Duo Krisis dan Perilaku Otak Hewan atau Otak Manusia (2)

Duo Krisis dan Perilaku Otak Hewan atau Otak Manusia (2)

Duo Krisis dan Perilaku Otak Hewan atau Otak Manusia

Oleh: Wildan dan Nurcholid Umam Kurniawan

Keterampilan otak kanan dan kiri

                                    Gambar otak manusia dilihat dari atas

Kajian lanjutan mengungkapkan bahwa kekuatan dan kelemahan yang berkelanjutan dari keterampilan kortikal pada setiap orang lebih merupakan fungsi kebiasaan daripada desain dasar otak. Bila seseorang yang memiliki kelemahan tertentu dilatih oleh pakar, keterampilan dan kekuatan mereka pada area tersebut akan meningkat, dan hebatnya lagi kinerja mereka di area-area lain ikut menguat ! Misalnya, jika seseorang yang lemah dalam keterampilan menggambar dilatih menggambar dan melukis, maka kinerja akademisnya akan meningkat secara keseluruhan, terutama pada bidang-bidang seperti geometri di mana persepsi dan imajinasi berperan penting.

Contoh lain adalah keterampilan yang dimiliki otak kanan yaitu melamun, yang sangat penting bagi ketahanan hidup otak. Melamun memberi istirahat yang diperlukan kepada bagian-bagian otak yang telah melakukan pekerjaan analitis dan pengulangan, melatih pemikiran proyektif dan imajinatif, dan memberi kita kesempatan untuk mengintegrasikan dan mencipta. Kebanyakan jenius besar menggunakan lamunan yang diarahkan untuk membantu mereka memecahkan masalah, menghasilkan ide, dan mencapai tujuan.

Sayangnya, sistem pendidikan modern memilki kecenderungan untuk lebih memilih keterampilan-keterampilan “otak kiri” – matematika, bahasa, dan ilmu pengetahuan – daripada seni, musik, dan pengajaran keterampilan berpikir terutama keterampilan berpikir secara kreatif. Ketika hanya berfokus pada bagian setengah bagian otak, sistem pendidikan kita hanya menciptakan orang-orang yang setengah pintar, lebih parah lagi ukuran yang lebih akurat adalah satu persen pintar ! Ini disebabkan karena otak bekerja menurut dua prinsip penting: sinergi dan pengulangan.

Bila Anda hanya mengandalkan salah satu sisi otak dan melalaikan sisi lainnya, Anda mengurangi potensi keseluruhan otak secara drastis.

Duo Krisis, Perilaku Otak Kera atau Perilaku Otak Hajar

Sungguh, Kami pasti akan terus-menerus menguji kamu berupa sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang bersabar” (QS Al-Baqaroh [2] : 155).

Memasuki bulan Juli, pandemi Covid-19 telah menginfeksi lebih dari 11 juta warga dunia, 524.614 orang di antaranya meninggal (5/7/2020). Selain angka kesakitan dan kematian, penyakit akibat virus korona ini juga memberikan tekanan yang sangat besar terhadap ekonomi dunia.

Ketika setidaknya 137 negara menerapkan karantina wilayah penuh atau sebagian dan 141 negara membatasi pergerakan warganya di dalam negeri untuk mengendalikan pandemi, aktivitas ekonomi global pun berhenti.

Sistem pelayanan kesehatan di sejumlah negara berada dalam tekanan luar biasa besar. Malah ada sebagian sudah kewalahan menampung pasien Covid-19. Di luar ekonomi dunia yang berdarah-darah, beban ekonomi langsung setiap negara juga timbul dari besarnya biaya perawatan pasien Covid-19. Resesi ekonomi ada di depan mata. Singapura dan Korea Selatan sudah resmi menyatakan resesi.

Menurut Shihab (2012), Firman-Nya: Sungguh, Kami pasti akan terus-menerus menguji kamu mengisyaratkan bahwa hakikat kehidupan dunia, antara lain ditandai oleh keniscayaan adanya cobaan yang beraneka ragam.

Ujian yang diberikan Allah sedikit. Kadarnya sedikit bila dibandingkan dengan potensi yang telah dianugerahkan Allah kepada manusia. Ia hanya sedikit sehingga setiap yang diuji akan mampu memikulnya jika ia menggunakan potensi-potensi yang dianugerahkan Allah itu.

Patut dicamkan bahwa ayat sebelum ini mengajarkan shalat dan sabar. Jika demikian, yang diajarkan itu harus diamalkan sebelum datangnya ujian Allah ini. Demikian pula ketika ujian berlangsung. Itu sebabnya Rasul saw, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad melalui sahabat Nabi saw Hudzaifah  Ibn al-Yaman, bahwa “Apabila beliau dihadapkan pada satu kesulitan/ujian, beliau melaksanakan shalat”. Karena itu pula ayat di atas ditutup dengan perintah, “Sampaikan berita gembira kepada orang-orang yang sabar”.

Manusia harus berjuang karena hidup adalah pergulatan antara kebenaran dan kebatilan, pertarungan antara kebaikan dan keburukan. Manusia dalam hidupnya pasti menghadapi setan dan pengikut-pengikutnya. Allah memerintahkan untuk berjuang menghadapi mereka. Tentu saja, dalam pergulatan dan pertarungan pasti ada korban, pihak yang benar atau yang salah. Aneka macam korban itu bisa harta, jiwa, dan buah-buahan, baik buah-buahan dalam arti sebenarnya maupun buah-buahan dalam arti buah dari apa yang dicita-citakan. Tetapi, korban itu sedikit, bahkan itulah yang menjadi bahan bakar memperlancar jalannya kehidupan serta mempercepat pencapaian tujuan. Jika demikian, jangan menggerutu menghadapi ujian, bersabarlah dan sampaikan berita gembira kepada orang yang sabar.

Apa ciri mereka dan apa rahasianya sehingga mereka berhasil dalam kesabarannya? Jawabannya dijelaskan pada ayat berikut: “(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’ (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kami akan kembali kepada-Nya). Mereka  itulah yang banyak keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan (Pendidik dan Pemelihara) mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS Al-Baqarah [2] : 156-57).

Menurut ahli biologi evolusi Paul McLean (1974 dalam Pasiak, 2007) membagi otak menurut perkembangan evolusinya, membagi hierarki otak menjadi tiga dalam satu otak yang secara singkat disebut “Triune Brain” , yaitu

1) Otak Reptil, yang mula-mula muncul, otak ini terutama berfungsi mendukung kegiatan vegetatit tubuh manusia seperti bernapas, pengaliran darah;

2) Otak Paleomamalia (paleo = kuno, tua; hewan menyusui berkaki empat), selain ditemukan pada manusia, juga ditemukan pada hampir semua binatang. Kedua otak ini, Otak Reptil dan Otak Paleomamalia membentuk sistem limbik yang bertanggung jawab untuk pengaturan emosi yang responsnya, hadapi (fight) atau lari (flight). Sistem limbik yang merupakan pusat pengaturan emosi yang sebagian isinya adalah informasi bawah sadar dan terbentuk selama jutaan tahun evolusi kehidupan manusia. Sifat sistem ini berciri : reaktif, cepat tanggap, dan tanpa berpikir. Kita dikaruniai sistem ini untuk mempertahankan hidup dalam lingkungan yang keras. Nenek moyang kita dikarunia sistem ini karena mereka hidup dalam alam berburu yang sangat mengandalkan respons cepat. Dalam kehidupan sebagai pemburu, alam memiliki kekuatan yang sangat besar yang seringkali tidak bisa diduga. Nenek moyang kita bertahan hidup karena sistem yang bereaksi cepat dalam otak mereka;

3) Otak Neomamalia (neo = baru, hewan menyusui berkaki dua), merupakan lapisan otak yang paling akhir muncul. Lapisan paling atas ini bertanggungjawab untuk kegiatan berpikir tingkat tinggi (high order thinking) antara lain persepsi dan bahasa. Lapisan ini hanya ada pada mamalia tertentu dan paling lengkap pada otak manusia. Perkembangan bagian otak “modern” ini menyebabkan manusia tidak sekedar sebagai “hewan super berkaki dua” yang lebih unggul daripada mahluk-mahluk hidup lainnya, tetapi lebih dari itu, ia adalah unik. Di samping tangannya yang terampil, kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa, ciri khas manusia ialah kemampuan berpikir sehingga ia disebut Homo sapiens, manusia pemikir (Aswin, 1995).

Keunggulan manusia sudah jelas tergantung perkembangan otaknya. Fungsi otak memang menjadi ukuran keberhasilan otak itu. Yang dinilai bukan ada tidaknya otak, tetapi sejauh mana otak dapat berfungsi. Karena otak yang difungsikan secara maksimal akan membawa pencerahan pada manusia. Mula-mula otak rasional yang dipakai (panca indera berperan penting). Bila buntu, tugas akan diambil alih oleh otak intuitif (pada Archimedes melalui fenomena Eureka).

Jika kedua otak ini masih gagal, maka Tuhan bermurah hati memberi informasi yang akurat melalui otak spiritual. Bukhari, ahli hadis, menggunakan tiga tahap penelusuran kemurnian hadits;  pendekatan ‘aqliyah, ‘naqliyah, dan kasyfiyah. Pendekatan pertama menggunakan seluruh daya rasional otak dan kemampuan logis rasional melalui ilmu hadits (bahkan sampai mengunjungi sumber hadits, sanad). Pendekatan kedua merujuk pada kesesuaian dengan nash Al-Quran, dan pendekatan ketiga melalui shalat istikharah untuk menentukan laik tidaknya sebuah hadits diabsahkan dalam kitab (Pasiak, 2003).

Dalam Kitab suci kata Al-‘Aql dan Al-Nur (akal dan cahaya) masing-masing  49 kali (Shihab, et al, 2000). Maka, agar akal mendapatkan Nur Ilahi diperintahkan Tuhan untuk sujud (simbol shalat) yang dalam sehari  diwajibkan dilakukan 17 kali 2 demi kepentingan manusia itu sendiri. Apabila orang itu mendapat Nur Ilahi, mukanya akan bercahaya, wajahnya memancarkan kedamaian dan ketenteraman, meskipun jidatnya tidak hitam. Dengan kata lain mendapatkan “hati (jantung-heart) nurani”, mestinya akal nurani atau akal budi ! Orang disekitarnya juga merasa nyaman karena dia tidak melakukan perbuatan keji dan munkar, selain wajahnya juga memancarkan kedamaian dan perdamaian. Sebaliknya, meskipun jidatnya hitam, tapi orang lain tidak merasa nyaman dengannya, maka “hati”-nya tidak nurani, tetapi zhulmani (gelap, tidak bercahaya) ! Jadi, akal budi/nurani, lalu “hati (emosi, perasaan) nurani”, dan hasilnya (perilaku) amal saleh ! Dengan kata lain, brain (otak), mind (jiwa, pikiran-perasaan) dan behaviour (perilaku).

Dan ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakannya, dan telah Ku-tiupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kepadanya dalam keadaan sujud’. Maka, bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama, tetapi iblis enggan bersama-sama dengan para yang sujud itu” (QS Al-Hijr [15] 28 – 31).

Kata Aku meniupkan adalah mengeluarkan angin melalui mulut. Yang dimaksud di sini adalah memberi potensi ruhaniah kepada mahluk manusia yang menjadikannya dapat  mengenal Allah Swt. dan mendekatkan diri kepada-Nya. Bahwa “peniupan” itu dinyatakan sebagai dilakukan oleh Allah Swt. adalah sebagai isyarat penghormatan kepada manusia. Perlu dicatat bahwa di sini tidak ada peniupan, tidak ada juga angin,atau ruh dari Zat Allah Swt. yang menyentuh manusia. Ruh Allah Swt. yang dimaksud  adalah milik-Nya dan yang merupakan wewenang-Nya semata-mata. Tentang penciptaan manusia seperti terbaca di atas mengisyaratkan bahwa betapapun asal kejadian sesuatu bukan merupakan hal yang istimewa, bahkan menjijikkan, tetapi jika dampak yang diakibatkannya atau hasil yang dapat diperoleh darinya merupakan hal-hal yang baik dan bermanfaat, unsur kejadian itu tidak mempengaruhi penilaian terhadap sesuatu itu. Sperma yang menjijikkan jika dipandang, dan yang hanya bagian kecil dari setetes yang ditumpahkan ke rahim, merupakan asal kejadian manusia. Namun demikian, manusia yang dapat menghasilkan amal-amal kebajikan yang direstui Allah Swt. menjadi mahluk yang sangat mulia di sisi-Nya (Shihab, 2012).

Menurut Pasiak (2012), Prefrontal Cortex otak yang terletak persis di balik jidat dianugerahkan Tuhan hanya untuk manusia, hewan tidak. Tulang dahi adalah tulang tengkorak manusia yang paling tebal, ini diibaratkan perlindungan CPU pada komputer. Fungsi Prefrontal Cortex sangat penting meliputi : 1) Perencanaan masa depan (future planning) agar manusia visioner karena masa depan yang bernilai adalah Iman Hari Kemudian (The Day After)  atau Hari Akhir (The Last Day). Iman diterjemahkan percaya, dari asal kata cahaya, manusia yang beriman bercahaya, memancarkan perdamaian karena damai dengan Tuhan (hablun minaallah), damai dengan dengan diri sendiri (hablun minafsihi), damai dengan sesama manusia (hablun  minannas), dan damai dengan lingkungan alam (hablun minal’alam) baik yang hidup maupun yang mati; 2) Pengambilan keputusan (decision making) karena manusia mahluk satu-satunya dianugerahi kebebasan membuat pilihan (free choice), mau beriman atau kafir. Kebebasan membuat pilihan menghasilkan kebebasan berkehendak (free will), mau amal saleh atau amal salah, dan kebebasan melakukan tindakan (free act), mau berbuat baik atau berbuat buruk.

Keputusan yang bernilai adalah yang baik (sesuai Kitab Suci), benar (sesuai dengan ilmu pengetahuan) dan adil (sesuai dengan proporsinya, adil tidak identik dengan sama). Bahkan Tuhanpun menganjurkan agar manusia berlaku ikhsan yang merupakan puncak kebajikan. Adil adalah apabila Anda dapat jatah 5 ambil 5 itu adil. Jika ingin berbuat ikhsan, maka yang diambil hanya 2 saja, yang 3 dibagi untuk anak yatim piatu, orang fakir-miskin, janda “glamour” (golongan lanjut umur) karena janda muda sudah banyak yang rebutan untuk ngurus !, dan 3) Pengendali nilai, maka manusia yang menggunakan Prefrontal Cortex-nya sesuai dengan nilai (values) yang diajarkan Tuhan lewat Kitab Suci, hidupnya akan penuh makna (meaningful) karena perilakunya bernilai di hadapan Tuhan maupun di mata manusia. Jika tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, maka Tuhan mengancam kelak ke Neraka akan diseret pada jidat-nya ! (QS Al-Alaq [96] : 15-16 dan Ar-Rahman [55] : 41).

Dengan mengacu pada urutan jenjang jabatan pada tata pemerintahan RI, maka Prefrontal Cortex (otak ruhani), kira-kira jabatannya Menteri Dalam Negeri, agar supaya sesuai dengan “visi dan misi” Presidennya para Presiden, yaitu Tuhan, maka Mendagri senantiasa menghadap dan mohon petunjuk-Nya  minimal 5 kali sehari kepada Tuhan dengan mengucapkan 17 kali : “Hanya kepada-Mu kami mengabdi dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan. Bimbing (antar)lah kami (memasuki) jalan lebar dan lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahi nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat” (QS Al-Fatihah [1] : 5 – 7).

Berikutnya Otak Neomamalia (otak pikiran) jabatannya kira-kira Gubernur, Otak Neomamalia (otak emosi) Bupati/Walikota, Otak Reptil Camat, dan jantung, paru-paru, organ tubuh yang lain kira-kira Lurah/Kades. Dengan demikian, manusia yang menggunakan otak manusianya (Prefrontal Cortex) perilakunya akan manusiawi. Tuhan tidak menuntut manusia berperilaku malaikat karena materi asalnya bukan dari cahaya, tetapi dari tanah sama seperti hewan. Jadi, jika tidak mau menggunakan otak manusianya, perilakunya menjadi manusia yang berperilaku hewani, “ Tiada satu binatang melata pun di bumi, tidak juga burung yang terbang kedua sayapnya kecuali umat-umat seperti kamu” (QS Al-An’am [6] : 38).  

Ketika iblis (setan) dikutuk Tuhan, ia bersumpah di hadapan-Nya: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, maka saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi (merayu) mereka dari muka dan dari belakang mereka , dari kanan dan kiri mereka, dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)“ (QS Al-A’raf [7] ; 16 – 17).

Ayat ini mengisyaratkan bahwa setan akan menghadang dan merayu manusia dari empat penjuru, yaitu depan, belakang, kanan dan kiri, sehingga tinggal dua penjuru aman, yaitu arah atas – lambang kehadiran Allah Swt. – dan arah bawah – lambang kesadaran manusia akan kelemahannya di hadapan Allah Swt. (Shihab, 1998).

Menurut Shihab (1998), manusia harus berlindung kepada Allah, dan menyadari kelemahannya sebagai makhluk, agar ia dapat selamat dari godaan dan rayuannya. Godaan setan dapat diibaratkan dengan virus. Seseorang tidak akan terjangkit olehnya selama ia memiliki kekebalan tubuh. Imunisasi adalah cara yang terbaik untuk memelihara diri dari penyakit jasmani. Kekebalan ruhani (Islam; Nasrani-spiritual; Persia-maknawi) diperoleh seseorang saat berada di arah atas dan atau bawah. Itu sebabnya Al-Quran menggarisbawahi bahwa : “Sesungguhnya tipu daya setan itu lemah “ (QS Al-Nisa’ [4] : 76). Ini tentu bagi mereka yang memiliki kekebalan ruhani, dan itu sebabnya Allah memerintahkan kita ber-ta’awwudz memohon perlindungan-Nya saat terasa ada godaan.

Hewan mamalia berkaki dua yang perilakunya paling mirip dengan perilaku manusia adalah hewan kera. Kera yang paling cerdas adalah simpanze, jika dihadapkan ke cermin, dia mampu membedakan dirinya dengan bayangannya yang ada di cermin. Sesudah itu baru gorila. Sedangkan hewan kera yang paling bodoh adalah kera berbuntut panjang, dia samasekali tidak mampu membedakan antara dirinya dengan bayangannya di cermin, dia kira temannya. Lewat Kitab Suci, Tuhan mengingatkan manusia agar dalam mencari rezeki senantiasa patuh pada perintah & larangan-Nya, agar tidak jatuh martabatnya dari manusia yang berperilaku manusiawi (orang yang bertakwa) menjadi manusia berperilaku kera yang hina dan terkutuk. Seperti sebuah kisah yang diceritakan Allah swt kepada kita supaya menjadi pelajaran:

Dan tanyakanlah kepada mereka tentang negeri yang terletak dekat laut ketika mereka melanggar pada hari Sabtu,  di waktu datang kepada mereka ikan-ikan  mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba (menguji) mereka disebabkan mereka berlaku fasik” (QS Al-A’raf [7] : 163); “ Maka, tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang mereka dilarang mengerjakannya, Kami katakan kepada mereka : ‘Jadilah kamu kera hina terkutuk’” (QS Al-A’raf [7] : 166);  “Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar di antara kamu pada hari Sabtu, maka Kami berfirman kepada mereka : ‘Jadilah kamu kera hina yang terkutuk’.Maka, Kami jadikan yang demikian itu penghalang (melakukan yang serupa) bagi orang-orang di masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa” (QS Al-Baqarah [2] : 65 – 66).

Duo Krisis dan Perilaku Otak Hewan atau Otak Manusia (1)

Wildan, Dokter Jiwa RS PKU Muhammadiyah Bantul

Nurcholid Umam Kurniawan, Dokter Anak, Direktur Pelayanan Medis RS PKU Muhammadiyah Bantul, dan  Dosen FK-UAD

Exit mobile version