IMM Punya Cerita dan Harapan

IMM Punya Cerita dan Harapan

IMM Punya Cerita

Tujuan IMM yang sesuai dengan AD IMM dalam Bab II pasal 6 adalah “mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berangkal mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah

Oleh: Preli Yulinto

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) lahir tanggal 14 Maret 1964 di Yogyakarta yang didirikan oleh Djazman Al-Kindi, Sudibyo Markus, Rosyad Soleh dan lainnya. Memang usia ortom yang tidak tunas lagi, tentu dalam catatan sejarah IMM bukan penikmat sejarah, tetapi IMM sebagai bagian sejarah yang bersaksi ditengah badai atmosfirnya perjalanan negeri ini.

Kelahiran IMM sebagai konsekuensi sejarah dan berkembangnya PTM yang tidak terbendung, kedua hal tersebut dapat dianggap mengandung hukum sebab-akibat. Artinya, sekalipun kelahiran IMM tidak berada dalam gejolak antara PKI dan organisasi Islam, maka pada saat ini juga pun IMM juga akan lahir kembali.

IMM adalah satu-satunya organisasi yang mendapat restu berdiri berdaulat lewat prasasti yang ditulis Ir. Soekarno pada tahun 1965 setelah 1 tahun IMM berdiri  menjadi bukti bahwa IMM merupakan organisasi yang resmi diakui pemerintah kala itu hingga sekarang.

Semakin bertambahnya usia IMM seharusnya mempertajam tujuan berupa action yang menjadi cita-cita luhur yang menjadi cikal bakal suatu organisasi memiliki alasan besar berkiprah sebagai arah mata angin dalam mencapai aktualisasi organisasi.

Foto The Founding Fathers IMM

Faktor Berdirinya IMM

Secara garis besar latar belakang berdirinya IMM menurut Sani (2017) menjelaskan bahwa berdirinya IMM dipengaruhi oleh dua faktor, internal dan eksternal. Faktor internal, berhubungan dengan Muhammadiyah sebagai organisasi induk menginginkan adanya pembinaan atau pengkaderan langsung setingkat mahasiswa untuk mewadahi kader-kader Muhammadiyah yang tersebar diberbagai organ pergerakan seperti HMI.

Sedangkan faktor eksternal (ideologi) yang melatarbelakangi berdirinya ikatan berkaitan dengan kondisi sosio-historis atau realitas polarisasi ideologi yang beragam, bahkan adanya upaya pemerintah dan pihak-pihak tertentu membentuk Baskom sebagai wadah pengembangan ideologi. Meminjam kalimat Kuntowijoyo bahwa kesadaran ideologi bukan kesadaran ilmu sehingga pemahaman islam pada waktu itu, tidak melakukan objektivitas terhadap islam tetapi islam sebagai ideologi.

Menurut perspektif penulis berdirinya IMM terdiri dari 2 faktor yakni: secara internal, IMM sebagai jawaban terhadap aktivis mahasiswa Muhammadiyah yang terlantar atau yang berkiprah di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) untuk mendapatkan wadah pergerakan sebagai basis organisasi kemahasiswaan. Selain itu juga IMM sebagai upaya untuk memperluas ekspansi dakwah Muhammadiyah untuk terus memberikan sinar matahari sebagai pencerahan umat di muka bumi.

Secara eksternal IMM dilatarbelakangi oleh carut marutnya ketatanegaraan waktu itu, ditandai dengan melencengnya dari amanah UUD 1945, rakyat semakin menderita sehingga hadirnya IMM menjawab problem kebanggsaan kala itu. Sebagai organisasi yang menawarkan suara keadilan penyambung lidah rakyat indonesia yang terbisu oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) yang merongrong bangsa ini.

Pertemuan IMM di Gedung Istana Presiden tahun 1965

Hubungan Tujuan IMM dan Muhammadiyah

IMM memiliki hubungan yang erat dengan Muhammadiyah karena IMM merupakan salah satu ortom Muhammadiyah itu artinya IMM dibawah naungan Muhmmadiyah termasuk ortom-ortom Muhammadiyah lainnya. IMM memiliki catatan penting dan dijuluki lumbung kader Muhammadiyah.

Sebagaimana tercantumkan dalam tujuan IMM yang sesuai dengan AD IMM dalam Bab II pasal 6 adalah “mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berangkal mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah”. Dari tujuan tersebut, tujuan IMM merupakan kepanjangan tangan Muhammadiyah. Dalam artian IMM sebagai mengawal dan akan mewujudkan tujuan Muhammadiyah terutama dakwah di kalangan Mahasiswa hingga masyarakat luas.

Tujuan muhammadiyah seperti yang disebutkan dalam buku karya Prof. Dr. H. Haedar Nashir, M.Si. dalam bukunya berjudul memahami ideologi muhammadiyah bahwa “menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.

IMM harus Membumikan Gerakan

Angan-angan yang harus dihelatkan dalam gerakan secara nyata, perlu dongkrakkan, memacu, dan berkomitmen untuk berdinamisasi menjawab tantangan zaman sebagai implementasi dari deklarasi Setengah Abad IMM, untuk selau ber-fastabiqulhoirot menjadikan suatu momentum untuk beraktualisasi.

Muktamar ke XVI Ikatan Mahsiswa Muhammadiyah di kota Surakarta Jawa Tengah 26-30 Mei 2014 IMM menegaskan (Deklarasi Setengah Abad) yaitu:

1. IMM adalah pengkaderan Islam yang berlandaskan ideologi Muhammadiyah

2. Pengkaderan IMM berbasis pada penguatan kapasitas individu dan gerakan Komunal yang bertumpu pada kearifan lokal

3. Pengkaderan ikatan selalu menanamkan nilai-nilai moralitas profetik dan multikultural dalam rangka membumikan gerakan dakwah Islam

4. IMM independen terhadap politik praktis

5. Membumikan gerakan cinta masjid sebagai basis gerakkan IMM

6. Orientasi gerakan IMM diarahkan pada penyelesaian problematika kemanusiaan universal

Tinta emas tidak akan terukir, tanpa adanya karya yang membuka alur sejarah berkesan dan unik. Dalam artian IMM harus mampu memberikan sumbangsih terhadap sejarah melalui aksi-aksi intelektual maupun secara praksis merajut momentum untuk menjemput jastifikasi Organisasi berkemajuan.

Sebelum menggapai angan-angan yang tinggi dibutuhkan kader yang sesuai dengan deklarasi setengah abad yaitu pengkaderan yang bertumpu pada kapasitas individu, dengan sistem kolektif kolegial. Esensinya adalah IMM bukan organisasi anggota melainkan organisasi kader yang sangat mengutamakan kualitas dibanding kuantitas dengan harapkan mampu mengosong dinamika organisasi. Kader adalah jantungnya organisasi karena sebagai komponen-komponen penting dalam menjalankan otoritas organisasi secara berkesinambungan.

Prasasti yang ditulis Soekarno (1965)

Selama ini menjadi kesalahan arah gerakan yang hanya berekspansi menggunakan paradigma lama bahwa, “dari kader untuk kader” filosofi tersebut harus direvolusiakan menjadi paradigma baru yang lebih menguatkan pergerakan sesuai dengan deklarasi progresif (Deklarasi setengah abad) yang mengarah pada pergerakan berekspansi secara masif secara internal dan eksternal. Dengan kata lain IMM harus tuntas, paham, dan action sesuai dengan kedudukan/status/posisi karena hal tersebut berbanding lurus dengan peranan IMM itu sendiri.

IMM organisasi tajdid yang sudah menjadi keharusan menjadi ujung tombak pencerah umat yang menyongsong visi maupun misi amar mahruf nahi mungkar untuk mewujudkan tujuan Muhammadiyah dengan prisai religiusitas, intelektualitas, dan humanitas sebagai basis gerakan IMM.

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sudah seharusnya menjadi organisasi yang mampu membumikan gerakan amar mahruf nahi mungkar sehingga mampu menjadi organisasi IMM megukir peradaban dalam catatan sejarah dunia. IMM perlu membumikan gerakan sehingga dapat mewujudkan gerakan progresif/berkemajuan. Gerakan tersebut dapat terwujud apabila ada komitmen yang kokoh dari setiap kader IMM untuk selalu istiqomah menjalankan amanah demi IMM progresif.

Preli Yulinto, PC IMM Universitas Muhammadiyah Palembang

Exit mobile version