YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Kaderisasi harus berjalan secara sistematik dan intensif agar dapat menghasilkan kader yang sesuai dengan misi persyarikatan. Sehingga ke depan selain dapat berdiaspora di berbagai struktur internal maupun eksternal, juga mampu memainkan peran strategis dan sekaligus menjadi teladan utama. “Kami berharap nantinya di tangan angkatan muda Muhammadiyah inilah masa depan Muhammadiyah dan Aisyiyah terletak,” ujar Haedar Nashir pada saat membuka acara Tanwir Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) ke-29.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengungkapkan, tajdid yang dibawa oleh Muhammadiyah telah menciptakan pemikiran-pemikiran yang modern. Sehingga Muhammadiyah menjadi wakil atau representasi dari gerakan Islam modern dan terbesar. Watak modern ini tidak lepas dari semangat tajdid yang dibawa oleh KH Ahmad Dahlan.
“Pembaharuan ala KH Ahmad Dahlan yang tidak dimiliki oleh pembaharu Islam sebelumnya, bahwa beliau membangun perangkat sosial modern yang berlandaskan al-Maun dan membentuk gerakan perempuan yang bernama ‘Aisyiyah,” paparnya.
Nurcholish Madjid atau Cak Nur menyebutkan bahwa pemikiran KH Ahmad Dahlan bersifat melampaui dan melompati zamannya. Melahirkan Islam yang membaharu. Namun hal ini terkadang berubah dan terputus dari sejarah pergerakan Muhammadiyah. Sehingga yang ditangkap hanyalah purifikasi (pemurnian) dan revitalisme Islam.
“Orientasi utama gerakan Muhammadiyah adalah pembaharuan. Inilah yang harus kita pahami agar IMM sebagai mata rantai kaum muda Muhammadiyah dapat menangkap arti pembaharuan Kiai Dahlan, seiring bahwa IMM sebagai basis dari intelektualisme di tubuh persyarikatan,” ungkap Haedar pada agenda Tanwir IMM yang berlangsung secara daring (20/8).
Haedar mengingatkan, jangan sampai IMM yang lahir dari Rahim Muhammadiyah ketika melihat pemikiran maju dari orang lain lantas menjadi reaktif. Bahkan memandang orang lain liberal dan pada saat yang sama kita menjadi sangat konservatif, karena pendekatan yang kita lakukan hanya literal dan terbatas. “Jika dulu kita menjadi pihak yang direaksi dan direspon, jangan sampai generasi Muhammadiyah ke depan menjadi pihak yang mereaksi orang lain dengan pandangan-pandangan yang sempit dan konservatif,” pesannya.
IMM memiliki kewajiban, tugas, dan agenda yang jauh lebih berat dari generasi sebelumnya. Generasi IMM harus menguasai teks dan konteks dalam menjawab tantangan masa depan. “Kita dari generasi tua berharap lahirnya para penggerak Muhammadiyah yang hebat, kuat, mendalam, dan memiliki perspektif yang luas baik bayani, burhani, maupun irfani,” tutup Haedar. (diko)