YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pandemi Covid-19 telah mengubah tatanan kehidupan. Menyikapi suasana tidak menentu ini, PP Muhammadiyah memutuskan untuk menunda muktamar ke-48 yang seyogyanya dilaksanakan pada awal Juli 2020, lalu ditunda akhir Desember 2020, dan kini ditunda sampai batas waktu yang belum ditentukan. Muhammadiyah juga akan melaksanakan sidang tanwir daring pertama pada 19 Juli 2020.
“Ini bukan masalah takut dan tidak takut, ini realitas yang kita hadapi sekarang,” ungkap Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir dalam acara Press Conference Tanwir Muhammadiyah, Jum’at (17/7). Penundaan agenda besar Muhammadiyah adalah karena alasan kemanusiaan, dan supaya fokus dalam penanganan pandemi.
Muhammadiyah sebagai organisasi keagamaan terus berijtihad untuk mencari solusi. Mulai dari fatwa shalat di rumah, konversi qurban menjadi infaq, dan seterusnya. “Meski tidak mudah, Muhammadiyah terus meyakinkan umat untuk mau mematuhi protokol kesehatan,” katanya. Ini merupakan wujud kepedulian Muhammadiyah untuk menyelamatkan nyawa sesama manusia.
Haedar menjelaskan bahwa kita sebagai warga dunia harus tetap melakukan physical distancing dan mematuhi protokol kesehatan karena dampak Covid-19 sangat luar biasa. Nyawa manusia adalah segala-galanya. Hingga 17 Juli 2020, tercatat 593,019 jiwa meninggal dunia dan 13,962,530 terjangkit virus Covid-19. Angka ini terus melonjak.
Kematian adalah hak-Nya Allah, namun manusia punya peran. “Pandemi ini mengajarkan kita arti penting nyawa manusia. Segala bentuk hal, seperti perang, yang menyebabkan matinya manusia itu merupakan tragedi kemanusiaan.” Dalam konteks Indonesia, sila kedua secara tegas menjunjung tinggi kemanusiaan
Sebagai seorang muslim, kata Haedar, kita meyakini firman Allaah dalam QS. Al Maidah ayat 32 yang mengandung makna bahwa membunuh satu nyawa sama dengan membunuh seluruh nyawa manusia di dunia. Begitupun sebaliknya, menjaga satu nyawa sama dengan menjaga seluruh kehidupan.
Haedar menerangkan bahwa dalam mengahadapi covid ini, kita harus melakukan langkah adaptasi dan mencari penyelesaian masalah pandemi yang dilihat dari berbagai aspek. Apabila ada warga yang tidak mematuhi protokol kesehatan, itu termasuk perbuatan yang tidak bertanggung jawab.
Segala kebijakan pemerintah diharap senantiasa berdasarkan pada data dan kajian yang mendalam. Para warga diminta untuk berta’awun dan memberikan solusi yang terbaik. Apabila tetap berdisiplin mengikuti protokol kesehatan, maka insyaallah pandemi ini akan segera berakhir.
Kita juga diharap peduli pada tenaga kesehatan. Yang berada di zona perang itu ialah para dokter dan anggota medis di garda terdepan. “Maka, sikap empati dari diri masing-masing sangat dituntut untuk memperjuangkan serta mengurangi beban dari para anggota medis,” tegas Haedar.
Haedar mengajak semua pihak mengabdi pada negara dengan terus berusaha melindungi diri dan saudara satu nusa dan bangsa. Semua pihak diharap menjadikan agenda penanggulangan Covid-19 ini sebagai prioritas utama.
Di tengah situasi darurat ini, Haedar mengajak para anggota dewan dan pejabat negara untuk mengutamakan Covid-19 sebagai problem yang utama dan penting. Dalam konteks ini, pembahasan beberapa RUU kontroversial oleh DPR perlu dipertimbangkan kembali. Semua pihak, para elite dan warga bangsa seharusnya fokus pada penanganan Covid-19. (rahel/ribas)
Baca juga: Pertama dalam Sejarah, Tanwir Istimewa Muhammadiyah – ‘Aisyiyah Digelar secara Online