Setiap muslim dituntut untuk menempatkan Nabi Muhammad saw sebagai suri teladan dalam kehidupan sehari-hari. Seluruh perilaku beliau yang dapat dikenali umatnya adalah sumber dan sekaligus muara kebaikan. Apa yang diperintahkan merupakan kebaikan dan kebenaran. Jika melanggar larangannya itulah pangkal keburukan dalam kehidupan manusia.
Al-Qur’an secara tegas menginformasikan agar kaum muslim mempraktikkan akhlak mulia Rasulullah saw. Beliau disebut sebagai suri tauladan yang baik bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan keselamatan hari akhirat dan yang banyak menyebut Allah. “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat/pahala) Allah dan (kedatangan/keselamatan) hari kiamat dan yang banyak menyebut Allah”. (Qs Al-Ahzab [33]: 21).
Ayat tersebut merupakan prinsip utama dalam meneladani Rasulullah saw baik dalam ucapan, perbuatan maupun perlakuannya. Ayat ini merupakan perintah Allah kepada manusia agar meneladani Nabi Muhammad saw dalam peristiwa perang Ahzab, yaitu meneladani kesabaran dan upaya dan penantiannya atas jalan keluar yang diberikan oleh Allah. Ujian dan cobaan akan membuahkan pertolongan dan kemenangan sebagaimana yang Allah janjikan kepadanya.
Jiwa Nabi tetap tabah dan tenang dalam menghadapi segala situasi dan keadaan. Tidak mengeluh dalam kesulitan, tidak merasa rendah terhadap hal-hal yang besar. Meski dalam keadaan lemah beliau tetap teguh dan sabar sebagaimana orang yang beriman untuk selalu unggul. Barangsiapa bisa bersabar dalam berdoa kepada Allah ketika menghadapi situasi yang berat seperti ini maka dia merupakan orang yang punya derajat tinggi.
Dalam diri Nabi menyatu akhlak luhur, ilmu pengetahuan, sikap kesatria, dan ketekunan, beliau menyebarkan rahmat dan kasih bagi seluruh alam. Kasih sayangnya menyentuh semua makhluk, baik manusia, tanaman, dan binatang. “Dan tidaklah Kami mengutusmu (Nabi Muhammad) kecuali menjadi rahmat bagi sleuruh alam”.
Kelakuannya secara umum tenang dan tenteram. Beliau gagah berani namun memiliki senyum yang memikat. Kemampuan intelektualnya tidak diragukan, daya imajinasinya sangat tinggi, dan ekspresinya sangat dalam. Akhlak dan tatacara pergaulannya sangat luhur. Diulurkan tangannya untuk berjabat tangan dan tidak dilepasnya sebelum yang dijabat tangannya melepaskan. Beliau menoleh dengan seluruh badannya tatakala sahabat memanggilnya.
Nabi juga mengajarkan manusia untuk merawat alam. Menanam tanaman merupakan perilaku mulia dan bagian dari sedekah. Nabi melarang memetik buah yang masih mentah atau memetik kembang yang belum mekar. Binatang pun tidak luput dari tebaran kasih sayangnya. Antara lain diajarkan agar seseorang jangan buang air di lubang yang menjadi tempat tinggal binatang. Jika menyembelih binatang harus dilakukan dengan cara paling baik dan mempercepat kematiannya dengan pisau yang tajam.
Diutusnya Nabi Muhammad saw ke dunia ini merupakan mukjizat yang berjalan dan nikmat yang tiada banding di permukaan bumi. “Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayatayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur`an) dan Al-Hikmah (Sunnah). (Ali Imran [3]: 164).
Mutohharun Jinan, Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta
Sumber: Majalah SM Edisi 1 Tahun 2017