Proses pembinaan kualitas di samping kuantitas yang semakin ditingkatkan sehingga makin hari makin baik menuju keunggulan sesuai misi dan visi atau tujuan Pendidikan Muhammadiyah
Prof Dr H Haedar Nashir, MSi
Muhammadiyah memiliki perguruan tinggi yang tersebar luas di seluruh Indonesia. Sejumlah perguruan tinggi bahkan terkenal dan terbilang besar dengan prestasi yang diukir baik. Sebutlah Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Universitas Prof Dr Hamka Jakarta, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Universitas Muhammadiyah Makassar, Universitas Sumatra Utara, Universitas Palembang, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Universitas Muhammadiyah Surabaya, Universitas Muhammadiyah Semarang, Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, dan banyak lainnya yang tidak dapat disebut satu persatu.
Di antara Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) itu juga sedang bertumbuh di daerah-daerah seperti di Bengkulu, Padang dan Bukittinggi, Aceh, Riau, Tapanuli Selatan, Cirebon, Tasikmalaya, Sukabumi, Sidoarjo, Jember, Lamongan, Pare-Pare, Ternate, Sorong, Banjarmasin, Samarinda, Palangkaraya, Pontianak, Berau, Kupang, Palu, Kendari, dan tempat-tempat lainnya dengan kategori sedang atau menengah hingga yang kecil dan baru berdiri. Semua memberi optimisme akan makin tumbuh-kembangnya lembaga pendidikan tinggi Muhammadiyah sebagai wahana pendidikan sekaligus kaderisasi.
Kehadiran, pertumbuhan, dan perkembangan PTM maupun PTA (Perguruan Tinggi Aisyiyah) tersebut di samping telah memberi kontribusi besar bagi kekuatan dan kemandirian Muhammadiyah sebagai driving force (kekuatan penggerak) sekaligus menjadi bagian penting dari pusat keunggulan (center of excelence) Persyarikatan sebagai Gerakan Islam Berkemajuan. Lebih khusus, PTM dan PTA itu secara berkesinambungan telah menyumbangkan lulusan yang berperan sebagai kader persyarikatan, umat, dan bangsa yang cukup berarti.
Para Lulusan
Kehadiran PTM dan PTA memiliki misi dan tujuan yang penting dan strategis. Dalam Pedoman PTM Nomor 02/2012 antara lain disebutka bahwa PTM (tentu di dalamnya PTA) dalam bentuk Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, Akademi, Politeknik, dan Diploma merupakan lembaga pendidikan tinggi untuk menyiapkan sumberdaya manusia terdidik yang berakhlak mulia dan mampu menangani berbagai bidang pekerjaan dan pengabdian secara cerdas dan profesional, menyiapkan pemimpin masa depan Persyarikatan dan Bangsa, dan membangun peradaban masa depan.
PTM maupun PTA berbasis pada masyarakat, bersinergi dengan perjuangan umat, dan merupakan investasi strategis sumberdaya manusia seutuhnya yang memberi inspirasi dan kontribusi dalam mencerdaskan dan mencerahkan kehidupan bangsa. Adapun tujuan PTM dan PTA ialah terselenggaranya catur dharma pendidikan tinggi Muhammadiyah dalam bidang Pendidikan, Penelitian, Pengabdian Masyarakat, serta Al-Islam dan Kemuhammadiyahan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan tinggi Muhammadiyah meliputi:
(a) berkembangnya potensi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SwT, berakhlak mulia, cerdas, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya;
(b) terwujudnya kemampuan penciptaan, pengembangan, dan penyebarluasan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang memberikan kemaslahatan bagi masyarakat, bangsa, negara, dan umat manusia; dan
(c) terbinanya Keislaman dan Kemuhammadiyahan yang mencerdaskan dan mencerahkan bagi seluruh civitas akademika dan kehidupan yang lebih luas.
Dengan misi, visi, dan tujuan tersebut PTM dan PTA intinya berusaha secara tersistem dan berkesinambungan membangun kualitas insan Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, berilmu, profesional, dan mampu mengamalkan atau mempraktikkan ilmunya dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan kehidupan global sehingga menjadi orangorang yang menyebarkan rahmat bagi semesta. Para lulusan itu harus memiliki kebanggaan almamater sekaligus menjadi kebanggaan Muhammadiyah. Dalam bahasa yang umum sering disebutkan dengan istilah kualitas kecerdasan, yakni lulusan yang cerdas secara moral-spiritual, cerdas intelektual, cerdas sosial, cerdas profesional, dan cerdas dalam memecahkan masalah-masalah sehingga menjadi problem solver di mana pun berada.
Dalam kaitan ini penting sekali para lulusan memiliki karakter utama sebagai insan akademik, yakni karakter yang berkemajuan. Menurut pandangan Muhammadiyah, manusia Indonesia yang berkarakter kuat dan melekat dengan kepribadian bangsa yaitu manusia yang memiliki sifat-sifat:
(1) Relijius; yang dicirikan oleh sikap hidup dan kepribadian taat beribadah, jujur, terpercaya, dermawan, saling tolong menolong, dan toleran;
(2) Moderat; yang dicirikan oleh sikap hidup yang tidak radikal dan tercermin dalam kepribadian yang tengahan antara individu dan sosial, berorientasi materi dan ruhani, serta mampu hidup dan kerjasama dalam kemajemukan;
(3) Cerdas; yang dicirikan oleh sikap hidup dan kepribadian yang rasional, cinta ilmu, terbuka, dan berpikiran maju; dan
(4) Mandiri; yang dicirikan oleh sikap hidup dan kepribadian merdeka, disiplin tinggi, hemat, menghargai waktu, ulet, wirausaha, kerja keras, dan memiliki cinta kebangsaan yang tinggi tanpa kehilangan orientasi nilai-nilai kemanusiaan universal dan hubungan antarperadaban bangsa-bangsa.
Ideologisasi
PTM dan PTA merupakan institusi pendidikan yang penting dan strategis, karena itu dengan segala otoritas, fasilitas, dan kesempatan yang dimiliki perlu untuk terus dilakukan proses ideologisasi khususnya kepada para mahasiswa. Sejak menjadi mahasiswa baru sampai wisuda harus ada pembinaan yang terprogram dan sistematis yang menyangkut Al-Islam dan Kemuhammadiyahan baik melalui kurikulum dan proses formal maupun yang ekstra, informal, dan pembudayaan. Semuanya harus dimulai dari awal dan terus menerus secara intens tetapi dengan model dan proses yang partisipatoris, demokratis, mencerdaskan, dan mencerahkan.
Proses ideologisasi dimaksudkan agar sejak dini setiap mahasiswa PTM dan PTA diajak memahami selukbekuk Keislaman dan Kemuhammadiyahan yang benar, mendalam, luas, dan menyeluruh tetapi dengan beragam pendekatan yang baik. Pendekatan doktrinal harus disertai pendekatan saintifik, serta pendekatan yang substantif dan ruhaniah atau irfani, sehingga mahasiswa tidak merasa dijejali dengan dogma-dogma yang membosankan, sebaliknya merasa penasaran, tertantang, dan bergairah untuk memahami dan menjalankan nilai-nilai Islam dan Kemuhammadiyahan. Ajarkan dan praktikkan kepada mahasiswa tentang nilai-nilai Islam yang dipahami Muhammadiyah serta bagaimana Muhammadiyah mewujudkannya dalam pergerakan dalam bentuk yang implementatif.
Proses ideologisasi Keislaman dan Kemuhammadiyahan di PTM dan PTA harus menjadi komitmen seluruh pimpinan dan pejabat struktural maupun karyawan dan seluruh elemen yang berada di dalamnya
Lingkungan kampus juga harus diciptakan sebagai wahana pembudayaan Keislaman dan Kemuhammadiyahan yang menarik, yang menggambarkan bahwa Muhammadiyah itu mempraktikkan Islam berkemajuan dalam seluruh proses pendidikannya dengan disertai role-model atau contoh teladan yang nyata dan bermanfaat. Berbagai macam model dapat dikembangkan, yang penting para mahasiswa setelah lulus benar-benar menghayati dan dapat mempraktikkan sikap Keislaman dan Kemuhammadiyahan yang baik dan berkualitas.
Pembinaan dalam Asrama menjadi penting, termasuk di dalam Rusunawa, untuk menciptakan budaya hidup Islami dan Bermuhammadiyah yang implementatif. Model Darul Arqam dan Baitul Arqam yang dimodifikasi juga sangat baik untuk dipaksanakan. Peranan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sangatlah penting dan strategis, mereka harus dilibatkan sebagai fasilitator, dengan catatan para kader IMM sendiri harus memiliki kualitas unggul agar memiliki kredibilitas sebagai kader fasilitator. KKN tematik dan terintegrasi dengan Pimpinan Cabang dan Ranting sangatlah penting dikembangkan, sehingga mahasiswa makin akrab dan mengenal Muhammadiyah di lapangan serta belajar kehidupan dari masyarakat.
Jika terdapat mahasiswa non-muslim dan berasal dari keluarga non-Muhammadiyah mereka selain dapat memahami juga menjadi simpati dan kemudian mampu mempraktikkan nilai-nilai Islami itu dalam kehidupan mereka, meski tidak menjadi Muslim dan Muhammadiyah. Nilainilai Islami yang mengajarkan relijiusitas, jujur, amanah, terbuka, moderat, rendah hati, cerdas, berilmu, etos kerja tinggi, mandiri, dan dapat menjadi contoh teladan atau uswah hasanah sangatlah penting untuk menjadi kekuatan dalam pembinaan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, selain nilai-nilai baik lainnya, yang menyebarkan ihsan.
Boleh jadi proses ideologisasi di PTM dan PTA belum maksimal, tetapi jika diprogramkan secara terencana, tersistem, dan terbudayakan maka lama kelamaan akan membuahkan hasil yang diharapkan. Dari rahim PTM dan PTA harus lahir kader yang membawa misi Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam dalam mencapai tujuannya, yakni terwujudnya masyarakat Islam yang sebenarbenarnya. Melalui PTM dan PTA lambat laun, pelan tapi pasti dan secara terus menerus maka akan terwujud tujuan untuk melahirkan lulusan berkarakter Muslim Terdidik yang berkemajuan yang memberi manfaat bagi hajat hidup umat, masyarakat, dan kemanusiaan semesta.
Bahwa apa yang dihasilkan lembaga pendidikan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah itu belum maksimal dan ideal, tentu perlu disadari oleh semua pihak. Namun yang terpenting terus dilakukan proses pembinaan kualitas di samping kuantitas yang semakin ditingkatkan sehingga makin hari makin baik menuju keunggulan sesuai misi dan visi atau tujuan Pendidikan Muhammadiyah. Jangan mengecilkan arti dan peran PTM serta PTA, tetapi terus perbaiki dan tingkatkan secara optimal hingga menjadi perguruan tinggi berkualitas unggul dan memberi manfaat terbaik bagi persyarikatan, umat, dan bangsa dalam misi membangun peradabam utama yang mencerdaskan dan memajukan sejalan risalah Islam sebagai rahmatan lil-’alamin.
Sumber: Majalah SM Edisi 20 Tahun 2016