YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Muhammadiyah memaknai kurban pada Idul Adha di masa pandemi kali ini bukan hanya sekedar ritual ibadah semata saja. Melainkan dimaknai jauh lebih dalam sebagai pemberdayaan ekonomi masyarakat di masa pandemi.
Adapun Lazismu melalui dukungan dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan MCCC mengangkat tema hari raya kurban ini sebagai kurban untuk ketahanan pangan. Hal tersebut dikupas dalam Covid-19 Talk (01/07) bertemakan “Berkurban dalam Ibadah Kurban (Kurban di Masa Pandemi)”.
Rizaldi Kurniawan M.Si. selaku Badan Pengurus LazisMu Bidang Penghimpunan dan Kerjasama menyampaikan bahwa Hari Raya Kurban kali ini memang harus dimaknai jauh lebih mendalam. Di luar makna sebatas ritual ibadah dan menyembelih hewan Kurban. Dalam hal ini LazisMu lebih mendorong kepada ritual berkemajuan dengan menjadikan Kurban sebagai roda ekonomi dan ketahanan pangan.
Beberapa program dicanangkan untuk mendukung ekonomi masyarakat seperti pemberdayaan peternak. “LazisMu menganggap bahwa dimensi ibadah kurban bukan hanya ibadah ritual pada hari H pemotongan. Tapi juga ada potensi dimensi ekonomi yang menyangkut pada pemberdayaan peternak” ujarnya.
Kurban LazisMu Nasional
Didukung oleh pernyataan yang disampaikan oleh drh. Zainul Muslimin selaku Koordinator Kurban LazisMu Nasional bahwasanya sudah 4 tahun Muhammadiyah menjalankan kurban dengan bekerja sama untuk memberdayakan peternak. Dalam menghasilkan bibit – bibit hewan kurban yang kemudian akan diolah menjadi produk makanan kemasan siap saji yaitu rendangMu dan kornet.
Adapun produk kemasan rendangMu dan kornet ini diinisiasi dalam rangka agar masyarakat dapat merasakan daging kurban secara merata dan berkelanjutan. Tidak hanya pada momen Idul Adha saja, apalagi di masa pandemi ini tentu makanan siap saji akan sangat mempermudah masyakarat yang sedang dihimpit oleh ekonomi.
“Tahun pertama kita punya pengalaman memproses hewan kurban setengah milyar dan tahun kedua melonjak 1,8 M dan tahun ketiga 2,2 M. Di tahun itu kita targetkan nilai uang yang dititipkan LazisMu untuk program – program ini sebesar 7,5 M” tutur drh. Zainul.
Hal ini menunjukkan bahwa Muhammadiyah telah dipercaya oleh masyarakat untuk mengelola hewan kurban berskala besar dan mengolah menjadinya makanan siap saji. drh Zainul juga menyampaikan bahwa sebetulnya program pemberdayaan peternak juga bekerja sama dengan banyak pihak. Sehingga roda ekonomi terdorong dari berbagai bidang pekerja.
Berdasarkan apa yang telah disampaikan bahwa program – program LazisMu bekerja sama dengan pemerintah dan juga mengandalkan kanal digital untuk mendukung program ini. “Kita ini LazisMu menengahi dari pedagang kepada konsumen, melakukan pemberdayaan. Dan juga stabilitas harga kita tidak ingin di ok mati oleh pedagang musiman. Kita ingin kurban ini juga dinikmati oleh peternak yang profesinya wilayah produksinya dengan pabrik modern,” tutur Rizaldi.(riz)