Anak Susah Diatur, Istri Disalahkan
Assalamu’alaikum wr wb.
Ibu Emmy yth, saya (41 tahun) ibu dari 2 orang anak. Yang pertama Putra (11 tahun) dan Putri (7 tahun). Putra pandai menyesuaikan diri dengan lingkungan apa saja sehingga Ia punya banyak teman. Tapi ia juga mudah terpengaruh teman atau lingkungan. Ketika kami baru pindah di daerah pinggir kota, masalah muncul. Putra makin senang menghabiskan waktu untuk bermain. Ayahnya, yang kini sedang sakit, banyak di rumah untuk keperluan pengobatan jadi melihat langsung perilaku si sulung sehari-hari. Menurut suami, putra sekarang sulit diatur.Ayahnya jadi suka marah-marah. Apalagi, ketika ia tahu si sulung merokok dan banyak menghabiskan waktu main game di warnet.
Menurut saya, perilaku putra masih wajar. Saya juga masih bisa mengendalikan dia. Tapi, karena selama ini ayahnya jarang di rumah, jarang melihat langsung perilaku sehariharinya, jadi sering senewen melihat perilakunya akhir-akhir ini. Ia jadi suka marah. Semakin ayahnya marah, semakin ia susah diatur oleh ayahnya. Yang membuat tambah pusing saya, suami suka menyalahkan saya. “Itulah kalau anak suka dibiarkan, tidak ditegur.”
Bu, saya ini kurang apa? Saya sudah menurut ketika suami minta saya berhenti bekerja. Selama ini semua pekerjaan rumah dan anak-anak saya ampu sendiri, tanpa pembantu. Sekarang saya harus merawat suami yang sakit. Bu, saya tidak ingin banyak mengeluh, takut yang saya lakukan sia-sia. Apa yang sebaiknya saya lakukan untu menghadapi suami? Kalau anak, saya yakin bisa berubah, selama ini ia masih rajin shalat dan mengaji. Mohon jawabannya. Atas jawabannya jazakumullah.
Wassalamu’alaikum wr wb.
Ibu W, di kota N
Wa’alaikumsalam wr wb.
Ibu W yth, penting kiranya suami-istri membuat kesepakatan dasar tentang hal-hal penting dalam rumah tangga. Bila belum memiliki kesepakatan, maka keluarga ini akan rentan terhadap stress yang ditimbulkan oleh masalah yang terkait dengan dinamika yang terjadi dalam keluarga itu. Beberapa contoh kesepakatan dasar adalah situasi seperti apa yang membutuhkan ayah atau suami ada di depan, artinya yang menghadapi dan menyelesaikan masalah keluarga, kapan pula ibu harus menonjol. Lalu, untuk mengaktualisasikan dirinya, seberapa jauh istri boleh berkiprah di luar rumah.
Bagaimana pula pengasuhan dan pendidikan anak? Ini semua adalah elemen dasar yang perlu disepakati dan akan menjadi dasar atau pondasi bangunan suatu keluarga. Bila tak ada kesepakatan atau belum pernah ada pembahasan soal ini, maka ciri utama yang mewarnai keluarga ini adalah bila ada hal-hal yang terjadi di luar harapan, kecenderungan menyalahkan pasangan jadi mengemuka. Masalah akan dihadapi secara reaktif, sehingga jarang solusinya tuntas.
Lebih jauh, rasa marah, kecewa, dan perasaan pasangan tak mendukung maupun berminat membantu menyelesaikan masalah lalu menurunkan respek pada pasangannya. Yang muncul lalu dendam. Di titik ini, perceraian hanya tinggal tunggu waktu saja. Na’udzubillah.
Bu W, supaya ibu tidak berlarut-larut dalam kekecewaan, cobalah bersama suami membahas cara pengasuhan dan pendidikan anak-anak. Kalau memang, ayah tidak bisa sabar menghadapi si sulung, minimal jangan marah, beri kesempatan ibu untuk lebih berperan. Dibahas juga, bahwa segala permasalahan dalam keluarga adalah tanggung jawab bersama. Maka, hindari sikap saling menyalahkan dan masingmasing punya itikad untuk berkata santun baik suami terhadap istri atau sebaliknya juga terhadap anak-anak. Agar bisa menjadi model/contoh bagi mereka.
Perbanyaklah istighfar, agar Ibu dan Bapak diampuni, dan istighfar pula untuk anak-anak agar perilaku baik tetap melekat, sedang yang buruk tidak berlanjut. Semoga Allah memberi kesembuhan pada bapak dan diberi kemudahan dan kesabaran dalam menghadapi putra-putri tercinta. Amin.
Kami membuka rubrik tanya jawab masalah keluarga. Pembaca bisa mengutarakan persoalan dengan mengajukan pertanyaan. Pengasuh rubrik ini, Emmy Wahyuni, SPsi. seorang pakar psikologi, dengan senang hati akan menjawabnya.
Sumber: Majalah SM No 17 Tahun 2017