Muallimat, memelopori pengorganisasian haji dan zakat, mempublikasikan pemikiran melalui Majalah Suara Muhammadiyah, menggerakkan kaum perempuan melalui ‘Aisyiyah, mendirikan kepanduan Hizbul Wathan untuk menyebarluaskan semangat cinta tanah air, membendung arus misionaris, dan berbagai langkah pergerakan lainnya.
Semua usaha Muhammadiyah generasi awal itu kemudian dilanjutkan menjadi berbagai usaha Muhammadiyah di berbagai bidang kehidupan dalam wujud Amal Usaha dan pergerakan masyarakat, yang membawa implikasi luas bagi perubahan kemajuan umat dan bangsa ke arah kemajuan. Menurut Dr Alfian (1989), Muhammadiyah telah memerankan diri sebagai gerakan pembaharuan keagamaan, perubahan sosial, dan kekuatan politik kebangsaan yang berpengaruh besar dalam sejarah perjalanan Indonesia. Dr Alwi Shihab (1995) menambahkannya dengan peran Muhammadiyah sebagai kekuatan pembendung arus misi Kristen di Indonesia melalui usaha-usaha di bidang pendidikan, kesehatan, pemberdayaan masyarakat, tabligh, dan amal usaha yang bekembang itu.
Ketika saat itu dan juga kini tidak banyak organisasi Islam yang melakukan langkah-langkah terobosan seperti itu, maka usaha yang dilakukan Muhammadiyah tersebut sesungguhnya dapat dikatakan sebagai aktualisasi jihad pergerakan Islam untuk mengeluarkan umat dan bangsa dari kondisi keterjajahan, ketertinggalan, dan kebodohan menuju kehidupan yang berkemajuan. Karenanya seluruh usaha Muhammadiyah itu sejatinya merupakan jihad fisabilillah, yang menurut Tarjih disebut sebagai “badlul-juhdi” atau usaha yang sungguh-sungguh sebagai “jalan yang membawa pada keridhaan Allah dengan cara menegakkan kalimat-Nya dan menerapkan hukum-hukum-Nya”.
Jihad di jalan dakwah dan tajdid Muhammadiyah itu luas sekali seluas usaha-usaha Muhammadiyah yang dilakukan selama ini, termasuk dalam mencerdaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan umat Islam dan masyarakat luas
Jihad sebagai usaha yang sungguhsungguh dengan jiwa, pikiran, harta, tenaga, dan segala ikhtiar untuk memajukan kehidupan umat dan bangsa. Kehadiran amal usaha di sudut-sudut terjauh dan terpencil di tanah air juga merupakan wujud jihad Muhammadiyah. Bukan hanya jihad di satu bidang tertentu saja, yang implikasinya membawa perubahan dalam kehidupan umat, bangsa, dan kemanusiaan universal dalam kondisi yang seringkali tidak mudah dan memerlukan perjuangan yang berat.
Perjuangan Berat
Apakah Muhammadiyah dalam merintis dan melaksanakan usaha-usahanya di berbagai bidang itu, termasuk amal usahanya yang kini meluas di seluruh tanah air hingga ke mancanegara, merupakan pekerjaan mudah dan ringan? Sungguh tidak, bahkan lebih dari itu sangatlah berat. Pergilah ke seluruh pelosok tanah air di mana usaha-usaha dakwah termasuk amal usaha Muhammadiyah dirintis dari kecil, tumbuh mekar, kemudian menjadi besar. Tidak sedikit yang meskipun tak tumbuh besar, tetapi bertahan dan memberi kemanfaatan berarti bagi lingkungan sekitar. Dalam kondisi dana, sumberdaya manusia, akses, dan fasilitas serba terbatas namun tetap hadir untuk memberi manfaat bagi kemajuan umat dan masyarakat setempat.
Boleh jadi perjuangan membangun amal usaha itu meskipun berat dan bermanfaat, malah jauh dari publikasi media massa, sehingga tidak mengharu-biru dan tidak tampak gagah atau hebat ke luar secara pencitraan. Lebihlebih pada umumnya dikerjakan dalam senyap, sehingga tidak mengundang citra publik yang keren dan tampak digdaya. Namun itulah irama pergerakan Muhammadiyah selama ini, yang di dalamnya terkandung spirit, komitmen, integritas, etos, dan kerja-kerja keras yang bersungguh-sungguh serta membuahkan hasil nyata yang dirasakan kemanfaatannya oleh masyarakat luas.
Perjuangan yang dilakukan dengan bersungguh-sungguh itu dalam pasang-surut dan onak-duri yang berat dan tidak mudah, itulah jihad pergerakan Muhammadiyah
Perjuangan yang dilakukan dengan bersungguh-sungguh itu dalam pasang-surut dan onak-duri yang berat dan tidak mudah, itulah jihad pergerakan Muhammadiyah. Sebuah jihad pergerakan yang oleh Kiai Dahlan dirujuk pada spirit Surat Ali Imran ayat 142, yang artinya: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (QS; Ali Imran:142).
Amal usaha baik yang kecil, sedang, dan besar itu jangan dianggap remeh sebagai sesuatu yang tidak berarti. Coba tanya para pelaku PTM, Rumah Sakit, Sekolah, dan amal usaha yang kini besar. Semua dimulai dari nol dan menjelma menjadi kisah sukses karena mujahadah atau perjuangan sungguh-sungguh para pendiri dan pelakunya. Mereka rela berkorban tanpa pamrih. Jangan bayangkan semuanya mudah dan langsung berhasil. Mereka harus berpuasa alias priha- tin dan bekerjasama dengan banyak pihak sehingga lama kelamaan kelihatan hasilnya. Amal usaha amal usaha tersebut kini menjadi tulang punggung Persyarikatan di setiap daerah hingga nasional.
Muhammadiyah kini menjadi besar, dihargai, memperoleh kepercayaan, dan menjadi kebanggaan karena antara lain memiliki amal usaha dan karya-karya dakwah yang bermanfaat besar, yang diperjuangkan dengan penuh kesungguhan, keprihatinan, dan pengorbanan dalam semangat kebersamaan dan bingkai sistem organisasi yang mapan. Perjuangan yang berat tersebut merupakan jihad yang tak kalah penting dan strategis untuk mencerahkan umat, bangsa, dan kemanusiaan universal dari rahim Muhammadiyah. Itulah jihad pergerakan Muhammadiyah yang bermakna utama.
Jihad Menghadapi Tantangan
Muhammadiyah ke depan sungguh tidak ringan perjuangannya. Dinamika dan masalah umat dan bangsa serta kemanusiaan di tingkat domestik maupun global sangatlah kompleks. Persaingan antargolongan, kelompok, dan pelaku gerakan dari berbagai penjuru makin tinggi untuk memperebutkan posisi dan peran dalam dinamika kehidupan yang semakin terbuka itu. Gerak pemerintahan dari satu rezim kekuasaan ke berikutnya terus bersambung dengan iramanya sendiri, yang juga saling diperebutkan oleh berbagai pihak untuk memainkan posisi dan peran strategisnya.
Dalam konstelasi kekuatan dan dinamika kehidupan yang kompleks itu Muhammadiyah sebagai organisasi besar dan memiliki akar sejarah yang kuat tidaklah mudah. Persaingan antarorganisasi Islam pun selain tinggi dan kompleks, lebih-lebih dengan kekuatan bangsa lainnya, yang memerlukan kecerdasan dan kecermatan yang luar biasa agar gerakan Islam yang kita cintai ini tetap hadir sebagai pembawa obor pencerahan sebagaimana semangat Muhammadiyah di abad kedua.
Sementara itu potensi Muhammadiyah dengan seluruh amal usaha, sumberdaya manusia, dan hasil-hasil dakwah yang selama ini telah dicapai selain harus dipertahankan keberadaannya juga perlu pengembangan dan perluasan sehingga semakin berperan strategis dan memberi manfaat terbesar bagi umat, bangsa, dan kemanusiaan universal. Dalam menghadapi tantangan pun Muhammadiyah semakin dipacu untuk kian meningkatkan daya saing dan keunggulan, yang jika saja lengah selain tidak akan mampu menghadapi tantangan juga akan kalah kompetisi dari pergerakan lain.
Karenanya dalam menentukan langkah, kebijakan, dan tindakan Pimpinan Persyarikatan dari Pusat hingga Ranting, termasuk di dalamnya organisasi otonom, majelis, lembaga, amal usaha, dan institusi lainnya haruslah seksama, waspada, cermat, dan penuh pertimbangan. Pada saat yang sama tidak boleh gegabah, sembarangan, semaunya, dan asal bertindak tanpa mempertimbangkan kondisi internal, situasi eksternal, serta kemaslahatan dan kemudharatan bagi Persyarikatan sendiri.
Sikap cermat dan tidak sembarangan ini bukan soal nyali kecil atau besar, takut atau berani, gagah atau lembek, hebat atau minder, kuat atau lemah, populer atau tidak populer, dan aspek-aspek citra luar lainnya
Tetapi tidak kalah pentingnya menyangkut keberadaan, posisi, dan peran Muhammadiyah sebagai organisasi besar yang harus sarat pertimbangan dan keseksamaan dalam bertindak di tengah konstelasi situasi dan kompetisi yang kompleks dan sering tidak sepenuhnya objektif dan malah sarat kepentingan yang tidak mudah diantisipasi atau diprediksi. Muhammadiyah harus mempertimbangkan aspek kemaslahatan dan kemudharatan dari segala sudut pandang dan kepentingan yang tidak tunggal dan linier.
Membawa Muhammadiyah di tengah pusaran gelombang besar itu layaknya menerbangkan pesawat komersial yang besar dengan penumpang yang harus dijaga rasa aman dan keselamatannya, tidak seperti membawa pesawat tempur yang tanpa penumpang dan dapat bermanuver apa saja. Kata Buya Hamka, keberanian atau syaja’ah itu keseimbangan antara rasa takut (jubun) dan nekad (tahawwur).
Maka dalam bertindak jangan pengecut yang serba takut, sebaliknya jangan nekad serba sembarangan, yang diperlukan langkah titik tengah yang seksama. Dalam berjihad apapun kewaspadaan dan keseimbangan itu diperlukan. Umat Islam jaya di perang Badr karena cermat dan solid, tetapi kalah di Uhud karena lengah dan bertindak sembarangan tanpa mengikuti komando Rasulullah. Muhammadiyah ke depan, menurut Pernyataan Pikiran Abad Kedua, harus melakukan transformasi strategi dakwah pergerakan dari jihad lil-mu’aradlah yang serba konfrontatif dan reaksioner ke jihad lil-muwajjahah yang konstruktif dan proaktif.
Sumber: Majalah SM Edisi 19 Tahun 2016