Luangkan waktu untuk mencurahkan perhatian kepada anak atau orang-orang terdekat, sehingga hidup menjadi lebih bermakna
Mutohharun Jinan
Banyak cara yang bisa ditempuh orang tua dalam mendidik anak. Tapi pintu utamanya tetaplah jalinan hubungan akrab dengan pola komunikasi yang baik. Tanpa hubungan itu, keinginan orang tua menjadikan anak-anaknya berperilaku baik hanyalah sebatas impian saja.
Hubungan orang tua dengan anak harus dijaga agar selalu hangat. Kehangatan dalam menjalin hubungan dengan anak merupakan ciri keluarga harmonis. Hubungan itu bisa dilakukan dengan komunikasi lisan maupun komunikasi fisik hingga nantinya terjalin komunikasi batin yang sensitif. Salah satu aktivitas yang ampuh dalam rangka mengakrabkan diri dengan anak adalah mengantar anak sekolah.
Bagi sebagian orang mengantar anak ke sekolah adalah aktivitas yang biasa, sebagai tugas orang tua karena anaknya tidak bisa berangkat sendiri. Sehingga tidak ada sesuatu yang istimewa dalam kegiatan harian itu. Sementara bagi sebagian lain, utamanya bagi orang tua yang memiliki kesibukan yang padat, mendampingi ini anak merupakan kegiatan yang amat langka dilakukan. Dikatakan langka karena menganggap hal ini sebagai kegiatan yang tidak penting. Atau bisa juga langka karena memang kesempatannya sangat terbatas.
Mengantar anak ke sekolah bukan aktivitas biasa dan berbeda dengan aktivitas orang dewasa lainnya. Pertamatama, ia merupakan aktivitas yang menunjukkan perhatian dan kelekatan orang tua dan anak. Kelekatan (attachment) antara orang tua dan anak memberi dampak yang cukup signifikan pada perilaku anak di masa depan. Jika anak memiliki kelekatan yang baik atau secure attachment dengan orang tuanya, maka diyakini anak tersebut akan berkembang lebih optimal dan memiliki perilaku yang positif. Anak akan tumbuh dengan kecerdasan moral dan sosial anak di kemudian hari.
Kedua, bagi anak-anak sekolahan merupakan tempat untuk merancang masa depan anak dan menaruh harapan. Dari segala pengetahuan yang akan dipelajari bermula. Cita-cita yang tinggi mulai didaki. Karena itu, dukungan orang-orang terdekat sangat diperlukan. Keterlibatan orang tua dalam memahami dan meraih harapan merupakan dukungan riil dirasakan anak-anak.
Namun dalam masyarakat kita tidak sedikit yang mengangap mengantar anak sekolah malah sebagai penghambat orang tua menuju tempat kerjanya. Alasannya, toh anak sudah besar atau bisa diantar sopir yang lebih tangkas mengendarai mobil. Mobilnya pun bukan mobil biasa tetapi mobil yang sudah lengkap fasilitasnya dan nyaman.
Anak-anak terpaksa harus memaklumi dan memahami apa yang menjadi pilihan orang tuanya, kendati pada hakikatnya jabat tangan dan lambaian tangan orang ketika memasuki gerbang sekolah tetap menjadi pilihan utama anaknya. Dalam pemahaman demikian, bagi orang tua seharunya prihatin dan sedih jika tidak sempat mendamping anaknya menuju ke tempat belajar atau ke sekolah. Karena kesempatan menyiapkan generasi berkurang.
Berkomunikasi dengan Anak
Masyarakat yang serba teknologis merusak pola hubungan atau kelekatan anak dan orang tua. Komunikasi sangat terbatas karena kesibukan dalam memenuhi tuntutan dan keinginan hidup. Banyak orang yang pergi kerja pagi sebelum anak-anaknya bangun dan pulang kembali ke rumah malam menemui anak-anaknya sudah tertidur.
Perhatikan bagaimana orang tua yang berkomunikasi dengan anaknya tanpa menatap muka tanpa perhatian yang sungguh-sungguh. Tidak jarang pula menanggapi pertanyaan dan pembicaraan anak sambil bermain HP. Begitulah gambaran absurditas masyarakat dalam menyiapkan generasi masa depan.
Maka ketika seruan mengantar anak atau mendampingi anak belajar menjadi bahan lelucon, sadar atau tidak, pada dasarnya hal itu menertawakan kebodohan sendiri dalam kehidupan dan keseharian masyarakat kita. Padahal hal itu amatlah penting dalam membangun dan membentuk karakter anak. Bukankah masyarakat yang berakhlak luhur adalah ketika manusianya cepat sadar atas kebodohanya selama ini?. Sebaliknya, masyarakat yang berbudaya rendah adalah ketika manusia menertawakan kebodohannya sendiri.
Pesan utama dari antara anak sekolah adalah agar membangun komunikasi, meluangkan waktu untuk mencurahkan perhatian kepada anak atau orang-orang terdekat, sehingga hidup menjadi lebih bermakna.
Anjuran antar anak ke sekolah seharusnya dimaknai sebagai sentilan halus dan kritik tajam atas egoisme orang tua yang mengabaikan sebagian hak, kasih sayang, perhatian, dan sentuhan terhadap generasi sesudahnya.
Mutohharun Jinan, dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta
Sumber: Majalah SM Edisi 19 Tahun 2016 dengan judul Menghangatkan Diri dengan Anak