Menjaga Ketahanan Keluarga Di Kala Pandemi

keluarga

Ketahanan keluarga merupakan kondisi dinamis suatu keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan secara fisik, psikis, mental dan spiritual guna hidup mandiri, mengembangkan diri dan keluarganya sehingga tercipta keluarga yang harmonis sejahtera lahir  dan batin

Oleh: Nur Ngazizah, S,Si. M.Pd

Saat ini kita semua dihadapkan terjadinya wabah virus Covid 19 atau dikenal juga dengan virus corona. Badan kesehatan dunia, WHO, menyatakan bahwa wabah virus ini sebagai pandemi yang menjadi masalah global. Pemerintah Indonesia pun telah menjadi virus corona ini menjadi bencana nasional.

Kasus wabah virus corona ini adalah bagian dari bencana non alam. Dalam perspektif ajaran Islam, bencana dapat dimaknai sebagai musibah yang bisa menimpa kepada siapa saja, kapan dan di mana saja. Musibah adalah keniscayaan yang harus dihadapi oleh setiap manusia. Sebagaimana Allah tegaskan dalam alQur’an surat al-Baqarah ayat 155, yang berbunyi:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ – ١٥٥

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar

Ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa musibah atau bencana adalah hal niscaya yang harus dihadapi oleh setiap manusia. Bencana, apapun bentuknya, sesungguhnya merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada manusia. Berbagai peristiwa yang menimpa manusia pada hakikatnya merupakan ujian dan cobaan atas keimanan dan perilaku yang telah dilakukan oleh manusia itu sendiri. Ketauhidan seorang mukmin akan menuntunkan bahwa berbagai peristiwa yang menimpa manusia bukanlah persoalan, karena manusia hidup pasti akan diuji dengan berbagai persoalan.

Peristiwa yang merupakan musibah merupakan takdir Allah. Takdir di sini dimaknai dengan sebuah ketetapan dan ketentuan Allah yang telah terjadi di hadapan kita. Hanya Allah saja yang mengetahui ketetapan dan ketentuan-Nya. Manusia hanya dapat mengetahuinya ketika ketetapan dan ketentuan tersebut terjadi. Adapun ketika ketetapan dan ketentuan yang akan terjadi pada manusia juga tidak mengetahuinya, hanya Allah saja yang Maha Tahu. Dengan demikian, manusia wajib memohon kepada Allah dan berusaha untuk menyikapinya dengan penuh kesabaran dalam rangka merubah keadaan yang dihadapinya menjadi lebih baik. Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya surat al-Anfaal ayat 53:

ذٰلِكَ بِاَنَّ اللّٰهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِّعْمَةً اَنْعَمَهَا عَلٰى قَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۙ وَاَنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌۙ –

Yang demikian [siksaan] itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merobah sesuatu ni’mat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merobah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui

Problematika keluarga yang muncul

  1. Rasa ketakutan, pesimis, stress
  2. Ekonomi
  3. Kekerasan dalam rumah tangga
  4. Pelecehan seksual
  5. Pengasuhan anak
  6. Penggunaan hp yang full sepanjang hari
  7. Pertengkaran dalam keluarga
  8. Perceraian
  9. dll

Apa itu Ketahanan keluarga?

Kondisi darurat seperti saat ini sangat diperlukan kemampuan membangun ketahanan keluarga. Ini yang akan membantu daya tahan keluarga dalam menghadapi tantangan. Ketahanan keluarga merupakan kondisi dinamis suatu keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan secara fisik, psikis, mental dan spiritual guna hidup mandiri, mengembangkan diri dan keluarganya sehingga tercipta keluarga yang harmonis sejahtera lahir  dan batin. Ada beberapa Komponen terkait ketahanan keluarga,  yakni sebagai berikut.

Pertama, ketahanan spiritual, merupakan kekuatan keluarga dalam menerapkan nilai agama, dan menjadikan agama sebagai benteng, tumpuan dan sandaran dalam menghadapi berbagai persoalan.

Kedua, ketahanan psikologis, yakni kemampuan keluarga untuk mengelola emosinya sehingga menghasilkan konsep diri yang positif, dan kepuasan terhadap pemenuhan kebutuhan dan pencapaian tugas perkembangan keluarga. Kemampuan mengelola emosi dan konsep diri yang baik menjadi kunci dalam menghadapi masalah-masalah keluarga yang bersifat non fisik.

Ketiga, ketahanan Ekonomi, yakni terkait dengan kemampuan ekonomi keluarga. Ketahanan ekonomi adalah kemampuan anggota keluarga dalam memperoleh sumber daya ekonomi dari luar sistem keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti pangan, sandang, papan (perumahan), pendidikan dan Kesehatan.

Keempat, ketahanan sosial, yakni kemampuan keluarga untuk membangun interaksi sosial sebagai bagian dari anggota masyarakat.

Bagaimana membangun ketahanan keluarga?

Menjadi kewajiban keluarga untuk menjaga dan menyelamatkan anggota keluarganya terlebih dahulu dari segala resiko dan gangguan. Sebagaimana firman Allah dalam QS At-Tahrim (66) ayat 6.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٞ شِدَادٞ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ

 Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk membangun ketahanan keluarga

 Pertama Membangun ketahanan spiritual.

Memperkuat dan mempertebal keimanan kepada Allah SWT. Iman yang kuat akan menuntunkan kita pada sikap hidup yang optimis dan yakin akan pertolongan Allah. Seorang muslim yang istiqomah dalam iman kepada Allah, maka akan ditiadakan rasa takut dalam dirinya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Fushilat ayat 30:

اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ – ٣٠

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata bahwa Tuhan kami adalah Allah dan mereka istiqomah, maka malaikat akan turun kepada mereka dan berkata; “janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati, dan bergembiralah kamu memperoleh surga yang telah dijanjikan kepadamu”

Iman yang kuat akan menuntun pula pada sikap sabar. Bersabar bagi seorang muslim hakekatnya adalah kesadaran bahwa keburukan yang terjadi pada dirinya adalah rahmat Allah dan selanjutnya dia akan berusaha untuk merubah kondisi buruk yang dihadapi sekarang untuk menciptakan kebaikan-kebaikan di masa yang akan datang. Kebaikan yang dilakukan tidak hanya setelah musibah terjadi, tetapi lebih dari seorang muslim akan berusaha semaksimal mungkin menciptakan kebaikan-kebaikan jauh sebelum musibah itu terjadi.

Allah akan memberikan keberkahan kepada kita semua, jika kita kembali kepada aturan Allah.

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raf: 96)

Tafsir Surat Ath-Thur, ayat 21-28

{وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ (21) وَأَمْدَدْنَاهُمْ بِفَاكِهَةٍ وَلَحْمٍ مِمَّا يَشْتَهُونَ (22) يَتَنَازَعُونَ فِيهَا كَأْسًا لَا لَغْوٌ فِيهَا وَلا تَأْثِيمٌ (23) وَيَطُوفُ عَلَيْهِمْ غِلْمَانٌ لَهُمْ كَأَنَّهُمْ لُؤْلُؤٌ مَكْنُونٌ (24) وَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ (25) قَالُوا إِنَّا كُنَّا قَبْلُ فِي أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ (26) فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ (27) إِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلُ نَدْعُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيمُ (28) }

Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. Dan Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini. Di dalam surga mereka saling memperebutkan piala (gelas) yang isinya tidak (menimbulkan) kata-kata yang tidak berfaedah dan tiada pula perbuatan dosa. Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang tersimpan. Dan sebagian mereka menghadap kepada sebagian yang lain saling bertanya. Mereka berkata, “Sesungguhnya kami dahulu sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan diazab).” Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka. Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya. Sesungguhnya Dialah yang melimpah­kan kebaikan lagi Maha Penyayang.

Konsep Keluarga Muslim

Quran Surat Ali ‘Imran Ayat 159

 فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

Kedua,, Membangun ketahanan psikologis. Situasi yang ada saat ini rentan menjadikan seseorang mengalami tekanan batin, jika tidak mampu mengelola emosi diri.  dibutuhkan kesadaran diri untuk meningkatkan kematangan kepribadian. memelihara, mengembangkan, dan menguatkan konsep diri, sikap, dan perilaku positif. Menyadari bahwa kesulitan yang dihadapi saat ini dirasakan setiap anggota keluarga. Siap beradaptasi dengan berbagai perubahan ketika pandemi Covid-19 terjadi. Mensyukuri sekecil apapun nikmat yang diterima.Hubungan keluarga yang harmonis menjadi landasan yang kuat dalam membangun ketahanan psikologis.

Ketiga,Membangun ketahanan ekonomi. Kondisi ekonomi yang semakin sulit mendorong masyarakat untuk menggali, mengelola dan memanfaatkan sekecil apapun sumber daya yang ada. Kebutuhan hidup memang beragam. Minimal memenuhi kebutuhan dasar yang perlu diupayakan, seperti kebutuhan pangan. Menghadapai wabah yang belum tahu sampai kapan berakhir menjadi tantangan tersendiri. Membangun ketahanan pangan di tingkat keluarga menjadi tugas pertama. Penghematan harus dilakukan. Pengelolaan keuangan perlu lebih hati-hati, dengan memprioritaskan kebutuhan pokok terlebih dahulu. Beberapa hal sederhana juga bisa dilakukan, seperti menanam tanaman hortikultura di sekitar rumah. Menanam sayuran, buah-buahan atau ubi-ubian yang bisa dipanen dalam waktu singkat di sekitar rumah, perlu digerakkan. Setiap keluarga bisa memanfaatkan lahan atau halaman sekitar rumah sehingga lebih mudah untuk pemeliharaan. Atau menggunakan pola hidroponik sehingga tidak membutuhkan lahan yang luas. Perlu dibuat gerakan keluarga menanam tanaman hortikultura, minimal sebanyak jumlah anggota dalam keluarga.

Keempat,Membangun ketahanan sosial. Keluarga perlu membangun kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial sebagai bagian dari anggota masyarakat.Konsep pentingnya kebersamaan sosial perlu dikuatkan. Misalnya dengan membangun jiwa gotong royong, saling membantu dan saling menguatkan dalam menghadapi situasi genting pandemi covid-19. Bila seseorang memiliki kepedulian kepada masyarakat di sekitarnya, maka saat ia mengahapi kesulitan orang lainpun akan ringan memberikan bantuan dan dukungan. Membantu orang lain tidak menunggu berlebih, namun menunda kebutuhan sekunder untuk berbagi akan memberikan kehidupan yang lebih bermakna.

Semoga keluarga muslim semuanya mampu menghadapi masa sulit saat ini dengan memperkuat ketahanan diri dan ketahanan keluarga. Semoga Allah memberikan bimbingan dan kekuatan untuk kita semuanya.

Tips untuk menguatkan ketahanan keluarga selama pandemi corona.

  1. Menyegarkan, memperbaharui, reorientasi nilai, tujuan, makna dan ikatan keluarga
  2. Meningkatkan fungsi agama dan pribadi yang religius; ketaatan dan kepatuhan menjalankan ajaran agama
  3. Meningkatkan komunikasi dan interaksi dalam keluarga, mendorong ekspresi saling peduli, menjaga, dan melindungi keluarga agar tidak terpapar corona
  4. Mengatur ulang pengelolaan sumberdaya keluarga (waktu, finansial, pengetahuan-keterampilan, energi perhatian) disesuaikan dengan fokus tujuan keluarga selamat dari corona
  5. Memperbaharui keputusan keluarga (jika diperlukan), memilih sumber informasi terpercaya tentang corona sebagai dasar perubahan keputusan keputusan dalam keluarga
  6. Internalisasi nilai dan keterampilan hidup dalam sistem keluarga, khususnya kepada anak dan generasi muda
  7. Memelihara dan atau meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh, dan tetap produktif di masa Work From Home (WFH) dan isolasi mandiri
  8. Memprediksi dan mengenali tekanan-tekanan dan masalah yang muncul, dan mengelolanya serta menanggulanginya secara bijaksana dan efektif
  9. Mengenali kerentanan dan potensi krisis keluarga dan mencegahnya supaya tidak menjadi krisis
  10. Berinvestasi dalam proses membangun kelentingan keluarga sebagai bagian dari upaya meningkatkan kapasitas menurunkan risiko karena pandemik corona
  11. Meningkatkan kematangan kepribadian; memelihara, mengembangkan, dan menguatkan konsep diri, sikap, dan perilaku positif
  12. Berpartisipasi secara aktif dalam upaya pemutusan penyebatan corona, dan atau berkontribusi materi untuk membantu keluarga rentan dan pihak-pihak lain yang membutuhkan bantuan
  13. Memperluas lingkungan yang dapat menjadi aset perlindungan keluarga (protective factor); mencari dukungan materi dan sosial (dari keluarga luas, teman, tetangga) jika keluarga membutuhkan bantuan

Nur Ngazizah, S,Si. M.Pd, Dosen UM Purworejo, Anggota Majelis Tabligh PDA Purworejo

Exit mobile version