Hari itu hari Rabu, anakanak TK ABA pagi itu menunggu Bu Tia masuk kelas. Mereka rindu cerita Bu Tia. Mereka berharap Bu Tia datang dan tidak ada halangan seperti Rabu lalu.
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh,” sapa seorang wanita yang sedang masuk kelas kepada anak-anak.
“Wa’alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh,” jawab anak-anak dengan serentak dan nada gembira karena yang masuk ternyata Bu Tia yang ditunggutunggu ceritanya.
“Wah, maaf anak-anak, kemarin Bu Tia nggak bisa datang,” kata Bu Tia kepada anak-anak. Tetapi anak-anak tidak menggubris dan malah minta Bu Tia untuk mulai bercerita.
“Cerita….cerita…cerita,” kata anakanak serempak meminta Bu Tia untuk bercerita.
“Baik, sebelum Ibu bercerita, kita buka dulu pelajaran pagi ini dengan berdoa seperti biasanya,” kata Bu Tia.
Setelah anak-anak selesai berdoa. Kemudian Bu Tia mulai cerita untuk mengobati rindu anak-anak yang telah lewat seminggu tidak mendengar ceritanya.
“Anak-anak, ceritanya ini tentang Bilqis yang sekolah di TK seperti kalian. Saya mulai ya ceritanya.”
Udara siang itu sangat panas, matahari bersinar terang, dan langit di atas sana sangat cerah tidak terlihat awan hitam sedikitpun. Bilqis seorang gadis kecil mungil, cantik namun agak tomboy duduk sendiri di teras rumahnya. Biasanya dia selalu ceria namun siang ini kelihatan sedih dan murung karena bapak dan ibunya pergi bekerja.
Ketika bapak dan ibunya datang, Bilqis menceritakan kesedihannya.
”Jangan sedih, Bil, mulai besok apabila bapak dan ibu belum pulang kamu boleh bermain bersama Syifa dan Raya di taman”, kata ibunya.
”Terimakasih, Bu ”kata Bilqis.
Keesokan harinya Bilqis bermain dengan Syifa dan Raya di taman. Ternyata di sana banyak mainan seperti yang ada di sekolahnya TK ABA. Ayunan, enjot-enjotan, putaran dan perosotan.
Kini wajah Bilqis kembali ceria, namun ketika asyik bermain ada temannya menangis.
“Kenapa kamu menangis, Syif?”, tanya Bilqis.
Syifa terus saja menangis bahkan semakin kencang, ternyata Syifa terjatuh dari perosotan.
“Syifa, kenapa kamu bisa terjatuh?” tanya Bilqis.
“Tadi Syifa naiknya salah, harusnya kalau mau naik lewat tangganya dulu baru kemudian meluncur bukan kebalikannya,” jelas Raya.
Kemudian Bilqis dan Raya menasihati dan menjelaskan kepada Syifa tentang bagaimana cara bermain perosotan yang benar.
Syifa menyadari kesalahannya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
”Terimakasih Ya Allah sudah memberiku teman yang baik,” gumam Syifa.
Akhirnya mereka bertiga bermain bersama. Sampai sore menjelang, mereka pulang bersama-sama sambil berjalan bergandengan tangan.
Bu Tia pun mengakhiri ceritanya.
“Ayo anak-anak, pesan apa yang dapat dipetik dari cerita itu.”
Anak-anak pun bersautan menjawabnya.
“Oke semuanya benar, Ibu akan menyimpulkan pesan moral yang didapat dari cerita tersebut seperti anak-anak tadi yang sudah menjawab,” kata Bu Tia.
“Pesan Moral yang dapat diambil dari cerita tersebut adalah,” lanjut Bu Tia.
“Watawaashaubilhaqi, watawaashau bish-shabri, artinya saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.”
“Dengan teman juga harus saling menyayangi seperti disampaikan dalam Hadits “Kasih Sayang”, Rasulullah saw bersabda, man laa yarham laa yurham, yang artinya barangsiapa tidak menyayangi tidak akan disayang.”
Tia Setiawati, Mahasiswa Prodi PAUD Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Artikel ini pernah dimuat di Majalah SM No 16 Tahun 2017