Bekerja secara Amanah dan Tumaninah Manifestasi Nilai-Nilai Kepanduan Hizbul wathan
Oleh: Fathan Faris Saputro
Alhamdulillahirabbilalamin, kita telah kembali memasuki bulan Agustus yang selalu ditunggu kehadirannya untuk menyambut bulan Agustus dan merayakan kemerdekaan di bulan Agustus ini.
Ikhlas dalam bekerja merupakan salah satu implementasi dari nilai-nilai dari kepanduan Hizbul wathan. Ikhlas berarti membersihkan tujuan bekerja sebagai ibadah kepada Allah SWT dari segala noda yang mengotorinya. Memfokuskan diri bekerja sebagai ibadah hanya kepada Allah SWT dan bahkan bisa juga berarti tidak memperhatikan alam sekitar karena yang ada di matanya hanyalah Allah SWT semata.
Ikhlas dalam bekerja bukan berarti orang tersebut tidak membutuhkan uang dalam hidupnya. Tetapi menomor satukan tujuan ibadah dalam setiap pekerjaannya dan berserah diri kepada Allah Swt, Tuhan pencipta alam semesta sebagai penguasa dan pengatur rezeki. Dengan keikhlasannya dalam bekerja, Ridho Allah Swt akan dia dapatkan dan kebutuhan uang pun akan terpenuhi.
Akan berbeda halnya dengan orang yang bekerja dengan tulus alias tujuan fulus. Uang akan dia dapatkan, tetapi bisa jadi Ridho Allah Swt akan semakin jauh darinya karena uang itu didapatkan dari jalan yang tidak diridhoi Allah Swt seperti menyalah gunakan kewenangannya sebagai “abdi negara”. Imam Al-Ghazali menuturkan, “Setiap manusia binasa kecuali orang yang berilmu. Orang yang berilmu akan binasa kecuali orang yang beramal (dengan ilmunya). Orang yang beramal juga binasa kecuali orang yang ikhlas (dalam amalnya). Keikhlasan dalam bekerja akan mendapat keutamaan dan keberkahan yang sangat besar.
Keutamaan dan jaminan bagi orang yang ikhlas dalam bekerja ini seharusnya menjadi motivasi utama kita dalam menjalankan tugas dan pekerjaan kita sehari-hari dalam apapun dimensi dan bentuknya. Karena hanya orang yang ikhlas dalam bekerja yang akan meraih keberuntungan yang besar di hari kiamat, yaitu syurga Allah yang penuh dengan kenikmatan, meskipun dia harus banyak bersabar terlebih dahulu ketika di dunia. Dalam tuntunan agama, orang yang ikhlas dalam bekerja adalah orang yang bersyukur, menikmati prosesnya dan menyerahkan segala urusan dan kepentingan hanya kepada Allah Swt, sehingga kesuksesan datang menghampiri ikhtiarnya.
Bekerja secara jujur hanya akan terlaksana apabila seorang hamba memiliki keimanan. Allah dan Rasul-Nya tidak pernah memerintahkan keburukan bagi umat manusia. Apa yang tampak ganjil, apa yang tampak mustahil, apa yang tampak salah, hakikatnya tidak selalu demikian. Tugas sebagai kader Hizbul wathan adalah taat. Taat pada apa yang Maha Cinta inginkan dengan segala kemahatahuan-Nya. Biarkan syukur dan sabar memperindah ketaatan kita.
“Siapa menaati Allah dan Rasul, maka akan bersama orang-orang yang Allah anugerahi nikmat kepada mereka, yaitu para nabi, orang-orang lurus, syuhada, dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”(QS an-Nisa’ 4:69)
Sebagai contoh, ada dua kader Hizbul wathan menjadi pedagang jeruk. Pedagang jeruk A yang ketika itu mengatakan bahwa jeruk yang ia jual sangatlah manis. Sebagai bukti si pedagang mengupas sebuah jeruk sebagai bahan tester bagi para calon pembelinya, memang ketika dicoba jeruk yang menjadi tester tersebut sangatlah manis. Dengan cara seperti ini para calon pembeli pun tertarik dan mau untuk membeli jeruk dari si pedagang A tersebut. Akan tetapi, ketika pembeli telah mendapatkan jeruk tersebut dan kemudian memakan jeruk tersebut dirumahnya, ternyata jeruk tersebut sangat kecut, tidak sama dengan jeruk yang dicoba sebagai tester sebelumnya.
Disitu pembeli itu merasa kecewa dan kurang ikhlas karena telah membeli jeruk dari si pedagang jeruk A tersebut. Dengan demikian si pembeli pun tidak akan pernah membeli jeruk dari pedagang jeruk A lagi. Dan bahkan si pembeli tersebut bisa saja mengatakan kepada orang yang ia kenal bahwa pedagang jeruk A tidaklah jujur atau tidak shiddiq dalam berdagang atau berbisnis. Dengan demikian, bisnis yang ia jalankan lambat laun akan mengalami kebangkrutan dikarenakan para pembeli sudah enggan membeli jeruk yang dijula oleh si pedagang A. Kebangkrutan ini terjadi dikarenakan pedagang A tidaklah menerapkan dan mengamalkan sifat shiddiq.
Berbeda dengan pedagang jeruk B. Pedagang jeruk ini yang menerapkan dan mengamalkan sifat shiddiq didalam kehidupannya sehari-hari terutama dalam berbisnis. Ketika ada calon pembeli, pedagang B menawarkan jeruknya dengan mengatakan bahwa jeruk yang ia jual sangatllah manis. Sebagai bukti, pedagang B juga memberika tester yang sangat manis kepada calon pembeli tersebut.
Ketika pembeli tertarik dan membeli jeruk dari pedagang B, maka pedagang B tersebut memberikan jeruk-jeruk yang masih segar dan memiliki rasa yang sangat manis. Dan ketika pembeli mencoba jeruk yang dibeli dari pedagang B, ternyata jeruk yang diberikan kepada pembeli sama manisnya dengan tester yang ada pada pedagang B. Disini si pembeli pun merasa puas atas apa yang ia dapatkan dari si pedagang B tersebut.
Berkaitan dengan tugas dan fungsi serta posisi yang kita miliki tersebut sebagai amanah, penulis mencuplik tulisan “Amanah Dalam Bingkai Assunah”.
Amanah dalam kekuasaan:
Di antara amanah dalam kekuasaan ialah seseorang tidak menggunakan kekuasaan yang diberikan kepadanya untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau keluarganya. Ia tidak boleh mengambil tambahan dari gaji yang telah ditentukan untuknya dengan cara yang tidak benar, seperti menerima suap, atau menerima suap dengan nama hadiah, korupsi, kolusi, nepotisme dan sebagainya, karena semua itu adalah merupakan bentuk pengkhianatan dan penipuan yang akan membahayakan umat keseluruhan, yang jelas-jelas diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang kami angkat menjadi pekerja untuk mengerjakan sesuatu, dan kami beri upah menurut semestinya, maka apa yang ia ambil lebih dari dari upah yang semestinya, maka itu adalah korupsi.” (HR. Abu Dawud).
Amanah dalam Kehormatan:
Termasuk amanah terhadap orang lain adalah menjaga nama baik atau kehormatan orang lain, tidak mencemarkan nama baik atau merusak kehormatannya. Di antara perbuatan yang dilarang berkenaan dengan amanah ini adalah berghibah, mengadu domba, menuduh orang lain berzina, dan semacamnya. Oleh karena itu bekerja saling menghormati dan saling membantu serta berupaya terus membangun hubungan kerja antar jabatan dan antar unit kerja yang harmonis adalah bagian dari amanah.
Amanah dalam Rahasia:
Apabila seseorang menyampaikan sesuatu yang penting dan rahasia kepada kita, itulah amanah yang harus dijaga. Rasulullah bersabda “Apabila seseorang membicarakan sesuatu kepada orang lain (sambil) menoleh ke kiri dan ke kanan (karena yang dibicarakan itu rahasia) maka itulah amanah (yang harus dijaga). (HR. Abu Dawud).
Begitu juga pembicaraan dalam sebuah pertemuan atau hasil keputusan yang dinyatakan rahasia, tidak boleh dibocorkan kepada orang lain yang tidak berhak mengetahuinya. Dalam hal ini Rasulullah bersabda, “Majelis pertemuan itu harus dengan amanah kecuali pada tiga majelis: Di tempat pertumpahan darah yang dilarang, di tempat perzinahan, dan di tempat perampokan.” (HR. Abu Dawud).
Perlu kita dapat memilah dan memilih serta menempatkannya tentang data dan informasi yang berkaitan dengan jabatan dan pekerjaan secara tepat dan terkendali penyebarannya.
Lebih lanjut Amanah yang kita miliki dapat dijalankan semakin baik dengan bersikap secara Tumaninah, yaitu bersikap tenang atau tidak tergesa-gesa dalam memutuskan tindakan sehingga hasilnya sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.
Tumaninah sebagai salah satu rukun sholat yang juga sebagai sarana mencapai tingkat kesempurnaan shalat guna membangkitkan kesadaran diri, bahwa kita sedang berhadapan dengan Allah. Tumaninah dapat dicapai dengan cara rileks dan tidak tergesa-gesa dan fikiran hanya terfokus pada pekerjaan.
Jadi mari berlatih meningkatkan keikhlasan dalam bekerja, karena ikhlas merupakan kompetensi tertinggi dalam implementasi nilai-nilai kepanduan Hizbul wathan di dunia kerja yang harus dimiliki oleh setiap manusia yang ingin berhasil meraih kesuksesan dan kebahagiaan. Fitrah diri manusia yang terlahir sempurna akan tercemar saat berperilaku tidak ikhlas. Ketika ikhlas terimplementasi saat bekerja maka segalanya hanya mengharapkan bimbingan-Nya untuk memberikan manfaat terbesar bagi setiap orang. Dalam hati yang ikhlas selalu merasakan rasa syukur, sabar, fokus, tenang dan bahagia dalam menerima apa pun yang dialami selama proses menuju yang diinginkan.
Fathan Faris Saputro, Koord KTI KWARDA HW Lamongan