YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Melihat kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia yang juga belum berangsur baik, Nasyiatul ‘Aisyiyah memutuskan untuk mengundur waktu pelaksanaan Muktamar ke-14 Nasyiatul ‘Aisyiyah pada tahun 2022 mendatang. Hal ini disampaikan oleh Diyah Pusputarini, selaku Ketua Umum Nasyiatul ‘Aisyiyah, dalam pidato pembukaan agenda Tanwir III Nasyiatul ‘Aisyiyah pada Ahad (6/9).
Melihat penundaan akan berimplikasi pada tata aturan organisasi dan periodisasi, dan juga akan berpengaruh pada permusyawaratan dari tingkat wilayah hingga ranting, maka agenda Tanwir III ini akan membahas terkait dengan metode pelaksanaan secara rinci.
Dyah menyampaikan bahwa Nasyiatul ‘Aisyiyah telah mengadakan pleno dengan MCCC pada Juli 2020 lalu serta pleno dengan Pimpinan Wilayah di bulan Agustus 2020, untuk melihat kondisi dan mempertimbangkan pengadaan Muktamar ke-14 Nasyiatul ‘Aisyiyah. Dalam pleno tersebut, ujar Diyah, diputuskan bahwa Muktamar Nasyiatul ‘Aisyiyah akan diselenggarakan tahun 2022 karena melihat kondisi pandemi Covid-19 yang belum menunjukkan kabar baik. Semula, berdasarkan amanat Tanwir II Nasyiatul ‘Aisyiyah di Palembang 2019 lalu, Muktamar ke-14 Nasyiatul ‘Aisyiyah direncanakan terselenggara pada November 2020.
Dyah menekankan bahwa “Muktamar, Musywil, Musyda, Musycab, dan Musyran tidak hanya sekedar mengganti ketua umum. Namun ada nilai kesatuan, kesamaan langkah, nilai pengorbanan, nilau regenerasi, dan nilai syiar Nasyiatul ‘Aisyiyah. Sehingga pada masa pandemi seperti ini rasanya tidak tepat mengadakan agenda-agenda tersebut”.
Gelar Tanwir Daring, Nasyiatul ‘Aisyiyah Utamakan Kemaslahatan
Sembari menunggu waktu Muktamar tiba, Diyah mengarahkan agar kader Nasyiatul ‘Aisyiyah mengisi sisa waktu untuk merapikan hal-hal yang belum selesai serta terus berkontribusi.
Dalam Tanwir III ini tema yang diusung ialah “Bangkit hadapi Covid-19: Terus Berkontribusi Membangun Negeri”. Dalam tema ini Diyah memberi makna bahwa pandemi Covid-19 masih berlangsung, namun setiap kader Nasyiatul ‘Aisyiyah harus terus bangkit dan menghadapi pandemi dengan kemampuan yang dimiliki. Makna lain yang menjadi pesan dalam tema tersebut, sebut Diyah, ialah berarti mencakup seluruh pihak di masyarakat untuk serius melawan Covid-19.
Tanwir III Nasyiatul ‘Aisyiyah dihadiri pula oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dan Ketua Umum ‘Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini.
Dalam pidato sambutannya Haedar Nashir berpesan, Tanwir ini diadakan dalam kondisi darurat dikarenakan pandemi Covid-19, maka cara berpikir yang harus digunakan ialah cara berpikir darurat bukan cara berpikir normal seperti kondisi sebelum pandemi. “Dalam menghadapi situasi yang kompleks itu perlu pemahaman keislaman yang bayani, burhani, dan irfani. Dalam menghadapi Covid-19 dengan pendekatan bayani saja kita bisa gagal, sehingga perlu pendekatan burhani, dan irfani”, pesan Haedar.
Noordjannah dalam pidatonya berpesan bahwa di Tanwir III Nasyiatul ‘Aisyiyah untuk merefleksikan diri dalam situasi seperti saat ini untuk membangun sebuah kekuatan baru, model baru dalam menjalankan dakwah, memberikan semangat baru untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak.
“Manfaatkan masa pandemi ini untuk menguatkan Nasyiatul ‘Aisyiyah dengan segala inovasi dan kreativitas, serta lakukan gerak nyata di wilayah grassroot”, pesan Noordjanah.(ran)