Milad Ke-111 Muhammadiyah: Memperkuat Tradisi Intelektualisme Muhammadiyah

Milad Ke-111 Muhammadiyah: Memperkuat Tradisi Intelektualisme Muhammadiyah

Milad Ke-111 Muhammadiyah, Madrasah Mu’allimin

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Dalam rangka memperingati Milad Ke-111 Muhammadiyah, Madrasah Mu’allimin menyelenggarakan acara Diaspora Alumni dari 9 Negara dengan tema “Muallimin dan Masa Depan Persyarikatan”. Kegiatan yang berlangsung melalui video telekonferensi tersebut dibuka secara langsung oleh Direktur Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta, Aly Aulia, Lc, M.Hum serta dihadiri Drs. Hajriyanto Y. Thohari, MA sebagai narasumber (29/7).

“Rasanya lengkap sekali, para alumni Madrasah Mu’allimin yang telah bertebaran di seluruh dunia ini untuk berjihad mencari ilmu pengetahuan. Sebagaimana Nabi bersabda, carilah ilmu pengetahuan kendatipun sampai ke negeri Cina,” ujar Hajriyanto saat mengawali kalimatnya.

Duta Besar RI untuk Lebanon, Hajriyanto Y. Thohari menyampaikan bahwa Cina pada masa Rasulullah Saw merupakan salah satu peradaban kuno dan menjadi raksasa dunia, terutama wilayah kekuasaannya yang membentang sangat luas. Maka Nabi menyuruh umatnya untuk belajar ilmu ke Cina. Hal ini memiliki makna simbolik bahwa Islam sangat mendorong pemeluknya untuk memiliki sikap gigih, pantang menyerah, semangat, penuh dengan etos intelektualisme belajar ke seluruh dunia.

“Saya rasa para alumni Mu’allimin saat ini sedang mengikuti dan mengembangkan tradisi yang dilakukan oleh pimpinan-pimpinan Muhammadiyah masa lalu. Tokoh-tokoh tersebut dikenal sebagai tokoh yang ismupulitan, yang selalu merasa penting untuk mencari ilmu pengetahuan,” ujarnya.

Ia menambahkan, di kalangan Muhammadiyah ada sebuah tradisi yang dirintis oleh KH. Ahmad Dahlan. Dalam sejarahnya, Dahlan muda telah dua kali melakukan perjalanan menuju ke Tanah Suci untuk berangkat berhaji. Seusai menjalankan ibadah haji, beliau masih tinggal di Makkah dalam beberapa waktu untuk menuntut ilmu.

Hal ini juga dicontohkan oleh Ki Bagus Hadi Kusuma, AR Fachruddin, putra-putra dari H. Hasyim seorang Lurah Kraton Kidul yang juga memiliki semangat ismupulitanisme dalam mencari ilmu. “Kemudian setelah itu kita mengenal nama Abdul Kahar Muzzakir yang merupakan alumni Al-Azhar, Prof. Farid Ma’ruf, hingga Muhammad Muqaddas, dan Yunahar Ilyas. Tokoh-tokoh Muhammadiyah serta alumni Mu’allimin banyak yang melestarikan tradisi menuntul ilmu di Timur Tengah,” paparnya.

Banyak juga tokoh Muhammadiyah yang melakukan pengembaraan untuk menuntut ilmu. Mereka merintis tradisi menuntut ilmu pengetahuan ke berbagai negeri. Dan akhirnya menjadi tokoh sekaligus pemimpin Muhammadiyah yang handal.

“Saya membayangkan, pimpinan di tingkat pusat hangga ranting nantinya dipegang oleh mereka yang memiliki pengalaman di tingkat internasional. Maka dinamika Muhammadiyah pada waktu itu akan mencapai kepada tingkat yang sangat tinggi.” 

Aly Aulia mengungkapkan bahwa Madrasah Muallimin turut serta dalam Milad Muhammadiyah ke-111. Hal ini menjadi memen penting bagi Madrasah Muallimin untuk menanamkan ruh perkaderan kepada seluruh civitas akademika. Sebagai kader Muhammadiyah yang menjadi pelangsung sekaligus penyempurna amanah gerak misi persyarikatan. “Mudah-mudahan acara ini dapat kembali membangkitkan ghiroh dan semangat bagi civitas akademi Madrasah Muallimin, baik bagi yang sedang belajar maupun yang sudah alumni,” ujarnya.

Kegiatan ini menjadi momentum penting bagi para santri Madrasah Muallimin bahwa sosok Hajriyanto Y. Thohari yang memiliki kiprah tidak hanya di persyarikatan, tapi juga untuk umat, bangsa, dan dunia. “Selamat milad Muhammadiyah yang ke-111, semoga ini menjadi momen yang penting bagi sejarah Muallimin Muhammadiyah,” tutupnya. (diko)

Exit mobile version