YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – “Jika takut dengan tantangan jangan bicara soal bisnis” ujar Deni Asy’ari, Direktur Suara Muhammadiyah, dalam agenda Student Preneurship Dialogue, Sabtu (18/07) yang diselenggarakan oleh IPM Bantaeng.
Dalam seminar virtual ini Deni menyampaikan terkait ekonomi dan bisnis sebagai aspek yang juga penting dalam kehidupan, bukan hanya terkait akhirat. Deni juga menyebutkan bahwa Islam sudah menaruh fondasi terkait dengan entrepreneurship, yang salah satunya terlihat dari Nabi Muhammad SAW sebagai contoh pebisnis dalam Islam. Dalam sejarah Islam juga tercatat ekspansi perdagangan Islam jauh hingga ke wilayah Eropa dan Asia.
Muhammadiyah sendiri, papar Deni, juga punya sejarah yang kuat dengan sektor bisnis perdagangan. “Saya baca sejarah itu 71% itu pengurus Muhammadiyah sejak Muhammadiyah didirikan 1912-1927 itu adalah saudagar” ungkapnya.
Dikatakan Deni, dari fakta-fakta historis itu sudah cukup menjadi spirit dalam berbisnis bagi generasi saat ini. Betapa sektor ekonomi bisnis ini ialah salah satu sektor yang fundamental juga dalam pertumbuhan dan pembangunan apa pun.
Zaman sekarang juga dihadapkan dengan generasi instan yang apa-apa ingin cepat. Kaitannya dalam bisnis ialah banyak yang ingin berhasil sebagaimana pebisnis sukses yang terkemuka di dunia namun persoalannya ialah “bahwa kita belum memiliki sikap yang sama dengan orang-orang yang sukses itu” ujar Deni. Banyak yang menginginkan menjadi kaya dan sukses dengan cepat.
Generasi saat ini juga, menurut Deni, ialah generasi yang gampang trauma dan putus asa. Mudahnya menyerah ketika gagal.
Selain itu, menurutnya, saat ini dunia memasuki era disrupsi, artinya memberikan cara yang merusak pada suatu tatanan, tapi juga memerikan satu tatanan baru sebagai pilihan. Pilihan tatanan baru ini dicontohkan Deni semisal mal yang banyak jaringannya dan ada di mana-mana kemudian bisa kalah dengan market place digital yang jauh lebih diminati oleh konsumen saat ini, sehingga membuat mal sekarang hanya dijadikan tempat orang-orang berwisata bukan berbelanja. Dalam hal ini Deni menekankan bahwa di era disrupsi ini kekuatan berada pada diri kita. Disrupsi era menghasilkan cara baru untuk orang menata kembali sistem ekonomi.
“Ini ruang dan area baru bagi anak-anak muda untuk mengambil kesempatan ini. Jangan katakan bahwa kita tidak mampu karena mereka memiliki bisnis yang besar, dan jangan katakan karena mereka punya bisnis yang besar, ini disrupsi era, bukan era konvensional ketika transaksi itu face to face, mengapa kita harus takut untuk berkompetisi dengan mereka” tegas Deni sekali lagi.
Deni pun mengingatkan kepada anak-anak muda jangan sampai terlambat dalam mengambil peran dalam era ini di sektor ekonomi, “maka akan menjadi orang yang gagal dalam era selanjutnya, karena orang lain sudah masuk duluan di era disrupsi ini”.
Terakhir dalam pemaparannya, Deni melihat pandemi yang terjadi saat ini juga merupakan kesempatan baik bagi enterpreneur muda, karena bisnis konvensional face to face luluh lantak akibat pandemi. Sehingga hal ini menjadi kesempatan untuk membangun bisnis berbasis digital.
Berbicara tentang bisnis dan anak muda, Mukhaer Pakkana, Sekretaris Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PP Muhammadiyah, yang juga hadir dalam agenda tersebut mengungkapkan terkait gairah berbisnis di Indonesia. Ia mengatakan, “Mengapa Indonesia lambat untuk maju, karena jiwa saudagarnya kurang”. Sehingga dalam hal ini Mukhaer mendorong anak-anak muda untuk menjadi saudagar agar pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat.
Rektor Institut Teknik dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB-AD) ini menyebutkan bahwa generasi muda yang saat ini disebut sebagai generasi milienial, ialah yang nanti akan memajaukan Indonesia. Indonesia ke depan akan mengalami peristiwa bonus demografi dimana jumlah anak muda lebih banyak daripada generasi tua. Sehingga hal ini menjadi kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk aktif dan produktif di bidang ekonomi dan bisnis.(ran)
https://www.youtube.com/watch?v=dX_V-nD9D7E
Student Preneurship Dialogue IPM Bantaeng