Kembali Kepada Ajaran Kiai

Kiai

Dok SM

Judul               : Pesan dan Kisah Kiai Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muhammadiyah

Penulis             : Abdul Munir Mulkhan

Penerbit           : Suara Muhammadiyah

Cetakan III     : April 2017

Tebal, ukuran  : xii + 231, 14 x 21 cm

ISBN               : 978-979-3708-41-6

Sebagian besar pemeluk Islam sudah terlalu jauh meninggalkan ajaran Islam, yang membuat Islam mengalami kemunduran. Kemunduran umat Islam itu disebabkan kemerosotan akhlak, sehingga penuh ketakutan seperti kambing dan tidak lagi memiliki keberanian seperti harimau (hlm 203).

Pesan penting tersebut menunjukkan kegelisahan Kiai Ahmad Dahlan pada kondisi masyarakat Muslim pada saat itu. Sumber ajaran Islam berupa Al-Qur’an dan Sunnah berisi pesan kemajuan untuk membangun peradaban. Umat Islam diperintahkan untuk menjadi khairu ummah, ummatan wasathan, syuhada alannas, menebarkan rahmat bagi semua. Namun pesan-pesan utama itu kerap dilupakan dan tidak diamalkan.

Melupakan petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah membuat umat Islam kehilangan identitas yang seharusnya dilekatkan. Kehilangan terbesar manusia adalah kehilangan identitas jati dirinya. Digambarkan seperti kambing yang tidak bisa mengembek, harimau yang tidak bisa mengaum, kucing yang tidak bisa mengeong. Sama halnya ketika umat Islam tidak lagi mencerminkan akhlak, maka ia seperti kehilangan identitasnya.

Melihat situasi demikian, Kiai Dahlan berkata: “Karena itu, aku terus memperbanyak amal dan berjuang bersama anak-anakku sekalian untuk menegakkan akhlak dan moral yang sudah bengkok. Kusadari bahwa menegakkan akhlak dan moral serta berbagai persoalan Islam yang sudah bengkok memang merupakan tugas berat dan sulit.” (hlm 203)

Meskipun pekerjaan berat, harapan selalu ada. Selama manusia mau berperan, Allah menilai proses dan usaha hamba-Nya. Kiai melanjutkan, “Namun demikian, jika kita terus bekerja dengan rajin disertai kesungguhan, kemauan keras, dan kesadaran tugas yang tinggi, maka insyaallah Tuhan akan memberi jalan dan pertolongan-Nya akan segera tiba.” (hlm 204)

Keteguhan tekad dan ketulusan niat menjadi kunci suksesnya perjuangan Kiai Dahlan. Dengan niatnya yang murni, Kiai Dahlan tidak menyimpan kepentingan pribadi. Kiai terbuka bekerja sama dengan semua kalangan, membuka diri dengan beragam pandangan. Kiai Dahlan gemar berdiskusi dan berkolarobasi.

Dikisahkan, Syekh Ahmad Surkati sedang di kereta dalam perjalanan dari Jakarta menuju Surabaya, melalui stasiun Yogyakarta dan Solo. Di dalam kereta, Ahmad Surkati bertemu dengan Kiai Ahmad Dahlan yang sedang membaca tafsir Muhammad Abduh. Keduanya terlibat diskusi panjang, sampai akhirnya bersepakat untuk berjuang membela agama dengan cara berbeda. Di kemudian hari, lahirlah Persyarikatan Muhammadiyah untuk kalangan pribumi yang dipelopori Ahmad Dahlan. Syeikh Ahmad Surkati memelopori Al-Irsyad sebagai wadah perjuangan kalangan warga Arab (hlm 187).

Buku ini berisi hikmah dan syarahan pokok pikiran Kiai Ahmad Dahlan. Kiai Dahlan tumbuh dalam kultur tradisional, namun pikirannya melintasi zaman, tanpa tercerabut dari akar kebudayaan. Kiai memiliki gagasan pembaharuan yang genuin sebagai buah dari keluasan wawasan, kedalaman pemahaman, kebersihan batin, dan kedekatan dengan Tuhan. (ribas)

Exit mobile version