Kita sadar bahwa manusia adalah makhluk sosial yang selalu dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dalam mewujudkan perilaku. Manusia akan ditentukan oleh nilai dan motivasi ketika bekerja sebagai faktor internal.
Bukankah juga demikian dengan kita? Dengan alasan apapun kita bekerja, sejatinya kita mempunyai motivasi bekerja untuk memberikan penghidupan kepada keluarga kita. Jadi, keluarga adalah motivator dalam bekerja, bukan sebagai penghalang dalam bekerja.
Faktor eksternal manusia adalah lingkungannya. Kalau kita hidup di lingkungan kerja maka faktor eksternal kita adalah nilai dan budaya perusahaan tempat kita bekerja. Nilai dan budaya organisasi inilah yang menjadi tuntunan pekerja untuk menyesuaikan dengan nilai dan motivasi pribadinya.
Oleh karena itu, pekerja sebagai manusia biasa mempunyai dua kepentingan, yaitu kepentingan pribadi dan kepentingan perusahaan. Kedua kepentingan ini harus diakomodasi, disatukan dan tidak bisa dipertentangkan atau dikalahkan, kalau kita tetap ingin bekerja di perusahaan itu.
Gabungan kedua faktor internal dan eksternal dan kedua kepentingan tersebut yang membentuk sikap kerja seorang pekerja. Dengan demikian, sikap kerja individu adalah kesefahaman nilai dan budaya organisasi dengan nilai dan motivasi pekerja sehingga pekerja tersebut dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan harapan perusahaan dan membantu terwujudnya visi-misi perusahaan.
Oleh karena itu, sikap kerja merupakan kondisi dinamis yang mempunyai pola membentuk kecenderungan tertentu, dimana kedua faktor tersebut dapat berpadu padan. Dengan demikian, sekali lagi, kedua kepentingan dan faktor tersebut harus seimbang sehingga terdapat implikasi sebagai berikut;
- Faktor internal > faktor eksternal -> penyimpangan aturan perusahaan, tidak mau diatur hingga keluar dari perusahaan.
- Faktor internal < faktor eksternal -> pekerja menjadi ‘robot’ atau ‘malaikat’ karena tidak mempunyai kehendak bebas (free will) dalam menentukan hidupnya.
- Faktor internal = faktor eksternal -> kondisi yang ideal
Selanjutnya, sikap kerja tersebut akan membentuk kinerja/ produktivitas seseorang. Jika sikap kerja yang ditunjukkan tersebut berkualitas maka kinerja seorang pekerja pun menjadi berkualitas. Dan jika kinerja seorang berkualitas maka produktivitas perusahaan meningkat sehingga keuntungan (profit) perusahaan semakin meningkat pula.
Jika perusahaan untung maka kesejahteraan pekerja juga dapat ditingkatkan. Itulah hukum kausalitas mengapa kita perlu meningkatkan kinerja kita karena kembalinya juga untuk kepentingan pekerja. Wallahu a’lam bi shawab.
Rubrik Motivasi hidup Islami dalam kehidupan karier profesional. Diasuh oleh Dr M G Bagus Kastolani, Psi, seorang psikolog dan kader Muhammadiyah
Sumber: Majalah SM No 14 Tahun 2019