Membuka Peluang Kerjasama dengan The Asia Foundation (TAF) Indonesia
Ketua Divisi Lingkungan Hidup LLHPB PP ‘Aisyiyah Hening Parlan menyampaikan proses bagaimana kerjasama Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah dengan The Asia Foundation (TAF) untuk menyusun program yang menguatkan ketahanan keluarga dan komunitas dalam menghadapi Pandemi Covid-19. Hal ini disampaikan pada saat menjadi Pemantik Dialog dalam kegiatan Silaturahmi dan Dialog Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah dan Country Representative The Asia Foundation Indonesia pada Ahad (30/8).
Hening menceritakan bahwa program kerjasama ini telah direncanakan dari sebelum lebaran, di mana ia dan Hana Satriyo (Deputy Country Representative The Asia Foundation Indonesia) sudah mulai diskusi tentang program apa yang memungkinkan untuk bisa dikerjakan dengan ‘Aisyiyah bersama-sama dengan program penanganan Covid-19 yang sudah ada. Dengan jangka waktu program yang hanya selama tiga setengah bulan, kemudian mereka terbersit bagaimana menguatkan keluarga dan komunitas, secara kesehatan, secara lingkungan, dan secara ekonomi.
Hal itu, menurutnya, mendapat respon positif dari Ibu-Ibu ‘Aisyiyah, dan terdapat 16 (enam belas) Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah yang siap mengerjakan. “Berkali-kali kami ditanya, apakah dengan uang segini cukup dikerjakan oleh 16 (enam belas) wilayah? Saya sampai berulang kali memastikan ke teman-teman dan meyakinkan semua pihak bahwa ini kita bisa lakukan dengan baik,” ujarnya. Kini program telah dimulai dengan beberapa kali pertemuan koordinasi dan silaturahmi hampir setiap minggu.
LLHPB sebagai Lembaga Termuda di ‘Aisyiyah
Dalam setiap pertemuan koordinasi yang dilaksanakan daring melalui ZOOM, Hening menyampaikan bahwa selalu mengajak ibu-ibu untuk memulai kegiatan ini dengan bahagia dan gembira. Ia juga mengingatkan agar senantiasa mengajak kolaborasi dengan Majelis dan Lembaga lainnya. “Harus diingat bahwa Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) itu adalah anak ragil. LLHPB lahir 5 tahun lalu, di Muktamar Aisyiyah di Makassar pada tahun 2015. Sehingga kalau yang lain itu usianya sudah 20 atau 25 tahun bahkan lebih dari itu, kami masih sangat muda, sehingga kita harus banyak belajar dari majelis dan lembaga yang lain, dan kita harus berkoordinasi, harus berkolaborasi, dan harus rela untuk mendengarkan semuanya, agar kita itu bisa bergerak maju.”
Strategi Pendampingan
Selaku Program Advisor dari program kerjasama Aisyiyah dengan The Asia Foundation ini, Hening Parlan menerangkan 3 strategi yang dilakukannya. Strategi pertama yaitu jikalau ada kegiatan serupa yang sedang dikerjakan di Pimpinan ‘Aisyiyah tingkat daerah, cabang, maupun ranting, Ibu-Ibu ‘Aisyiyah dipersilakan untuk bisa berkolaborasi dan menyambungkan kegiatannya, mengingat kegiatan ini bukan sesuatu yang baru namun justru melengkapi program yang sudah ada. Strategi kedua, Ibu-Ibu ‘Aisyiyah diharapkan melakukan kegiatan ini dengan gembira, dan tidak perlu stress. Strategi yang ketiga adalah Ibu-Ibu ‘Aisyiyah didorong untuk bisa meluaskan program ini, sehingga jumlah masyarakat yang menerima manfaat dari program ini akan semakin banyak.
Pengalaman Hebat dan Menyenangkan Mendampingi Ibu-Ibu ‘Aisyiyah
Pengalaman yang menarik dalam mendampingi program ini, menurut Hening, yakni pada saat membuat laporan, mengingat pengelola program ini hampir semua Ibu-Ibu yang usianya rata-rata di atas 45 tahun, dan tidak semuanya mudah atau terbiasa menggunakan komputer.
“Sehingga pada saat kami laporan, kami ingat 2 minggu pertama, kami menulis laporan tentang bagaimana kegiatan yang dilakukan, judul kegiatan, tujuan, target atau capaiannya, dan mencari dampak dengan menanyakan 4 hal: Apa yang berjalan dengan sangat baik? Apa yang dipelajari? Apa yang hebat? Apa yang paling menyenangkan?” ungkapnya.
Dari pertanyaan tersebut, banyak hal membanggakan yang diungkapkan oleh Ibu-Ibu ‘Aisyiyah. Misalnya hal yang paling menyenangkan yaitu antusiasme yang besar dari Ibu-Ibu Aisyiyah maupun peserta dalam melaksanakan kegiatan ini. Adapun yang hebat misalnya, mereka ada barang-barang di sekitar rumah, botol bekas, dll tidak digunakan, kini mereka bisa memanfaatkan barang bekas tsb untuk media menanam sayur, dst.
Yang hebat lagi, imbuhnya, Ibu-Ibu ‘Aisyiyah mampu menyambungkan dengan lembaga dan majelis yang lain bahkan di luar Muhammadiyah-Aisyiyah, dan beberapa Ibu-Ibu ‘Aisyiyah menyampaikan mampu menghidupkan ranting ‘Aisyiyah. Hal itu, menurut Hening, merupakan capaian yang membanggakan meski di luar project.
Hening juga menyampaikan rasa syukur atas pencapaian Ibu-Ibu ‘Aisyiyah yang mana dalam waktu satu bulan program berjalan mampu mencapai target bahkan lebih. Ia menjelaskan, misalnya salah satu kegiatan ditargetkan mampu menjangkau sebanyak 715 KK selama 3 bulan, namun ternyata dalam satu bulan saja sudah sampai 715 KK, sehingga mengalami kenaikan 295% untuk kegiatan yang satu. Kegiatan yang lain misalnya tentang kegiatan budidaya, semula ditarget 555 KK dalam 3 bulan, namun dalam 1 bulan sudah mencapai 293 KK, sehingga sudah naik 162%.
Aktivasi Sistim Informasi ‘Aisyiyah (SIA)
Capaian lainnya yang membanggakan yakni tentang pengelolaan Sistim Informasi ‘Aisyiyah (SIA) LLHPB. Dengan dukungan dari The Asia Foundation, website Sistim Informasi ‘Aisyiyah LLHPB dapat dioperasikan kembali. Hingga satu bulan program berjalan ini, ibu-ibu ‘Aisyiyah sudah menyusun sekitar 50 tulisan atau berita yang dimasukkan ke dalam Sistim Informasi ‘Aisyiyah (SIA).
“Dalam pengelolaan Sistim Informasi ‘Aisyiyah (SIA) ini, Ibu-ibu belajarnya tidak hanya tentang projectnya, tapi juga belajar dari para ahli seperti mengundang pak Farid Gaban untuk belajar fotografi, kemudian kita mengundang yang lain untuk belajar videografi, dan saya sendiri ngajari tentang cara membuat laporan. Jadi di sini benar memang kelentingan keluarganya dijaga, tapi semua ibu-ibu ‘Aisyiyah sebagai pelaksana program juga mendapatkan pengetahuan dan pembelajaran yang menurut saya sangat berguna untuk ke depan,” pungkasnya. (Adiba)