JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Dalam ranah kemerdekaan, ada beberapa persoalan history (sejarah) yang perlu diangkat kembali. Tentang bagaimana proses berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila sebagai dasar negara. Di banyak catatan sejarah, hampir tidak ada yang mengkaitkan peristiwa kemerdekaan Indonesia dengan peran central Muhammadiyah beserta tokoh-tokohnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat sumbangsih besar Muhammadiyah bagi terbukanya pintu gerbang kemerdekaan. Muhammadiyah telah melakukan proses-proses yang sangat menentukan bagi berdirinya negara Indonesia serta mempertahankan kedaulatannya.
Abdul Mu’ti, Sekertaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan, sejarah tentang peran besar Muhammadiyah terhadap masa depan bangsa perlu diangkat kembali sebagai historical legacy (warisan sejarah), dan dalam beberapa hal juga berkaitan dengan championing the history (memperjuangkan dan memenangkan sejarah). Maka upaya dalam meluruskan arah sejarah harus dilakukan. Makna dan spirit dari sejarah adalah agar kita bisa meniti ke arah masa depan yang lebih baik. Karena dari sejarah kita belajar tentang masa lalu untuk masa depan
“Sejarah bukan hanya tentang capaian masa lalu yang indah dari generasi terdahulu. Tapi sejarah adalah semua hal mengenai catatan-catatan penting yang semestinya kita ambil nilai dan maknanya,” ujarnya.
Dalam banyak hal, sejarah ditentukan oleh bagaimana sejarah tersebut ditulis. Munculnya gejala-gejala yang menjadi polemik publik (RUU HIP) yang sebenarnya sudah selesai menandakan bahwa bangsa ini belum selesai dengan catatan-catatan sejarahnya. “Cara kita memaknai sejarah menjadi bagian penting dalam membangun harkat dan martabat bangsa kita di mata bangsa lain. Karena itulah sejarah penting untuk ditulis. Siapa melakukan, apa, dan untuk siapa,” ungkap Abdul Mu’ti dalam Pengajian Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah (14/5).
“Dengan spirit ini mudah-mudahan kita tergerak. Tidak hanya berdakwah dan berkiprah di internal persyarikatan, tapi juga ikut bergerak dan berperan dalam menentukan arah perjalanan bangsa di masa sekarang dan masa depan,”
Sudarnoto Abdul Hakim, Wakil Ketua Majelis Dikti PP Muhammadiyah mengungkapkan bahwa history repeats itself, sejarah itu berulang. Sejarah tidak cukup hanya dipahami sebagai kumpulan fakta-fakta, tapi yang jauh lebih penting dari itu adalah narasinya. Peristiwa sejarah yang sama dengan faktanya sangat tergantung pada siapa yang mampu memahami sejarah dengan baik.
Berbicara tentang histogeografi (penulisan sejarah), Anhar Gonggong, Sejarawan, menyampaikan pesan, Muhammadiyah dengan segala potensi amal usaha di sektor perguruan tinggi diminta untuk segera mengambil kesempatan, melakukan sebuah kegiatan seminar yang khusus membicarakan tentang Indonesia dan Muhammadiyah dengan pendekatan sejarah. Hal ini dinilai akan sangat berguna, dalam pengertian, menempatkan tempat kita masing-masing, memperjelas tempat Muhammadiyah dalam kerangka bangunan Indonesia dan Keindonesiaan.
Ketika berbicara tentang kemerdekaan, Muhammadiyah telah melakukan dua hal penting dalam proses kemerdekaan Indonesia. Pertama, melakukan pembaharuan, oleh sebab itu KH Ahmad Dahlan disebut sebagai tokoh pembaharu. Kedua, berkiprah di dunia pendidikan. Hal ini merupakan sumbangsih besar Muhammadiyah kepada bangsa yang tidak terbantahkan. “Kedua hal inilah yang akhirnya melahirkan sebagian besar dari intelektual Indonesia yang memiliki peranan penting hingga sekarang” paparnya. (diko)