Refleksi Pendidikan di tengah Pandemi Covid-19
Oleh: Nur Ngazizah, S.Si.M.Pd
Prof. Thomas Lickona seorang guru besar pada Cortland University di Amerika, mengajukan 10 ciri/tanda zaman yang membawa suatu bangsa kepada kehancuran :
- Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja dan masyarakat.
- Penggunaan bahasa dan kata-kata yang semakin memburuk.
- Pengaruh peer-group (geng) dalam tindak kekerasan menguat.
- Meningkatnya perilaku merusak diri, seperti narkoba, alcohol dan seks bebas.
- Semakin kaburnya pedoman moral.
- Menurunnya etos kerja.
- Semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru.
- Rendahnya rasa tanggung jawab individu dan kelompok.
- Membudayanya kebohongan dan ketidakjujuran.
- Adanya rasa saling curiga dan kebencian antarsesama.
Bagaimana fenoma yang terjadi di negara kita, msyarakat dan keluarga kita, apakah ada ciri ciri di atas. Dalam kondisi pandemi covid 19 ini bagaimana yang terjadi dengan keluarga dan anak anak kita. Mari kita gunakan dan ambil ibrah kondisi pandemi covid 19 ini untuk memperbaiki pola Pendidikan yang ada di keluarga kita dengan mencontoh dari pola Pendidikan profetik pada Nabi Ibrahim AS. Mengapa mencontoh dari Pola Nabi Ibarim AS, karena Allah pun berfirman bahwa Nabi Ibrahim adalah suri tauladan bagi kita. Seperti dalam firman Allah QS. Al Mumtahanah :4
{قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ}
Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya. (Al-Mumtahanah:
Pilar-pilar dalam Pendidikan profetik Nabi Ibrahim AS yang bisa kita teladani dan kita terapkan dalam kehidupan kita adalah :
1 Memilih istri yang salehah daripada sekadar kecantikan dan kekayaan.
Ibrahim bersedia menikahi Siti Hajar, perempuan yang amat sederhana, berstatus budak, berkulit hitam, bukan berparas cantik dan bukan pula kaya raya. Hajar adalah hamba yang beriman, taat, berhati mulia, dan berakhlak terpuji. Ibrahim termasuk orang yang mengedepankan istri karena keimanan dan kemuliaan akhlaknya meskipun hanya seorang budak. Dengan memilih calon ibu yang baik agamanya dan taat kepada Allah, maka akan bias mendidik putra putranya dengan akidah yang kuat, ibadah yang bagus dan akhlaq yang mulia.
2 Berdoa agar dikaruniai anak saleh
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. (QS. Ash-Shaffat : 100)
Doa ini mengajarkan untuk mendidik anak tidak bisa dengan usaha belaka atau hanya sekedar mengandalkan kemampuan pribadi kita,tetapi butuh kepasrahan jiwa memohon pertolongan-Nya. Merutinkan dan tetap beristiqamah di dalam doa adalah wujud kepasrahan diri sebagai hamba yang lemah tanpa kuasa dari Allah. Sehingga jangan pernah Lelah dan berputus asa dalam doa.
3 Teladan bagi anak-anak dan keluarganya
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ ۚ وَمَن يَتَوَلَّ فَإِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْغَنِىُّ ٱلْحَمِيدُ
Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dialah yang Maha kaya lagi Maha Terpuji. (Surat Al-Mumtahanah Ayat 6).
Dalam perkembangan psikologinya, anak cenderung meniru (imitatif) orang-orang sekitarnya, terutama dari orang tua. Di sinilah diperlukan keteladanan orang tua, baik soal keimanan, ketaatan beribadah, sikap, maupun perilaku sehari-hari. Apa yang dilakukan oleh orang tua, akan ditiru oleh putra putranya, sehingga jangan sampai yang ditiru anak adalah perilaku perilaku yang negative. Mari kita selalu berintrospeksi diri. Jika ada kesalahan pada diri anak, jangan buru buru menyalahkan anak. Tapi lihatlah diri kita, apa yang salah dengan diri kita.
4 Memilih lingkungan yang baik untuk perkembangan mentalitas anak.
Setelah Hajar melahirkan Ismail, Ibrahim pun mengantarkan mereka ke suatu tempat yang lengang, tandus, bernama Makkah. Lalu, Ibrahim pun bermunajat agar tempat itu diberkahi dan baik untuk perkembangan mentalitas anaknya
Bacaan dan terjemah Surat Ibrahim ayat 35-41
وَإِذْ قَالَ إِبْرٰهِيْمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا الْبَلَدَ اٰمِنًا وَّاجْنُبْنِيْ وَبَنِيَّ أَنْ نَّعْبُدَ الْأَصْنَامَ ۗ٣٥
Ayat 35. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhan, jadikanlah negeri ini (Mekkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala.
رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيْرًا مِّنَ النَّاسِۚ فَمَنْ تَبِعَنِيْ فَإِنَّهٗ مِنِّيْۚ وَمَنْ عَصَانِيْ فَإِنَّكَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ٣٦
Ayat 36. Ya Tuhan, berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak dari manusia. Barang siapa mengikutiku, maka orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa mendurhakaiku, maka Engkau Maha Pengampun, Maha Penyayang.
رَبَّنَا إِنِّيْ أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْ إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ ٣٧
Ayat 37. Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.
رَبَّنَا إِنَّكَ تَعْلَمُ مَا نُخْفِيْ وَمَا نُعْلِنُۗ وَمَا يَخْفٰى عَلَى اللّٰهِ مِنْ شَيْءٍ فِى الْأَرْضِ وَلَا فِى السَّمَاءِ ٣٨
Ayat 38. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami tampakkan; dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ وَهَبَ لِيْ عَلَى الْكِبَرِ إِسْمٰعِيْلَ وَإِسْحٰقَۗ إِنَّ رَبِّيْ لَسَمِيْعُ الدُّعَاءِ ٣٩
Ayat 39. Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishak. Sungguh, Tuhanku benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa.
رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقِيْمَ الصَّلٰوةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْۖ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ ٤٠
Ayat 40. Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.
رَبَّنَا اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ يَوْمَ يَقُوْمُ الْحِسَابُ ؑ٤١
Ayat 41. Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang yang beriman pada hari diadakan pehitungan (hari Kiamat).”
Jika lingkungan baik, akan mudah membentuk perilaku anak, demikian sebaliknya. Dalam arti lebih luas, orang tua mesti mengawasi pergaulan anak-anaknya, memilih sekolah yang memerhatikan pembinaan sikap keberagamaan dan akhlak mulia, termasuk memilih lingkungan tempat tinggal yang kondusif dan mendukung perkembangan mentalitas anak ke arah positif.
Walaupun kondisi Makkah pada waktu itu sangat tandus nan kering. Tapi, ia benar-benar yakin, bahwa Allah SWT ikut campur tangan di dalam mendidik anaknya untuk menjadi generasi sholih, yang selalu menjalankan perintah-Nya.
Di dalam dunia pendidikan modern, memilih lembaga pendidikan formal sangat penting, baik Negeri atau swasta. Tempat (lembaga Pendidikan) modern harus memiliki criteria, antara lain (1) Bagus serta Kondusif ketika dalam proses belajar mengajar (2) Lingkungan sehat, dan pergaulan juga mendukung (3) Manajemennya bagus dan disinplin, baik proses belajar atau adminitrasinya (4) Terhindar dari kontaminasi barang-barang terlarang (5) Kualitas tenaga pengajarnya mumpuni disiplin ilmunya masing-masing.
5 Bersifat demokratis dan komunikatif kepada anak
Sikap demokratis dan komunikatif Nabi Ibrahim terlihat dari kisah penyembelihan putranya.
Quran Surat As-Saffat Ayat 102
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
Dialog ini menunjukkan Nabi Ibrahim melibatkan puteranya Nabi Ismail untuk berdiskusi terkait perintah Allah tersebut, tidak semata karena itu perintah Allah kemudian langsung dilaksanakan tanpa melibatkan puteranya. Ini adalah keteladan yang luar biasa bagi kita, bahwa anak dilibatkan dalam mengambil keputusan, anak diajak berpikir bagaimana menyikapi perintah Allah. (Bersambung)
Nur Ngazizah, S.Si.M.Pd, Dosen PGSD UMP Purworejo