Dalam konteks kekinian, umat Islam perlu melakukan refleksi kritis terhadap jati dirinya, dengan senantiasa mengambil inspirasi dan motivasi dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw. Secara teologis, umat Islam itu harus menjadi umat yang unggul, tinggi derajatnya, dan berkemajuan dibandingkan umat lain. Dalam hal ini Allah berfirman: “Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman.” (Qs Ali `Imran [3]: 139).
Secara psikologis, spirit kemandirian, kemajuan, dan keunggulan itu merupakan energy pemacu dan penyemangat untuk berprestasi dan berdaya saing tinggi. Namun demikian, spirit berdaya saing tinggi hanya dapat diaktualisasikan jika umat Islam memiliki keimanan yang kokoh, keyakinan yang tinggi bahwa pemenang masa depan dengan kemajuan peradaban adalah umat Islam.
Kesadaran teologis tersebut perlu dibarengi dengan visi dakwah dan pendidikan yang berorientasi kepada perubahan sosial kearah yang lebih baik. Pendidikan dan dakwah Islam harus dikembangkan sebagai strategi pemberdayaan dan peningkatan daya saing umat Islam dengan tetap melayani dan mengabdikan diri untuk kemasalahatan umat dan bangsa. Pendidikan Islam tidak hanya menyiap kan generasi mandiri, tetapi harus mampu “memberi warna dan karakter” sebagai insan yang shalih dan muslih (agen reformasi), karena umat terbaik (khairaummah) itu harus tampil dengan peran konstruktif dalam membangun peradaban umat dan bangsa.
Spirit itulah yang mengilhami KH Ahmad Dahlan dalam mendirikan persyarikatan Muhammadiyah, yaitu spirit keumatan dan kemanusiaan. Dakwah amar ma’ruf dan nahi munkar yang digelorakan pendiri Muhammadiyah bukan semata-mata mengajak umat lain untuk berislam, tetapi yang lebih signifikan lagi adalah menyinergikan segenap potensi umat untuk mencerdaskan umat dan bangsa melalui pendidikan berkualitas unggul, menyehatkan masyarakat melalui pengobatan rasional, memberdayakan golonganl emah dan menyantuni anak yatim dan terlantar. Elan vital dari spirit KH Ahmad Dahlan diinspirasi oleh firman Allah:
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” (‘Ali `Imran [3]: 110)
Menjadi khairaummah berkemajuan dan berdaya saing tinggi mengharuskan pengembangan sistem pendidikan Islam yang holistik integratif ; tidak hanya berorientasi ukhrawi semata, melainkan berwawasan duniawi dan berorientasi ukhrawi. Pendidikan iman, ilmu, amal, akhlak, dan budaya berkemajuan secara terpadu dan berkualitas unggul harus terus dikembangkan dalam sistem pendidikan Muhammadiyah.
Umat berkemajuan dan berdaya saing tinggi adalah umat beriman dan berilmu; umat yang bergerak dan berjuang memajukan peradaban ilmu. Dengan modal mental spiritual dan intelektual, khairaummah akan mampu memainkan peran penting dalam membangun dan memajukan peradaban, sekaligus memiliki kedudukan tinggi dan mulia di hadapan Allah. “…niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orangorang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (Qs Al-Mujadilah [58]: 11).
Karena itu, umat berkemajuan dan berdaya saing tinggi harus memiliki etos fastabiqulkhairat (berkompetisi secara sportif dalam rangka mengaktualisasikan kebaikan). Etos ini juga menjadi karakter utama umat dan hamba pilihan (Tuhan).“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu (proaktif) berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar.” (Qs Fathir [35]: 32).
Umat berdaya saing tinggi senantiasa merasa “terus diuji dan dinilai” dalam berkompetisi, sehingga selalu berupaya maksimal meraih kinerja terbaik dan prestasi tinggi, sesuai dengan firman-Nya: “Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha perkasa, Maha Pengampun.” (Qs Al-Mulk [67]: 2).
Muhbib Abdul Wahab, sekretaris Lembaga Pengembangan Pondok Pesantren PP Muhammadiyah dan Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sumber: Majalah SM Edisi 21 Tahun 2016