YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Allaster Cox, Kuasa Usaha Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia menyampaikan bahwa Australia sangat prihatin dengan kondisi di Indonesia terkait wabah Covid-19.
“Covid-19 harus dihadapi dengan sumber-sumber yang terbatas karena Indonesia masih negara berkembang dan kami punya sejarah panjang bekerja sama dengan Indonesia dalam menghadapi berbagai bencana yang pernah terjadi seperti gempa Aceh, Yogyakarta, Lombok, Palu,” katanya.
Hal tersebut disampaikan Allaster Cox dalam Covid Talk Rabu sore (8/7) dengan tema Strategi dan Kemitraan dalam Penanggulangan Covid-19 di Indonesia. Selain Allaster Cox, narasumber lainnya adalah Ir. Bernardus Wisnu Widjaja, M.Sc Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB, Rahmawati Husein, Ph.D Wakil Ketua MDMC PP, Wakil Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) PP Muhammadiyah. Dengan moderator Budi Santosa, Koordinator Divisi Diseminasi Informasi dan Komunikasi MCCC PP Muhammadiyah.
Kemitraan Australia – Indonesia
Allaster juga mengatakan bahwa sebagai negara tetangga kesejahteraan dan keamanan Australia juga tergantung pada kesejahteraan serta keamanaan Indonesia. “Kami rasa itu sesuatu yang amat penting, membantu rakyat Indonesia pada dasarnya juga membantu kami sendiri,” ungkapnya. Australia membantu membangun ketrampilan dan kemampuan organisasi-organisasi di Indonesia yang mempunyai jangkauan luas seperti Muhammadiyah.
Ditanya mengapa Australia memilih Muhammadiyah untuk bekerja sama Allaster mengatakan bahwa pihaknya punya harapan besar di masa depan dengan Muhammadiyah dan sudah melihat peran Muhammadiyah untuk membantu serta bekerja sama dengan organisasi masyarakat sipil di luar negeri.
“Kami ada harapan di tahun-tahun mendatang melalui program SIAP SIAGA yang baru, kami bekerja sama untuk meningkatkan kemampuan Muhammadiyah dalam bekerja sama dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sipil di Indonesia dan luar negeri untuk membantu masyarakat yang terdampak bencana,” ujarnya.
Sementara Rahmawati Husein menyampaikan bahwa sebenarnya sejak gempa Aceh tahun 2004 Muhammadiyah sudah bekerja sama dengan pemerintah Australia. “Mulai di Aceh, Yogya dan Palu Australia sudah bermitra dengan Muhammadiyah. Kerja sama ini tidak tiba-tiba, dibangun terus menerus dengan meningkatkan saling kesepahaman antara Muhammadiyah dan Australia untuk mencapai tujuan bersama mengurangi resiko bencana yang lebih besar di Indonesia serta membantu masyarakat yang terdampak bencana,” katanya.
Berbicara strategi ke depan program yang akan ditempuh Muhammadiyah, Rahmawati Husein mengungkapkan bahwa pihaknya akan terus melakukan kampanye preventif bahwa wabah ini belum berakhir.
“Program-program yang akan terus dilakukan adalah melakukan kampanye bahwa wabah ini belum berakhir. Kita ada dua program dengan dukungan Australia pertama melakukan edukasi dengan panduan-panduan, kampanye mobil keliling supaya masyarakat tetap waspada dan saling mengingatkan. Kedua adalah ketahanan pangan, kita mendukung orang-orang yang kehilangan pekerjaan karena Covid-19 dengan urban farming dan bantuan untuk UMKM serta semua berbasis keluarga” ujarnya.
Strategi Penanganan Covid-19 Indonesia
Tentang penanganan Covid-19 di Indonesia Bernardus Wijaya memaparkan refleksi selama 4 bulan ini, “Ini pengalaman luar biasa dan merupakan bencana paling kompleks yang pernah kita hadapi. Dengan segala keterbatasan dari hanya satu laboratorium dari puslitbangkes hingga kini sudah sampai 200 lebih dengan kapasitas sudah diatas 20000 tes. Ini terus kita kembangkan karena kuncinya dalam penanganan Covid-19 ini tesnya harus betul-betul massif, kita juga harus agresif mencari orang-orang (yang tertular) itu,” katanya.
Mengenai strategi yang harus ditempuh oleh semua pihak dalam waktu yang akan datang dalam penanganan Covid-19 ini, Bernardus Wijaya mengatakan jika menggunakan filosofinya Suntzu kenali dirimu, kenali musuhmu, kenali medan perangmu.
“Kita harus melihat apa sih kekuatan kita bangsa Indonesia? Kekuatannya adalah gotong royong, saling membantu. Kelemahan kita adalah terkait dengan kesehatan kita lemah, musuh kita Covid-19. Strategi kita apa seperti di bencana, kekuatan kita ada di masyarakat,” imbuhnya.
Wisnu juga menambahkan bahwa kini pihaknya menerapkan strategi membuat gugus tugas sekecil mungkin kalau mau karantina sekecil mungkin. “Rumah dulu kalau memang bisa dan harus ada pendampingan atau mungkin RT RW karena tidak seluruh Indonesia itu punya karakter yang sama. Ada beberapa kabupaten itu tidak ada kasus Covid-19 disana,” tegasnya.
Dalam memandang masalah Covid-19, Wisnu juga mengatakan jangan hanya berpikir semata-mata Covid-19, “Ancaman buat kita itu multidisiplin, multihazard dibelakang Covid-19 ini kita masih punya permasalahan di ekonomi, sosial nanti mungkin ke arah keamanan dan politik,” pungkasnya. (budi/riz)