SURAKARTA, Suara Muhammadiyah – “Terbentuknya Universitas ‘Aisyiyah Surakarta merupakan perjalanan perjuangan yang sangat panjang yang berawal dari perintis kami di tahun 1966 mendirikan Sekolah Bidan ‘Aisyiyah yang merupakan Sekolah Bidan pertama di Indonesia.” Hal tersebut disampaikan oleh Riyani Wulandari selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Surakarta saat menyampaikan sambutan dalam acara Launching Universitas ‘Aisyiyah Surakarta pada Sabtu (29/8).
Dilakukan secara virtual dan diikuti 298 peserta, acara ini dihadiri oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini, Kepala LLDIKTI Wilayah VI Jawa Tengah Dwi Yuwono Puji Sugiharto, Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah – Muhammadiyah Jawa Tengah, Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Muhammadiyah Surakarta, jajaran dinas terkait, Perguruan Tinggi ‘Aisyiyah Muhammadiyah di Jawa Tengah, Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta Rumah Sakit ‘Aisyiyah Muhammadiyah di Jawa Tengah, serta Civitas Akademika Universitas ‘Aisyiyah Surakarta.
Rektor Unisa Surakarta melanjutkan bahwa terbentuknya Universitas ‘Aisyiyah ini adalah wujud komitmen dalam mengembangkan Amal Usaha ‘Aisyiyah. “Disinilah sarana kami dalam bersyiar dan berdakwah mencetak kader Muhammadiyah ‘Aisyiyah dan adalah kebanggaan karena lahirnya Universitas ‘Aisyiyah Surakarta merupakan perguruan tinggi satu-satunya yang dikelola organisasi perempuan di Kota Surakarta dan Jawa Tengah.”
Dalam upaya mengembangkan pendidikan pada level tertinggi yakni Universitas ‘Aisyiyah di Surakarta ini telah dilakukan perubahan bentuk dengan menambahkan 4 program studi yakni Prodi Sarjana Kewirausahan, Program Studi Sarjana Manajemen Ritel, Prodi Sarjana Administrasi Rumah Sakit, serta Prodi Sarjana Sience dan TI. Riyani menambahkan bahwa dengan adanya transformasi bentuk ini perjuangan jajaran Universitas ‘Aisyiyah belum berakhir. “Perjuangan selanjutnya agar kami dapat selalu menyesuaikan diri dan merespon secara cepat perubahan dan regulasi yang ada dalam mengantisipasi daya saing kedepannya termasuk fokus kepada akreditasi yang merupakan ruh atau nyawa Perguruan Tinggi yang tidak bisa kami sepelekan.”
Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah yang turut hadir menyampaikan bahwa berdirinya Universitas ‘Aisyiyah merupakan salah satu bentuk perjuangan ‘Aisyiyah yakni dalam bidang pendidikan. “Kita bergerak berdakwah di bidang pendidikan ini dari tingkat Taman Kanak-Kanak, PAUD, sampai Perguruan Tinggi dan itu ada benang merahnya yang memang harus kita rawat, kita besarkan, kuatkan dan kokohkan.” ‘Aisyiyahs ebagai pionir organisasi perempuan muslim di Indonesia yang sudah memasuki usia dua abad ini menurut Noordjannah memiliki amal usaha yang cukup besar dan tersebar sehingga menjadi tanggung jawab seluruh warga ‘Aisyiyah untuk merawat dan membesarkan terutama di masa pandemi yang sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini.
Dengan terbentuknya Unisa Surakarta ini merupakan Universitas kedua yang dikelola oleh ‘Aisyiyah setelah sebelumnya telah berdiri Unisa Yogyakarta pada tahun 2016. Noordjannah menyampaikan bahwa dalam waktu dekat akan berdiri lagi Universitas ‘Aisyiyah di Bandung dan ia menyampaikan harapannya bahwa bertumbuhnya Unisa ini akan menjadi wadah kaderisadi bagi para kader ‘Aisyiyah. “Unisa harus menjadi wadah bagi para kader, bagi para perempuan muslimah untuk bisa bertebaran dimanapun juga membawa misi rahamatan lil alamin.”
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir menyampaikan lahirnya Universitas ‘Aisyiyah Surakarta ini merupakan milik dan kebanggaan ‘Aisyiyah Muhammadiyah. Haedar juga menyebutkan lahirnya UNISA Surakarta ini merupakan buah kegigihan dari ‘Aisyiyah. “Kami mendukung dan menghargai sepenuhnya langkah-langkah Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah di mana setelah ada 2 Universitas ini kemudian mendorong dan memproses lahirnya Universitas ‘Aisyiyah Bandung dan Universitas ‘Aisyiyah lainnya.” Haedar bahkan menyampaikan telah menantang Ketua Umum ‘Aisyiyah untuk mampu menumbuhkan lima atau enam universitas di Indonesia. “Saya bahkan sempat menantang setidaknya ada lima atau enam Universitas ‘Aisyiyah di Republik tercinta ini dan saya percaya ‘Aisyiyah sanggup karena spiritnya luar biasa bahkan kalau sudah berusaha itu nampaknya lebih gigih dari Muhammadiyah.”
Pergerakan ‘Aisyiyah menuruth Haedar harus menjadi pondasi dan frame pada seluruh Perguruan Tinggi ‘Aisyiyah. “Spirit, pirinsip, orientasi gerakan dan ideologi ‘Aisyiyah yang melekat dengan ideologi Muhammadiyah harus menjadi kerangka yang mendasari serta menjiwai alam pikiran Unisa dan seluruh perguruan tinggi ‘Aisyiyah yakni menghadirkan gerakan perempuan Islam Berkemajuan.”
Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah menyampaikan betapa pentingnya peran seluruh akademisi termasuk civitas akademika Universitas ‘Aisyiyah Surakarta dalam meningkatkan kesehatan masyarakat di Jawa Tengah. “Betapa pentingnya peran civitas akademi Universitas ‘Aisyiyah semua dalam menyiapkan dan menjaga kesehatan generasi penerus bangsa. Semoga transformasi ini diawali dengan niat baik, kalau pak Haedar menyebutnya melakukan hal baik itu mudah yang susah adalah istiqomahnya dan semoga kita diberikan kekuatan dalam melakukan kebaikan. Selamat atas transformasi Universitas ‘Aisyiyah Surakarta, semoga terus menebar manfaat layaknya mentari.” (rif)