PADANG, Suara Muhammadiyah – Banyak orang salah kaprah menganggap merantau ke Brunei selalu identik menjadi pembantu rumah tangga atau buruh kasar (blue collar), padahal cukup banyak warga Indonesia yang berhasil masuk ke dalam sektor strategis.
Untuk meluruskan persepsi tersebut, Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UMSB) bekerjasama dengan Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Muhammadiyah & Aisyiah (APPTIMA) menyelenggarakan bedah buku berjudul “Meraih Mimpi ke Luar Negeri: 71 Kisah Sukses Diaspora Indonesia di Brunei”.
Rektor UMSB, Dr. Riki Saputra MA menyatakan bahwa webinar internasional yang dilaksanakan tanggal 24 Juli 2020 tersebut bertujuan untuk mencermati peluang-peluang profesi “white collar” di Brunei yang pernah dan prospektif dimasuki pekerja migran Indonesia.
Karena itu, UMSB menggaet KBRI Bandar Seri Begawan dalam kegiatan tersebut bersama dengan pembicara lain yaitu Ir. Agus S Djamil, dosen UIN Syarif Hidayatullah sekaligus penerima “Pioneerism Award” Diaspora Indonesia. Buku setebal 294 halaman tersebut merupakan karya Efri Yoni Baikoeni, dosen UMSB yang pernah bermukim dan belajar di kerajaan berpenduduk 459.500 jiwa tersebut. Webinar diikuti beragam kalangan seperti dosen UMSB, anggota APPTIMA, penggiat literasi, mahasiswa dan umum.
Dalam presentasinya, Koordinator Fungsi Pensosbud pada KBRI Bandar Seri Begawan, Conakry Marsono Yamtomo, S.S. memaparkan perkembangan WNI di Brunei. Berdasarkan data tahun 2020, Tenaga Kerja Indonesia merupakan kelompok pekerja asing terbesar disusul Filipina, Bangladesh, Malaysia, India dan Pakistan.
Data Imigrasi Brunei tahun 2018 menunjukkan bahwa WNI yang masih memegang IC sebanyak 28.830 orang (laki-laki 17.677 orang dan wanita 11.153 orang). Para TKI tersebut bekerja pada perusahaan berbadan hukum sebanyak 14.165 (64,6%) dari berbagai sektor seperti minyak dan gas, konstruksi, jasa, perdagangan, manufaktur, perhotelan, restoran, perikanan, pertanian/perkebunan. Jumlah TKI pada perorangan (pribadi) seperti menjadi PRT sebanyak 7.661 orang (34,9%). Jumlah TKI pada sektor pemerintahan sebanyak 95 orang (0,4%) dengan beragam profesi seperti pelatih olah raga (bulu tangkis, anggar, pencak silat), konsultan, dokter dan lain-lain.
Terkait dengan pandemik Covid-19, pemerintah Brunei melakukan penangguhan sementara untuk mendatangkan pekerja asing sejak tanggal 21 Maret 2020 sampai waktu yang tidak ditentukan. Namun demikian, tanggal 27 Juli 2020, Pemerintah Brunei mulai melakukan de-eskalasi atau menerapkan “new normal” seperti pembukaan restoran, mengaktifkan kembali sekolah seperti semula dan lain sebagainya.
Buku setebal 294 halaman tersebut bercerita mengenai geliat perantau atau diaspora Indonesia di Brunei dalam beragam profesi. Setidaknya dalam buku ini terdapat 43 jenis pekerjaan yang sukses digeluti warga Indonesia di luar jabatan “main stream”. Kisah yang disusun melalui teknik wawancara tersebut diawali sosok Awang Sukip yang dibawa dari Jawa sebagai romusha pada masa pendudukan Jepang, diakhiri cerita geliat mahasiswa Indonesia yang berburu beasiswa Brunei. (Riz)