BANTUL, Suara Muhammadiyah – Suparyantini adalah pemilik batik Trisno Idaman yang berlokasi Gesikan, Wijirejo, Pandak, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Usaha batiknya dijalankan sebagai ikhtiar merawat tradisi. “Usaha batik Trisno Idaman ini sudah berjalan sejak sekitar waktu gempa melanda Yogyakarta tahun 2006,” kenangnya, Senin (24/8). Kini batik lokal harus bersaing dengan produk pabrik besar dan impor yang membanjiri pasar
“Kami meneruskan usaha keluarga yang sudah berjalan sejak tahun 1970-an. Awalnya ibu saya membuka usaha batik namanya Roro Ireng. Sempat punya pegawai sekitar dua puluh orang di masa keemasan sampai gempa melanda,” ujarnya. Gempa membuat show room rusak, rata dengan tanah. Suparyantini menerawang masa sulit itu.
“Covid-19 ini menjadi ujian berat bagi kami, perajin batik. Di masa normal, banyak pengunjung yang datang. Umumnya datang dengan gethok tular (ucapan dari mulut ke mulut-redaksi). Ada yang untuk pribadi, keluarga, kantor dan sekolah. Kini sepi lagi,” jelasnya. Suparyantini menyebut, tenaga kerja yang membuat batik bahkan berkurang hanya menjadi empat orang saja.
Kegelisahan Suparyantini menemui titik terang ketika sekelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) datang. Mereka melakukan program pengabdian masyarakat melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) berbasis Teknologi Informasi. Kebetulan keponakannya berkuliah di Program Studi Kedokteran Gigi UMY, namanya Dian Novia Istiana. Melalui Dian, tim KKN 117 UMY, yang terdiri dari Sagara Fawwaz Pratama (Teknik Mesin), Okto Aulia Susanto (Teknik Mesin), Eriawan Indrianto (Ilmu Keperawatan), dan Ayu Nur’aini Putri (Akuntansi) bisa berjumpa dengan Suparyantini di awal bulan Juli 2020.
Bersama tim KKN UMY ini, Suparyantini mulai mengembangkan pemasaran berbasis digital. Harapannya agar produk batiknya yang terdiri dari batik tulis, cap dan kontemporer bisa dikenal lebih luas dengan memanfaatkan platform media digital. Dosen pembimbing lapangan KKN, Fajar Junaedi menyatakan bahwa yang menarik dari program KKN yang dilakukan oleh mahasiswa dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di masa pandemi.
“Pandemi telah memberi pelajaran bahwa pemasaran online adalah keniscayaan yang harus segera diadaptasi oleh UMKM,” terang Fajar saat mendampingi mahasiswa yang menjalankan program pengabdian di Batik Trisno Idaman. Fajar menambahkan bahwa KKN ini juga merupakan implementasi catur darma perguruan tinggi Muhammadiyah.
Suparyantini mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Muhammadiyah melalui KKN UMY yang telah memberikan bantuan untuk menyiapkan platform dan konten digital bagi batik Batik Trisno Idaman. “Saya ingin batik terus bertahan dalam masa apapun, juga di masa teknologi digital saat ini, karena keberadaan batik kami adalah bagian merawat tradisi,” terangnya. (Riz)