Ketika mengunjungi daerah hingga ke pelosok yang jauh di tanah air, sungguh bangga sekaligus terharu menyaksikan kegigihan para anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah dalam merintis kegiatan-kegiatan dakwah dan amal usaha. Termasuk di dalamnya yang dilakukan ‘Aisyiyah dan Angkatan Muda Muhammadiyah. Dalam keterbatasan saudara-saudara kita di daerah-daerah itu justru memiliki ghirah pergerakan yang luar biasa.
Di Wangi-Wangi Wakatobi, anak-anak muda di bawah dorongan dan bimbingan para orangtua mendirikan SMA Muhammadiyah “Terapung” bagi masyarakat suku Bajo, yang berada di kawasan laut. Saudara-saudara kita dari komunitas Bajo karena lahir dalam budaya dan lingkungan bahari, mereka tidak terbiasa dengan darat. Mereka lebih nyaman sekolah terapung di laut. Sekolah serupa yang jauh lebih sederhana terdapat pula di Kaladupa, di gugusan pulau terpisah dalam rangkaian wilayah teritorial Wakatobi.
Di Kendari, Majelis Dikdasmen Daerah membangun SMK Maritim, yang peletakan batu pertamanya bersama Mendikbud Prof Muhadjir Effendy, di lahan seluas 5 hektar. Pembangunan SMK Maritim tersebut sesuai dengan kebutuhan setempat sebagai daerah kepulauan. Amal Usaha ini melengkapi yang sudah ada di Kendari, termasuk Universitas Muhammadiyah Kendari yang juga sedang membangun kampus baru.
Di daerah-daerah terjauh seperti di Morotai, Tual, Sorong, Merauke, Kokoda, Jayawijaya, Biak, Ende, di perbatasan Timur Leste, dan lain-lain semangat serupa juga banyak ditemukan. Di wilayah Sumatra dari Aceh hingga Lampung, di sudut-sudut terjauh kepulauan Kalimantan, Sulawesi, Maluku, NTB, NTT, bahkan di Jawa dan Madura yang pelosok. Di sana banyak ditemukan gelora bermuhammadiyah dan membangun amal usaha yang cukup tinggi.
Etos Pergerakan
Muhammadiyah yang tersebar di seluruh tanah air secara merata merupakan kekuatan yang luar biasa. Penyebaran Muhammadiyah yang meluas itu telah dimulai sejak era tahun 1922-an ke atas, sebagai bukti betapa dinamisnya pergerakan Islam yang didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan ini. Hal itu tentu karena spirit dakwah dan tajdid yang merasuk dalam diri para penggerak Muhammadiyah, yang melahirkan etos pergerakan yang tinggi untuk terus bergerak menabur benih-benih kemajuan bagi umat dan bangsa.
Spirit pergerakan yang hidup dalam diri para penggerak Muhammadiyah itu menembus batas hingga menyebarluas ke seluruh antero negeri di pelosok-pelosok terjauh, terdepan, terpencil, dan terluar. Etos pergerakan itu berwujud dalam semangat berbuat kebajikan atau amaliah yang bersifat dan berwatak kemajuan, sehingga dinamis dan tidak kenal kata berhenti apalagi menyerah. Itulah etos “berjihad” dan “bersabar” sebagaimana diajarkan Kiai Dahlan dari Surat Ali Imran 142, yang menyatu dengan spirit sebagai penggerak misi dakwah pada Surat Ali Imran 104.
Di banyak sudut tanah air, Muhammadiyah mampu menghadirkan berbagai kegiatan dakwah dan amal usaha yang memajukan kehidupan umat dan masyarakat setempat melalui pengajian, pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan ekonomi, dan kegiatan-kegiatan praksis lainnya yang mencerdaskan, memberdayakan, menyejahterakan, dan memajukan. Umat dan masyarakat bertumbuh menjadi berperikehidupan lebih baik, bermartabat, bermoral, dan berkeadaban mulia.
Pembentukan kelompok umat atau jamaah tidak hanya bersifat keagamaan dalam kegiatan-kegiatan ibadah dan pengajian, tetapi juga dakwah kemasyarakatan. Akibatnya umat dan masyarakat setempat mampu keluar dari ketertinggalan dam berkembang menjadi lebih maju atau berkemajuan. Di mana pun Muhammadiyah berada dan menyebar selalu menanamkan benih kemajuan dan pembaruan. Inilah etos reformisme atau etos tajdid dalam pergerakan Muhammadiyah, yang sejalan dengan tuntutan zaman modern tanpa kehilangan dan bahkan berdiri tegak di atas prinsip-prinsip keislaman.
Tantangan Aktual
Di antara kekuatan Muhammadiyah di daerah-daerah pertama sumberdaya manusia. Pada umumnya anggota Muhammadiyah, lebih-lebih para pimpinannya, ialah kualitas orangnya yang terdidik dan berkeahlian khusus. Profesi pada umumnya sebagai pegawai negeri di birokrasi maupun dosen dan guru, wirausaha atau pengusaha, politisi, dan bidang profesi lainnya. Potensi sumberdaya insani ini merupakan kekuatan Muhamadiyah.
Muhammadiyah di daerah-daerah juga memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi dari masyarakat dan pemerintah setempat. Secara personal dan institusi Muhammadiyah dipercaya karena amanah dalam menjalankan peran dan mengelola organisasi. Muhammadiyah sering memperoleh hibah, wakaf, ZIS, dan bantuan dari berbagai kalangan karena keterpercayaannya. Pemerintah setempat juga sering memberikan bantuan dalam beragam bentuk, termasuk aset tanah untuk amal usaha. Sementara kemandirian Muhammadiyah juga tetap terpelihara dengan baik sebagai wujud Kepribadian Muhammadiyah.
Amal usaha juga menjadi kekuatan Muhammadiyah di seluruh pelosok tanah air. Melalui amal usahanya bahkan Muhammadyah di wilayah dan daerah makin kuat kemandiriannya. Dengan amal usaha bahkan kegiatan dakwah dapat disokong dengan baik dan lancar. Karenanya jangan menganggap keberadaan amal usaha sebagai hal yang pragmatis dari Muhammadiyah, justru amal usaha menjadi kekuatan penggerak (driving force) dan pusat keunggulan (center of excelence) gerakan Islam ini. Tanpa amal usaha mungkin Muhammadiyah hanya menjadi organisasi berwacana belaka.
Dalam menguatkan dan mengakaselerasikan kemajuan di daerah-daerah itu maka diperlukan sejumlah langkah. Pertama, memobilisasi potensi yang dimiliki, baik itu sumberdaya manusia, amal usaha, relasi dan akses, sumber dana, dukungam warga atau anggota, dan potensi lainnya untuk membangkitkan dan mengembangkan usaha-usaha Muhammadiyah. Jika mobilisasi potensi tersebut terus dilakukan dan diakumulasikan secara gencar, maka akan menjadi kekuatan yang dahsyat di setiap daerah.
Kedua, membangun sinergi. Semua komponen, termasuk antar pimpinan persyarikatan dan amal usaha, harus menggalang sinergi atau kerjasama yang saling memperkuat dan memajukan. Bukan hanya di daerah setempat tetapi antar daerah dan bahkan antar wilayah, sehingga Muhammadiyah dan amal usaha di manapun dalam payung besar Persyarikatan dapat saling menyangga satu sama lain dalam spirit yashudu ba’dhuhum ba’dha. Maju bersama menjadi kekuatan Muhammadiyah. Maju antar persyarikatan, antara persyarikatan dengan amal usaha, dan antar amal usaha. Institusi yang besar membantu yang kecil, sedangkan yang kecil pun memiliki semangat yang tinggi untuk mandiri dan maju.
Ketiga, mengembangkan peran-peran keumatan dan kemasyarakatan yang semakin proaktif. Muhammadiyah di seluruh tanah air harus terus aktif berkiprah menjadi penentu atau yang memberi pengaruh terhadap lingkungannya, baik terhadap sesama umat Islam maupun dengan seluruh warga masyarakat setempat. Muhammadiyah tidak boleh abai terhadap keadaan di sekeliling, sebaliknya harus peduli dan mau berbagi dengan berkiprah apa saja yang memberi manfaat bagi umat dan masyarakat di mana Muhammadiyah berada. Peran keumatan dan kemasyarakatan tersebut sangat penting dan strategis yang menyatu dalam denyut nadi pergerakan Muhammadiyah untuk berdakwah dan bertajdid yang membawa kemajuan hidup umat manusia sepanjang ajaran Islam.
Jika Muhammadiyah terus berkiprah tak kenal lelah dalam berdakwah dan bertajdid yang membawa pencerahan umat, masyarakat, dan seluruh lingkungannya maka Allah SwT akan melimpahkan berkah-Nya bagi para penggerak Muhammadiyah dalam wujud keberuntungan, kejayaan, dan kemenangan. Ingatlah akan janji Allah dalam Al-Qur’an (Qs Ali Imran 104), jika segolongan umat berdakwah mengajak pada kebaikan, menyeru pada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, maka mereka akan menjadi golongan al-muflihun!
Sumber: Majalah SM Edisi 8 Tahun 2017