Pengkaderan dan Peran Instruktur dalam IMM
Oleh: Preli Yulinto
Jikalau membahas tentang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) tidaklah habisnya, perjalanan IMM tidak pupus oleh gejolak waktu. IMM sampai hari ini pun membumikan gerakan, selalu ber-fastabiqul khairot mengabdi untuk persyarikatan, negara, dan universal.
IMM mempunyai perjalanan yang berliku, dan IMM bersaksi di tengah badai perjalanan negeri ini, tentu pencapaian IMM di masa lalu menjadi bekal untuk masa depan. Penulis dan kawan-kawan IMM luar sana bagian dari regenerasi peradapan IMM, menulis catatan lama, belajar dari pejuang ikatan terdahulu menjadi hal penting bagi bekal penggerakan IMM menghadapi hari esok, dan masa depan demi IMM yang lebih baik lagi.
Problematika yang dihadapi IMM saat ini bukan menjadikan kita menciut seperti bermental kerupuk tenggelam dilahap oleh gejolak air. Semangat kader-kader IMM itu seperti kesatria, dan putri dalam kisah pewayangan yang selalu siap mengemban tugas yang tidak mudah dalam mejalankan visi Ikatan. Kadarusman (2005) pernah berkata bahwa kalau hanya masa lalu dan masa kini yang anda pikirkan, anda akan kesulitan ketika harus berhadapan dengan masa depan.
Hal itulah yang pelu kita sama-sama pikirkan, masa depan IMM dalam gegaman kader-kader IMM itu sendiri, dan IMM menjadi salah satu harapan generasi Muhammadiyah kedepannya. Masa lalu yang ditorehkan, menjadi bahan untuk refrensi, dan motivasi kedepannya untuk IMM yang lebih baik. Lalu, kita harus pikirkan pengkaderan IMM yang terbaik untuk mewujudkan kader yang berkualitas. Maka, dibutuhkan juga instruktur-instruktur IMM yang berkulitas juga, dalam mewujudkan IMM berkemajuan.
Pengkaderan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Pengkaderan menjadi suatu sistem yang menghimpun kuantitas menjadi kualitas hingga mampu menghelatkan momen berupa gerakan konkret baik secara internal maupun eksternal serta menghasilkan monumen berupa catatan tinta emas. Oleh karena itu, pengkaderan merupakan suatu yang fundamental dalam organisasi karena pengkaderan akan menghasilkan kader yang sejatinya menjadi jantung organisasi.
Target perkaderan utama adalah terinternalisasikan nilai-nilai perjuangan visi dan misi IMM dan sekaligus terciptannya kader pimpinan yang memiliki kompetensi dan wawasan yang sesuai dengan level/tingkatan kepemimpinan masing-masing. Sementara target perkaderan khusus diproyeksikan pada terbentuknya pengelola perkaderan (instruktur) yang profesional. Sedangkan target perkaderan pendukung adalah meningkatnya kualitas sumber daya kader menurut minat, bakat, propesi, keterampilan dan keahlian pada bidang tertentu (Sistem Pengkaderan Muhammadiyah, 2016).
Hal yang harus dilakukan pimpinan IMM dan instruktur dalam membangun IMM yaitu dengan melakukan pemetakan dalam melihat kondisi kader dan fase kader. Sehingga dengan adanya pemetakan kader dapat menjadi evaluasi dalam membentuk kualitas kader.
Keterangan:
- Kader Aktivis: mereka yang hanya mengikuti proses kegiatan perkaderan formal, satu visi dan termasuk dalam hal ini mereka yang tidak aktif. Kelompok ini cenderung lebih banyak jumlahnya
- Kader Konseptor: mereka yang sudah bisa menformat hal-hal yang bersifat organisatoris baik perkaderan formal/khusus maupun dari segi kepemimpinan
- Kader Pemikir: mereka yang sudah melewati dua jenjang sebelumnya (aktivis dan konseptor) dan berkontribusi dalam pemikiran gerakan IMM
- Kader Ideolog: para pendiri IMM atau yang kader tetap menjadikan nilai IMM sebagai entitas diri darinya sebagai pemikir, ditandai dengan berbagai karya pemikirannya tentang IMM.
Pengkaderan dalam IMM tidak lepas dari sebuah sistem pengkaderan yang ada di Muhammadiyah. Arah pengkaderan IMM bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kapasitas akademik yang memadai sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman yang ber-akhlakul karimah dengan proyeksi sikap individual yang mandiri, bertanggungjawab dan memiliki komitmen serta kompetisi perjuangan dakwah amar ma’ruf nahi munkar sehingga terbentuknya kader militan.
Instruktur harapan masa depan IMM
Lahirnya kader-kader tangguh IMM tidak terlepas dari peranan instruktur sebagai laboratorium perkaderan. Terkait urusan pengkaderan tertangkup dalam Sistem Pengkaderan Ikatan (SPI). Pengkaderan tidak akan terwujud apabila tidak ada tim instruktur, penanggung jawab beserta panitia pelaksana, narasumber, dan yang paling utama yakni, calon kader (sasaran).
Lalu apa itu instruktur? instruktur menurut pendapat Febrianto (2013) menjelaskan bahwa instruktur merupakan output dari pengkaderan ikatan secara khusus (LID, LIM, dan LIP) yang mengelola pengkaderan formal di masing level. Instruktur juga memegang kendali orientasi, materi dan kualitas secara perkaderan sebagai proses melahirkan kader yang ideal (SPI).
Instruktur sebagai harapan masa depan IMM karena baik atau buruknya regenerasi kader juga menjadi salah tanggung jawab instruktur. Instruktur mempunyai tanggungan sebagai pelopor keberlangsungan dalam pembentukan kader dalam lahan pengkaderan sesuai basic ranah masing-masing porsi instruktur pada tingkatan pengkaderan utama maupun khusus.
Konsepsi instruktur dalam peranan pengkaderan IMM
Instruktur diibaratkan sebagai sesosok guru yang memiliki tugas mendidik agar terbentuk karakter yang menjadi pemimpin masa depan. Kalau kita belajar dari peristiwa lampau saya menganalogikan kejadian saat tsunami di Jepang kala itu, karena guru di saat kondisi sulit sangat dibutuhkan dan teramat penting dalam mengembalikan keadaan bahkan mewujudkan kejayaan. Sama halnya, instruktur memiliki tugas untuk membentuk, menjaga, dan mewujudkan kualitas kader yang sesuai dengan tujuan IMM.
Posisi instruktur secara konsepsi seperti guru yang memiliki posisi penting dan dibutuhkan dalam menjaga marwah, dan mewujudkan kualitas, serta kejayaan visi. Kala itu, ada seorang Kaisar Hirohito berupaya membangun kembali bangsanya yang sudah porak-poranda oleh bom atom yang menghancurkan Jepang tepatnya kota Hiroshima dan Nagasaki yang terjadi tahun 1945.
Dari peristiwa itu, Kaisar malah memerintahkan menteri pendidikannya untuk menghitung di penjuru negeri untuk menghitung jumlah guru yang tinggal dan masih hidup. Guru di Jepang pada saat itu ditemukan sebanyak 45.000 orang. Sejak itu, Kaisar Hirohito gerilya mendatangi para guru yang tinggal itu dan memberi perintah juga arahan agar kembali membangun peradapan melalui pendidikan. Sekitar berapa tahun Jepang mampu bangkit dan membangun kembali peradapan Jepang menjadi lebih baik berkat peranan guru.
Preli Yulinto, PC IMM Universitas Muhammadiyah Palembang