Risalah Surat Al-Ashr
Preli Yulianto
Surat Al-Ashr merupakan bagian dari juz 30 yang termasuk surat Makkiyyah yang berjumlah 3 ayat, dan tergolong surat pendek dalam Al-Quran. Surat Al-Ashr ternyata memiliki makna yang luar biasa. Bahkan KH. Ahmad Dahlan mengulang-ulang surat ini sampai 7 bulan karena berfokus pada makna dan penerapannya secara rill.
KH. Ahmad Dahlan berpendapat mengenai Q.S. Al-Ashr beliau menjelaskan bahwa sebagaimana ucapan Imam Syafi’i, “Seumpama Allah SWT. tidak menurunkan kepada makhluk-Nya hujjah kecuali surat ini, niscaya surat al-‘Ashr itu telah mencukupi untuk memberi petunjuk”.
Muhammadiyah yang berdiri pada 18 November 1912, mecatatkan perjalanan yang panjang menorehkan tinta peradapan, mengukir catatan tinta emas. Hal tersebut, tidak lain pula semangat tajdid dengan prinsip Al-Islam agamaku Muhammadiyah gerakanku, dengan mengamalkan surat Al-Ashr sebagai spirit dalam pembangunan umat Islam berkemajuan.
Berikut ini merupakan arti dari Q.S. Al-Asr ayat 1-3 yakni: (1) demi masa (2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian (3) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Surat Al-Ashr mengajarkan kita pada posisi manusia terhadap dimensi kehidupan yang bergulir akan waktu yang menjadikan manusia dihadapkan oleh kubang kerugian. Kerugian tersebut dapat membelenggu manusia sepanjang waktu namun, apabila manusia menuai kesadaran akan nikmat-nikmat yang Allah SWT limpahkan akan segala kehidupan ini.
Kerugian itu akan sirna yang menjadi pengecualian manusia yang mau beriman manusia yang mengerjakan amal shalih, menasehati dalam kebenaran, dan menasehati dalam kesabaran itulah, kandungan Q.S. Al-ashr yang tertangkup didalamnya.
Risalah Beriman
Beriman dari kata iman secara etimologi artinya percaya, dan secara istilah yakni percaya terhadap Allah itu esa dalam sanubari hati, dalam perkataan, dan implementasi dalam perbuatan. Surat Al-Ashr mengajarkan orang-orang itu merugi kecuali beriman atau memiliki keimanan, hal itu sangat penting karena iman menjadi pondasi bagi umat Islam.
Ikrar iman sejatinya yang paling dasar dalam tertuang dalam rukun iman yang pertama yaitu membaca 2 kalimat syahadat yaitu: “Asyhadu an-laa ilaaha illallaah, yang artinya “Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah. Wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah, yang artinya Nabi Muhmmad adalah utusan Allah”.
KH. Ahmad Dahlan mengajarkan keimanan kepada masyarakat kala itu berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah salah satunya ayat yang menjadi dasar keimanan yaitu Q.S. Al-Hujuraat ayat 15, dan hadits tentang keimanan yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah.
Dalam Al-Quran Q.S. Al-Hujuraat ayat 15 dijelaskan yakni: “Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itu orang-orang yang benar”.
Sedangkan Hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah juga menjelaskan bahwa Rasullah SAW bersabda bahwa iman itu ialah percaya dengan hati dan diikrarkan dengan lisan dan dikerjakan dengan anggota badan.
Risalah amal shalih
Amal shalih menjadi rekomendasi yang tertangkup dalam surat Al-Ashr bahwa orang-orang mukmin yang menjadi pengecualian tergolong manusia merugi sepanjang waktu. Menjadi catatan penting untuk kita semua, untuk selalu mengerjakan amal shalih seperti perpatah mengatakan gajah mati meninggalkan gadingnya, sedangkan manusia mati membawa amal shalihnya.
KRH. Hadjid mencatat KH. Ahmad Dahlan menyampaikan petuah bahwa, “Manusia semua mati (seperti orang tidur) kecuali para ulama (yang selalu ingat bahaya siksa di akhirat). Dan ulama-ulama itu sama bingung (takut mengkhawatirkan diri sendiri kalau nanti akan disiksa masuk neraka), kecuali orang yang beramal dengan niat ibadah ikhlas karena Allah SWT”.
Perintah mengerjakan amal shalih dalam surat Al-Ashr dijelasakan dalam surat Al-Kahfi ayat 110 yakni: “…Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya”.
Risalah Nasihat menasihati dalam kebenaran
Nasihat menasihati dalam kebenaran yang terkadung dalam surat Al-Ashr mengajarkan kita arti kepedulian terhadap sesama manusia dalam mencari kebenaran yang hakiki. Carilah kebenaran walau sampai diujung timur dunia maupun sampai di ujung ajal mau menjemput kita karena urgensinya kebenaran merupakan petunjuk yang hakiki.
Ketika kebenaran itu datang terkadang kebenaran tersebut dianggap sebagai kekeliruan padahal, sebuah petunjuk untuk lepas dari kesesatan sebagaimana yang tertangkup dalam Surat Al-Mu’minuum ayat 70, yang artinya: “Atau mereka berkata,”orang itu (Muhammad) gila”. Padahal, dia telah datang membawa kebenaran pada mereka, tetapi kebanyaan mereka membeci kebenaran”.
KH. Ahmad Dahlan pernah berkata mengenai berjuang mencari kebenaran yakni: “Kita bermusyawarah mencari kebenaran dengan hati yang sabar. Tidak boleh jemu dan putus asa hingga berasil mendapatkan kebenaran, dapat bersatu paham dalam persatuan yang hakiki, dan perdamaian yang abadi”.
Risalah menasihati dalam kesabaran
Risalah menasihati dalam kesabaran yang terkandung dalam surat Al-Ashr mengajarkan nilai agar sentiasa bersabar dalam menghadapi segala ujian sentiasa mengingat Allah SWT. Makna sabar sebagai wujud tertanamnya keimanan dalam jiwa.
Para ulama berpendapat mengenai surat Al-Ashr bahwa tidak akan hidup Islam kecuali dengan wasiat (saling memberi peringatan) dan dakwah. Dan tidak ada dakwah jika tidak ada jihad dan sabar. Serta, tidak ada jihad dan sabar, kecuali dengan iman.
KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah hingga tumbuh dan berkembang sampai bertahan 111 tahun berkat semangat dakwah Beliau, dengan kesabaran yang tinggi menghadapi gejolak yang menyudutkan dakwahnya kala itu. Kini, konseptual yang beliau bangun menghasilkan karya nyata bagi umat Islam, dan bangsa. Terbukti di penjuru dunia terealisasi sekolahan, Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), rumah sakit, panti asuhan, pondok pesantren, lembaga sosial, dan lain sebagainya memberikan kemashalatan bagi masyarakat luas.
Preli Yulianto, IMM Palembang