YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang besar bagi dunia persilatan khususnya Tapak Suci Putra Muhammadiyah. Salah satu dari dampak tersebut adalah tidak dapat terselenggaranya bentuk-bentuk kegiatan berupa latihan secara masal dan masif.
Tapak Suci merupakan sebuah perguruan yang diperhitungkan baik di level nasional maupun internasional. Dengan keadaan seperti ini tentu mengharuskan Tapak Suci memiliki strategi agar memiliki kestabilan dalam setiap pergerakkan.
Berkaitan dengan mundurnya kegiatan Muktamar Muhammadiyah sampai tahun 2022, Ketua Umum Pimpinan Pusat Tapak Suci, Afnan Hadikusumo mengatakan, kita di Tapak Suci juga mengalami hal yang sama.
Rencananya pada bulan Mei 2020 terdapat tiga kegiatan yaitu pelatihan IT dalam tiga tahapan, Tanwir Tapak Suci, dan Turnamen Kejuaraan Nasional Remaja, semuanya terpaksa dibatalkan.
Melihat perkembangan seperti ini, PP Tapak Suci melihat kepada tiga aspek inti. Pertama, aspek kesehatan. Kedua, aspek keselamatan peserta. Dan ketiga, aspek sosial ekonomi. “Sehingga kita harus memenuhi ketiga aspek tersebut untuk mencapai kemaslahatan bersama,” ujar Afnan.
Perkembangan Tapak Suci di berbagai belahan dunia menunjukkan tren positif. Hal ini terlihat dari kejuaraan dunia yang diselenggarakan oleh Tapak Suci beberapa waktu lalu. Ada sekitar 845 peserta dari 14 negara, 34 provinsi, dan 132 pemda.
“Itu menunjukkan bahwa Tapak Suci juga disukai di luar negeri, termasuk di Taiwan, Mesir, Yordania, dan Libanon. Perkembangan kita sudah sangat bagus, makanya kita sedang melakukan pendataan,” ungkapnya.
Seiring dengan adanya masukan untuk menjadikan Tapak Suci sebagai mata pelajaran atau ekstrakulikuler untuk Sekolah Menengah Kejuruan seluruh Indonesia. Namun kita masih melihat tenaga pelatih kita, mencukupi atau tidak.
Melihat kondisi di setiap daerah yang berbeda-beda dari segi kesiapan, maka hal tersebut belum dapat dipenuhi. “Oleh sebab itu saya harus tetap menjaga marwah Tapak Suci dengan selalu melihat sumber daya yang ada,” paparnya.
Muhammad Bariyadi, Pendekar Muda Tapak Suci menyampaikan, sebagai seorang pesilat tentu dia tidak akan tinggal diam menyaksikan keadaan seperti ini. Ada dorongan dari dalam, ia harus mampu mengemas dirinya dengan cara menjaga hidup agar tetap sehat.
Namun secara perguruan, pandemi ini sangat mempengaruhi sistem tata kelola latihan yang sebelumnya telah berjalan di sekolah-sekolah. Seluruh kegiatan berhenti karena prosedur pencegahan penularan Covid-19.
“Di sekolah-sekolah yang menyelenggarakan latihan Tapak Suci seluruhnya berhenti. Padahal semangat anak-anak di daerah sangat luar biasa,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa kegiatan latihan di luar sekolah masih tetap berjalan khusus untuk para kader. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas diri agar lebih baik dalam segi keilmuan bela diri maupun fisik.
Secara sepak terjang, Tapak Suci adalah perguruan seni bela diri yang bergerak dari tingkat bawah, dengan membawa spirit, mencari ridha Allah Swt. Ketika sekolah-sekolah tidak bisa menyelenggarakan latihan karena adanya pandemi maka latihan dilakukan di kampung-kampung, surau, dan di luar itu.
“Kegiatan ini dilakukan oleh kelompok komonitas Tapak Suci yang beranggotakan sekitar 5 sampai 20 orang. Sehingga yang diserukan oleh Pimpinan Pusat Tapak Suci mengenai kurikulum dapat digali ilmunya bahkan menemukan cara-cara baru agar bisa tetap bertahan di situasi yang menantang ini,” paparnya.
Iqbal Candra Pratama, Peraih Medali Emas Asian Games mengungkapkan rasa bangganya karena telah menjadi bagian dari Tapak Suci. Motivasi tersebut bermula dari kedua orang tuanya yang menggemari kegemaran yang sama yaitu Tapak Suci.
“Kebetulan bapak adalah seorang pendekar. Dari kecil saya melihat bapak melatih silat. Saya senang kepada Tapak Suci karena sering melihat bapak melatih,” jelasnya.
“Saya teringat dengan nasehat bapak bahwa anak laki-laki harus bisa bela diri, bukan untuk bergaya, tetapi paling tidak untuk menjaga keselamatan diri sendiri.”
(diko)