Selamat Milad Muhammadiyah ke-111 tanggal 8 Dzulhijjah 1330 – 1441H
Berkhidmah dan menjadi bagian dari Muhammadiyah adalah panggilan hati yang terdalam, tidak ada yang memaksa atau membuat diri terpaksa. Semua dijalani dengan gembira dan bahagia.
Sejak awal di Ikatan Remaja Muhammadiyah menjadi bekal yang sangat berharap dalam menempuh kehidupan ini. Belajar bagaimana berorganisasi dengan baik, mewujudkan tujuan dengan kerjasama yang rapi dan juga saling memahami satu dengan yang lain. Menjadi remaja yang tidak hanya asyik dengan dirinya sendiri tetapi kehadirannya bisa bermanfaat untuk orang lain.
Sekarang masih berada di Nasyiatul Aisyiyah, organisasi otonom Muhammadiyah, putrinya Muhammadiyah dengan simbol padi bersinarnya. Nasyiatul Aisyiyah terdidik tiap hari, kemuliaan Islam dicari, bekerja digemari itu adalah potongan bait dari Mars Nasyiatul Aisyiyah yang selalu menginspirasi untuk terus bergerak menjadi putri Islam yang sebenarnya. Putri Islam yang mempersiapkan dirinya menjadi madrasah terbaik bagi calon putra putrinya dengan mendidik dirinya tiap hari.
Putri Islam yang menjaga marwahnya dengan selalu menjaga kemandirian ekonominya, ekonomi yang dibangun dengan kekuatan organisasi dan dibingkai dengan ukhuwah akan melahirkan kekuatan bisnis berjamaah. Sehingga Nasyiatul Aisyiyah bisa menjadi alternatif solusi bagi perekonomian ummat.
Nasyiatul Aisyiyah yang punya jargon Ramah terhadap perempuan dan anak, mengusung Pashmina (pelayanan remaja sehat untuk Nasyiatul Aisyiyah) peduli terhadap kasus stunting, kekerasan terhadap perempuan dan anak, kesehatan reproduksi, dan juga jam main bersama dengan anak. Ini adalah upaya NA untuk terus menerus berkhidmat bagi ummat.
Tiada kata lelah dalam bergerak bersama menjadi bagian dari Muhammadiyah
NA juga mempunyai pilar keluarga muda tangguh yang terdiri dari 10 pilar diantaranya kekuatan aqidah,ibadah dan akhlak,Sehat jasmani dan rohani, kemandirian, Demokrasi, tanggap terhadap bencana, peduli lingkungan, adalah merupakan pilar membangun keluarga tangguh yang terus kita bumikan agar keluarga keluarga muda di Indonesia tidak mudah goyah ketika ada badai. Ketangguhan dalam keluarga adalah modal besar dalam membangun ketangguhan masyarakat. Bermuhammadiyah itu menggembirakan dan mencerahkan.
Bersamaan juga mengemban amanah di Majelis Tabligh Aisyiyah untuk bersama-sama merawat ruh nya Muhammadiyah yaitu pengajian. Pengajian adalah kekuatan utama membangun jiwa. Kajian kajian ini tidak hanya pada dataran teori saja tetapi bagaimana implementasi dalam kehidupan sehari-hari. Program biro konsultasi keluarga sakinah Aisyiyah melalui program parenting kepada wali murid adalah langkah solutif menghadapi permalasahan ummat dalam mendidik anak, penguatan keluarga sakinah dan juga menjada wahana untuk terus bersemangat menjadi keluarga keluarga terbaik.
Bermuhammadiyah dengan gembira dan mencerahkan adalah bagian dari dakwah yang menyenangkan. Semoga terus lahir generasi generasi terbaik untuk kemaslahatan ummat.
Bermuhammadiyah adalah menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW, berusaha meneladani sikap dan perilaku beliau serta menjalankan sunnah sunnahnya.
Kiai Haji Ahmad Dahlan mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah di Yogyakarta. Organisasi modernis Islam tertua dan terbesar itu didirikan pada 8 Dzulhijjah 1330 H atau 18 November 1912.
Sedikitnya tiga faktor yang mendorong lahirnya Muhammadiyah, sebagaimana dikemukakan Prof Dr Hamka yaitu: Pertama, keterbelakangan dan kebodohan umat Islam Indonesia di hampir semua bidang kehidupan. Kedua, kemiskinan yang diderita umat Islam. Ketiga, kondisi pendidikan Islam yang tradisional dan terbelakang di masa itu.
Sang pencerah Kiai Dahlan menginginkan umat Islam Indonesia mengamalkan dan menggerakkan agama dengan berorganisasi. Sosok yang gigih, penuh teladan dan kaya dengan inspirasi itu dikenang sebagai “reformer Islam di Indonesia” yang namanya harum dari awal sampai akhir.
Dalam buku Muhammadiyah dan Kebangunan Islam di Indonesia, Solichin Salam (1965) mengungkapkan Muhammadiyah mulai melangkah tidak dengan banyak bicara, akan tetapi terlebih dahulu berbuat dan beramal. Gerakan Muhammadiyah didirikan atas kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap hari depan agama, bangsa dan tanah air. Salah satu pernyataan Kiai Dahlan yang patut direnungkan, “Tidak mungkin Islam lenyap dari seluruh dunia, tapi tidak mustahil Islam hapus dari bumi Indonesia. Siapakah yang bertanggung jawab?”
Muhammadiyah selalu bergerak di depan untuk mencerdaskan, mencerahkan, menggerakkan dan juga menggembirakan ummat. Bukan saja warga dan simpatisan Muhammadiyah, tetapi juga ummat muslim seluruhnya bahkan ummat non muslim.
Pendidikan Tinggi yang dipunyai Muhammadiyah terbuka untuk semua kalangan, baik muslim maupun non muslim. Sekolah-sekolah Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah juga menjangkau semua lapisan masyarakat. Rumah sakit Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, Panti Asuhan, Lazismu, MDMC dan masih banyak lagi yang lain adalah wujud pengabdian Muhammadiyah untuk Indonesia dan juga dunia. Semua adalah dalam kerangka dakwah amar makruf nahi munkar seperti dalam Al Qur’an surat Ali Imran ayat 104
ولتكن منكم أمة يدعون إلى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون عن المنكرسورة آل عمران: آية 104
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu yang mengajak kepada kebaikan dan mencegah kepada kemunkaran (Ali Imran, 104).
Ini adalah spirit untuk menjadi bagian dari gerakan amar makruf nahi munkar dengan posisi dan kemampuan kita masing-masing, jangan lihat orang lain, tapi lihatlah diri kita sendiri apa yang sudah dilakukan untuk dakwah amat makruf nahy munkar ini. Apakah sudah memberikan kontribusi dengan selalu meluruskan niat untuk mencari ridho Allah, sehingga ketika Allah ridho maka Allah inilah kebahagiaan hakiki, yaitu mendapat ridho Allah. Apalagi yang kita cari selain ridho Allah.
Bersungguh-sungguh dalam dakwah dan jihad bersama Muhammadiyah adalah langkah ikhtiar untuk mendapatkan keridhoan Allah. Dakwah itu butuh kesungguhan dan harus sabar, tidak cepat putus asa.
حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا۟ ٱلْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ جَٰهَدُوا۟ مِنكُمْ وَيَعْلَمَ ٱلصَّٰبِرِينَ
(‘Āli `Imrān) : 142 – Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.
Bermuhammadiyah sebagai gerakan dakwah harus bersungguh-sungguh, dalam niat, melaksanakan dakwah, program ini terencana dengan matang, evaluasi yang sudah dilakukan. Dan sabar terhadap segala problematika yang dihadapi, karena itulah sunnatullah dalam dakwah, tetap tersenyum disaat dilecehkan atau dihina atau tidak dianggap kebaikannya, karena sesuatu hanya Allah yang akan membalas kebaikan walaupun sangat kecil. Dan tidak tergesa-gesa ingin berhasil karena dakwah adalah berjalan dengan nafas panjang.
Mari terus kita rawai dan kita jaga warisan besar yang diberikan Kia Dahlan ini, warisan dakwah amar makruf nahi munkar, warisan untuk mencerdaskan, mencerahkan, menggerakkan dan juga menggembirakan ummat.
Pesan KH Ahmad Dahlan
Tulisan ditulis dengan berbahasa arab yang artinya:
“Hai Dahlan, sungguh di depanmu pasti kau lihat perkara yang lebih besar dan mematikan, mungkin engkau selamat atau sebaliknya akan tewas. Hai Dahlan, bayangkan kau sedang berada di dunia ini sedirian beserta Allah dan di mukamu ada kematian, pengadilan amal, surga, dan neraka. Coba kau pikir, mana yang paling mendekati dirimu selain kematian. Mereka yang menyukai dunia bisa memperoleh dunia walaupun tanpa sekolah. Sementara yang sekolah dengan sungguh-sungguh karena mencintai akhirat ternyata tidak pernah naik kelas. Gambaran ini melukiskan orang-orang yang celaka di dunia dan akhirat sebagai akibat dari tidak bisa mengekang hawa-nafsunya. Apakah kau tidak bisa melihat orang-orang yang mempertuhankan hawa nafsu?”
Menjaga dan memelihara Muhammadiyah bukanlah suatu perkara yang mudah. Karena itu aku senantiasa berdoa setiap saat hingga saat-saat terakhir aku akan menghadap kepada Illahi Rabbi. Aku juga berdoa berkat dan keridlaan serta limpahan rahmat karunia Illahi agar Muhammadiyah tetap maju dan bisa memberikan manfaat bagi seluruh ummat manusia sepanjang sejarah dari zaman ke zaman.”
KH. Ahmad Dahlan : Teruslah Menuntut Ilmu Pengetahuan & Kembali Kepada Muhammadiyah
“Muhammadiyah pada masa sekarang ini berbeda dengan Muhammadiyah pada masa mendatang. Karena itu hendaklah warga muda-mudi Muhammadiyah hendaklah terus menjalani dan menempuh pendidikan serta menuntut ilmu pengetahuan (dan teknologi) di mana dan ke mana saja. Menjadilah dokter sesudah itu kembalilah kepada Muhammadiyah. Jadilah master, insinyur, dan (propesional) lalu kembalilah kepada Muhammadiyah sesudah itu.”
Sumber: Mulkhan, Munir, Prof. Dr. SU. 2007. Pesan dan Kisah Kiai Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muhammadiyah. Yogyakarta: Penerbit Suara Muhammadiyah.
Nur Ngazizah, SSi, MPd, Dosen Universitas Muhammadiyah Purworejo, Ketua PDNA Purworejo, Ketua Majelis Tabligh Aisyiyah Purworejo