Lebanon dan Indonesia: Jauh tapi Dekat

Lebanon dan Indonesia: Jauh tapi Dekat

Sebuah acara kenegaraan di Lebanon Dok Istimewa

Lebanon dan Indonesia: Jauh tapi Dekat

Oleh Hajriyanto Y. Thohari

Meski secara teritorial berjauhan, di mata bangsa Indonesia, Lebanon adalah negara yang terkenal dan penting. Pertama, Ketika Soekarno dan Hatta, dua bapak Bangsa, memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 dari kolonialisme dan imperialisme, belum ada satupun negara yang mengakuinya. Para pemimpin bangsa Indonesia harus berjuang keras untuk mendapatkan pengakuan internasional. Mungkin pembaca belum tahu bahwa Lebanon adalah satu di antara tiga negara pertama yang memberikan pengakuan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1947 bersama-sama dengan Mesir dan Suriah.

Kedua, Indonesia mengirimkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) ke Lebanon sebagai pasukan penjaga perdamaian (peace keeping force) sejak 2005 sampai sekarang. Indonesia adalah negara pengirim pasukan penjaga perdamaian terbesar dalam kerangka UNIFIL yang digelar dengan nama Kontingen Garuda Indonesia. Indonesia mengirimkan 1.320 personil militer, termasuk di dalamnya Maritime Task Force (MTF) dengan Kapal Perang KRI Sutan Hasanuddin dengan kekuatan 120 orang personil. Kapal Perang tersebut juga dilengkapi dengan sebuah helicopter patroli yang canggih yang terus bermanuver di perairan Beirut (Laut Tengah). Mereka bertugas di Lebanon selama satu tahun untuk kemudian digantikan oleh kontingen Garuda berikutnya. Walhasil, sejak 2005 telah ada 1320X14: 15.000 personil Indonesia Army telah bertugas di Lebanon.

Ketiga, bangsa Indoneisa adalah  konsumen terbesar kitab-kitab turast Arab (Islam) terbitan Beirut. Kitab-kitab Arab Islam terbitan Beirut merajai buku-buku dan kitab-kitab Arab di Indonesia. Sebagai bangsa muslim terbesar di dunia, yaitu 87% dari populasi 256 juta adalah muslim, Indonesia akan tetap menjadi konsumen buku-buku keislaman yang diterbitkan oleh ratusan penerbit buku keislaman di Beirut. Apalagi sejalan dengan semakin majunya pendidikan bahasa Arab di Indonesia di mana kemampuan membaca kitab-kitab berbahsa Arab semakin tinggi. 

Nama-nama penerbit buku dari Beirut seperti Dar Ibn Hazm, Dar Sader, Dar al-Fikri, Dar l-Kutub Al-Ilmiya, Daru Ihya l-Turast Al-araby, Dar l-Minhaj, Riad el-Rayes, dan lain-lainnya adalah sangat terkenal di Indonesia. Kamus, ensiklopedia, Munjid, atau mu’jam terbitan Beirut sejak dulu kala menjadi pegangan umat Islam Indonesia dalam mempelajari bahasa Arab. Dalam setiap pameran buku tahunan di Indonesia seperti Indonesia Book Fair atau Islamic Book Fair di Jakarta dan kota-kota besar di Inonesia seperti Bandung dan Surabaya, yang menarik jutaan pengunjung itu, penerbit-penerbit buku dari Beirut selalu hadir dan diminati.

Keempat, penyanyi legendaris Lebanon Fairouz sudah sejak lama dikenal secara luas di Indonesia. Sebagaimana lagu-lagi yang dinyanyikan oleh penyanyi terkenal Umi Kalsum dari Mesir, nama Fairouz juga tidak kalah terkenalnya di Indonesia. Banyak sekali orang Indonesia yang hapal syair lagu-lagu kedua penyanyi legendaris tersebut dan mampu menyanyikannya. Bahkan sampai sekarang masih banyak sekali masyarakat Indonesia yang memutar lagu-lagu Fairouz dalam acara-acara kebudayaan dan keagamaan. 

Eksplorasi peluang kerjasama

Pertanyaannya adalah: Apakah hubungan dan kerja sama Indonesia-Lebanon berhenti sampai di situ saja? Saya menjawab tegas: tidak! Hubungan Indonesia dan Lebanon harus terus ditingkatkan dan dikembangkan lagi. Ruang dan peluang untuk itu masih terbuka luas. Pemimpin kedua negara harus bekerja keras untuk mengeksplorasi potensi-potensi yang masih sangat banyak dan besar. Demikian juga dengan kedua bangsa Indonesia dan Lebanon perlu terus membuka Kerjasama di berbagai bidang: politik, ekonomi, Pendidikan, dan kebudayaan.

Lebanon adalah satu di antara sedikit negara di Timur Tengah yang pluralis dan demokratis yang tidak begitu berbeda dengan Indonesia. Masyarakat Lebanon juga masyarakat yang ramah, manis, terbuka dan menjunjung tinggi kebebasan dengan tingkat pendidikan rata-rata rakyatnya lebih tinggi daripada Indonesia. Lebanon juga memiliki universitas-universitas yang bagus dengan standar internasional. Indonesia bisa belajar banyak dari Lebanon melalui kerja sama yang produktif yang menguntungkan kedua belah pihak, demikian juga sebaliknya.

Secara ekonomi Indonesia sebagai negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat, Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial untuk dimanfaatkan oleh Lebanon. Indonesia dengan sistem ekonomi yang terbuka juga menjadi lahan bagi para pengusaha Lebanon untuk melakukan kerja sama meningkatkan perdagangan, turisme dan investasi di Indonesia. Jika Jakarta-Beirut ada penerbangan langsung niscays intensitas kerjasama dapat ditingkatkan dan dikembangkan. 

Setiap tahun Indonesia mengirimkan jamaah umroh ke Makkah dan Madinah serta Ziarah ke Holy Land sebesar 1,5 juta. Selama ini sudah berjalan program umroh plus Istambul, Umroh plus Yordania, dan umroh plus Cairo, maka jika ada penerbangan langsung Jakarta-Beirut maka kita bisa mengembangkan program unroh plus Lebanon. Pasalnya, Lebanon memiliki destinasi wisata yang sangat potensial, seperti Temple of Buccus di Balbeeck, Benteng Byblos, Ruin Istana Umayyah di Anjar, Musem Mleeta, dan lain-lainnya, yang sangat menarik.

Demikian juga sebaliknya. Indonesia tidak hanya memiliki Bali yang sudah sangat terkenal itu, melainkan juga destinasi wisata yang lain yang siap dikunjungi oleh wisatawan Lebanon, terutama wisata alam. Indonesia juga memiliki Yogyakarta, Surakarta, Wakatobe, Bunaken, Raja Ampat, dan lain-lainnya sebagai destinasi wisata yang sangat menarik bagi rakyat Lebanon.

Kerjasama P to P

Indonesia adalah negara yang tergabung dalam G-20, yaitu dua puluh negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia saat ini. Indonesia sendiri menduduki posisi yang ke-16 dengan Product Domestic Brutto sebesar $932 Milyar. Dalam dua dekade ke depan, pada sekitar tahun 2045, Indonesia diproyeksikan menjadi negara dengan size ekonomi ke enam atau bahkan ke empat di dunia. 

Indonesia memiliki pabrik senjata (PT Pindad), pabrik pesawat terbang (PT DI), Pabrik Kereta Api (PT KI), Pabrik Alat Telekomunikasi (PT INTI), Pabrik Kapal (PP PAL), Panbrik Imunisasi (PT Biofarma), dan lain-lainnya yang merupakan industri-industri strategis. Jika Anda berkesempatan melihat alat utama sistem persenjataan yang digunakan oleh Kontingen Garuda Indonesia sebagai peace keeping di Lebanon Selatan, Anda akan dapat menyaksikan tank, senapan, senjata laras panjang, yang sebagian besar adalah buatan industri-industri strategis Indonesia tersebut di atas. 

Bagi Indonesia Lebanon sangatlah penting dan strategis. Lebanon bisa menjadi hub (pusat atau sentral) kawasan Timur Tengah bagi Indonesia. Demikian juga sebaliknya, Indonesia bisa menjadi pintu bagi Lebanon untuk memasuki pasar Asia Tenggara. Indonesia adalah tempat kedudukan sekretariat jenderal ASEAN (Assosiation of South Asia Nation) yang beranggotakan sepuluh negara. Penduduk ASEAN berjumlah sekutar 500 juta jiwa: pasar yang sangat menjanjikan bagi Lebanon. 

Peluang kerjasama antara kedua bangsa dalam kerangka P to P (people to people) masih terbuka lebar. Aisyiyah sebagai Gerakan perempuan Muhammadiyah yang besar dan maju dapat merintis kerjasama dengan organisasi-organisasi perempuan Lebanon dalam meningkatkan emansipasi harkat dan martabat perempuan. Aisyiyah dapat membagi pengalamannya yang luar biasa dalam pemberdayaan perempuan Lebanon, dan sekaligus belajar bagaimana perempuan Lebanon dapat memainkan peran-peran yang sangat penting dan strategis di lapangan politik. Perlu diketahui dari 20 menteri cabinet yang dipimpin oleh PM Hassan Diab sekarang ini, enam di antaranya adalah perempuan.

Pimpinan Pusat Aisyiyah Bidang Kerjasama Internasional dapat mengeksplorasi berbagai bidang untuk bekerja sama dengan rakyat Lebanon, khususnya perempuan muslim. Sudah waktunya organisasi-organisasi perempuan Islam bergiat untuk mengembangkan Kerjasama internasional untuk kemajuan umat dan kemanusiaan universal. Semoga.

Hajriyanto Y. Thohari, Duta Besar Republik Indonesia untuk Lebanon di Beirut

Exit mobile version