Menebarkan Dua Makna Salam

Khutbah Jum’at Suara Muhammadiyah Oleh Setyadi Rahman

الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَنَا أَيُّــــنَا أَحْسَنُ عَمَلًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، ذُو الْعِزَّةِ وَالْقُوَى، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلـُهُ لاَ نَبِـيَّ بَعْدَهُ الْمُصْطَفَى. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِـيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَي آلِهِ وَصَحْبِهِ وَكُلِّ مَنِ اتَبَعَ لـِلَّهِ الهُدَى. أَمَّا بَعْـدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْ بِنَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ، لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.

Jamaah sidang Jum’at yang dimulyakan Allah,

Pemilu serentak 2019 sudah usai. Pemenang Pilpres dan Pileg 2019 pun sudah diketahui. Bangsa Indonesia mulai kembali hidup normal, meskipun sebagian rakyat masih sedih karena tokoh yang dipilihnya tidak menjadi pemenang pemilu. Dalam suasana yang masih hangat pasca pemilu, alangkah baiknya kita mengingat sabda Rasulullah Saw berikut.

أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلَامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَ صِلُوا اْلأَرْحَامَ، وَصَلُّوْا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ، تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ. (رواه ابن ماجه)

Artinya: “Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makanan, sambunglah silaturrahim, dan laksanakanlah shalat di malam hari ketika manusia terlelap tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat.”  (HR. Ibnu Majah)  

Zumratal mukminin a’azzakumullah,

Melalui hadis tersebut, Rasulullah Saw mewasiatkan empat hal kepada segenap umat manusia, yang jika dilaksanakan, niscaya pelakunya akan masuk surga dengan selamat. Adapun keempat wasiat yang dimaksud adalah:

Pertama, أفشوا السلام  (sebarkan salam). Kata “as-salaam” yang dimaksud mempunyai dua makna, yaitu bermakna ucapan “as-salaamu’alaikum wa rohmatulloohi wa barokaatuh” dan bermakna “keselamatan”. Ucapan salam disampaikan ketika kita bertemu dengan orang lain, terutama kepada sesama muslim. Ketika kita diberi ucapan salam, maka adab yang diajarkan Allah SwT adalah membalas dengan ucapan salam yang lebih baik, atau menjawabnya dengan status salam yang sama.

Tuntunan ini didasarkan kepada firman Allah SwT dalam firman-Nya berikut.

وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا، …. (النساء: 86)

Artinya: “Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa).”  (QS. an-Nisa’ [4]: 86)

Sementara itu, makna kedua dari kata  “as-salaam” adalah keselamatan. Itu artinya kita diperintah Rasulullah Saw untuk menyebarkan keselamatan di muka bumi. Jika terkait dengan alam fisik berarti menjaga lingkungan hidup, baik di darat, laut, maupun udara yang mulai rusak dan tercemar. Jika terkait dengan alam sosial berarti menciptakan suasana penuh kedamaian di tengah-tengah masyarakat, tanpa permusuhan, pertikaian atau konflik sosial, apalagi peperangan. Rasulullah Saw menegaskan:

لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ. (رواه مسلم)

Artinya: “Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan tidaklah kalian beriman hingga kalian saling menyayangi. Maukah kalian kutunjukkan kepada sesuatu yang apabila kalian mengerjakannya niscaya kalian akan saling menyayangi, yaitu sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim)                                                  

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Keduaأطعموا الطعام  (berilah makanan). Perintah ini bersifat umum, yakni memberi makanan kepada siapa saja, terutama kepada kaum fakir-miskin dan anak-anak yatim. Kelak di surga mereka akan dipanggil Allah SwT dengan sebutan “al-abroor” (orang-orang yang berbuat kebajikan), sebagaimana difirmankan-Nya di dalam QS. al-Insaan [76]: 5-8.

Ketigaصلوا الأرحام (sambunglah tali silaturrahim). Hakekat silaturrahim adalah menyambung kembali hubungan keluarga dari keluarga besar Bani Adam. Umat manusia adalah anak keturunan Nabi Adam a.s. dan isterinya, Hawa, yang telah berdiaspora ke segala penjuru dunia dalam kurun waktu yang lama, sehingga silsilah keluarga pun hilang dan terputus. Dalam kaitan ini,  hakekat perkawinan adalah menyambung kembali tali silaturrahim antaranak keturunan Adam yang terputus hilang. Pesan Allah SwT yang terkait silaturrahim termaktub dengan jelas di dalam QS. an-Nisaa’[4]: 1.

Keempat, صلّوا و الناس نيام (dan tegakkanlah shalat di malam hari ketika manusia terlelap tidur). Shalat yang dimaksud adalah shalat tahajjud, sebagaimana yang disebut Allah SwT dalam QS. al-Israa’ [17]: 79.  Dua fadhilah atau keutamaan akan diperoleh oleh orang yang rajin shalat tahajjud, yaitu (1) mendapatkan pahala tambahan, (2) mendapatkan kedudukan yang terpuji dan mulia di sisi Allah dan bisa jadi juga manusia.

Zumratal mukminin a’azzakumullah,

Bilamana keempat wasiat Rasulullah Saw tersebut kita tunaikan secara rutin dan menjadi sebuah tradisi kebaikan kita dalam kehidupan sehari-hari, maka surga yang penuh dengan kenikmatan akan menanti kita sebagai penghuninya dalam kehidupan yang kekal abadi.  

جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ الْمُسْتَقِيْمِيْنَ، وَأَدْخَلَنَا وَإ ِيَّاكُمْ فِـيْ زُمْرَةِ الْمُوَحِّدِيْنَ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.  

KHUTBAH  II

اَلْحَمْدُ  لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَاْلعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَريْـكَ لَهُ، الْمَلِك ُالْحَقُّ الْمُبِيْنُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، الْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. وَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَى عَلَى نَبِيِّـنَا مُحَمَّدٍ، وَعَليَ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجـْمـَعِيْنَ. أَمَّا بَعْـدُ فَيَاأَيُّهَا الْإِخْوَانُ فِـى الدِّيْنِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تَقْوَاهُ، لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ.

Jamaah sidang Jum’ah yang dimulyakan Allah,

Marilah kita akhiri renungan Jum’at  ini  dengan berdoa ke hadirat Allah SwT, disertai harapan semoga Allah SwT  berkenan mengabulkan doa kita, antara lain, menjadikan kita sebagai hamba-hamba Allah yang mampu mengembangkan tradisi mengucapkan salam dan menyebarkan keselamatan di muka bumi; tradisi memberi makanan kepada orang lain; tradisi menyambung tali silaturrahim; dan tradisi shalat malam atau tahajjud.

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ (*) وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَي آلِهِ وَاَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ (*) اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ، وَلَا تَجْعَلْ فِـيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَحِيْمٌ (*) اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ، وَأَنْ تَغْفِرَ لَنَا وَتَرْحَمَنَا، وَإِذَا أَرَدْتَ فِتْنَةَ قَوْمٍ فَتَوَفَّنَا غَيْرَ مَفْتُوْنِيْنَ  (*)  اَللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَــتَــنَا فِـى اْلأُمُوْرِ كُلِّهَا، وَ أَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ اْلآخِرَةِ  (*) اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَـنَّةَ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ (*)  رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً  وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (*)  سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِـلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (*)

Drs. Setyadi Rahman, M.P.I. adalah Guru Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta, Dosen AIK UAD, dan STAIT Jogja serta Anggota Majelis Tabligh PWM DIY

Exit mobile version