Oleh Prof. Dr. Tobroni, M.Si
Kita Bangsa Indonesia kehilangan tokoh Pendidikan nasional Prof. H. A. Malik Fadjar, M.Sc.. Beliau adalah guru bangsa, sebagai pengayom, panutan, inspirator, pembaharu dan bahkan symbol pendidikan nasional. Pemikiran, tindakan dan jejak-jejak langkah Pak Malik, panggilan akrap Prof. H. A. Malik Fadjar, M.Sc. bagaikan menimba air sumur yang dalam yang airnya jernih dan melimpah. Pikiran-pikirannya selalu segar dan menyegarkan, mencerahkan dan menggerakkan. Dan yang menarik beliau bukan hanya pemikir (intelektual), melainkan juga penulis, ideolog, cendekiawan, dan juga praktisi, birokrat dan teknokrat.
Penulis memahami pemikiran, idealism, nilai-nilai, cita-cita perasaan dan pengalaman beliau lebih dari 30 tahun sejak menjadi mahasiswa beliau tahun 1984 sampai sekarang (2020). Tahun 1984 adalah pertama kali penulis mengenal Pak Malik yang pada saat itu menjadi dosen untuk mata kuliah kependidikan Islam. Untuk tugas akhir penulis meneliti kepemimpinan beliau dalam menginovasi Universitas Muhammadiyah Malang dengan judul: “rekayasa Inovasi Sistem Pendidikan Tinggi Islam Studi Kasus Universitas Muhammadiyah Malang.
Selesai kuliah penulis menjadi dosen di Universitas Muhammadiyah dimana Pak Malik sebagai rektor dan ketua BPH sampai sekarang. Penulis juga menjadi asisten beliau mengajar di IAIN Sunan Ampel di Malang mulai tahun 1990 sampai tahun 2000 dimana pada saat itu beliau disamping sebagai rektor Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) juga mendapat amanah Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PPM) Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan untuk merangkap sebagai rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dan disamping itu juga menjadi Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama dan kemudian sebagai Menteri Agama di era Kepresidenan BJ. Habibie.
Dosen Favorit
Beliau adalah dosen favorit mahasiswa khususnya jurusan Pendidikan Agama (PA). Tentu tidak semua mahasiswa mengidolakan beliau karena boleh jadi mereka kurang paham atau tidak sampai tentang apa yang beliau sampaikan saat kuliah. Cara beliau mengajar adalah out of the box, tidak materi oriented semata, melainkan dibumbui dengan analisis yang komprehensif dan tajam, wawasan yang luas, berorientasi ke masa depan dan memotivasi dan membakar semangat mahasiswa untuk mempersiapkan hari esok yang lebih baik. Pernah kelas kami melobi dekan agar mengganti dosen lain dengan Pak Malik tanpa sepengetahuan beliau. Ada kebutuhan, kerinduan dan juga kehausan (ilmu) dari kuliah-kuliah yang beliau sampaikan yang padat isi, padat motivasi dan inspirasi, meninggikan cita-cita dan langit intelektual, meringankan langkah menuju masa depan.
Kesejatian adalah kesungguhan
Bagi Pak Malik kuliah (pendidikan) adalah cara yang paling strategis dalam menyiapkan hari esok yang labih baik, karena itu harus dijalani dengan sepenuh hati. Beliau sering mengatakan “perkara yang baik dan mulia yang tidak dilakukan dengan kesungguhan hanya akan mendapatkan kesia-siaan”. Dengan Bahasa motivasi terhadap mahasiswa yang dipandang tidak serius mengikuti perkuliahan, atau sekedar memburu nilai “C” lebih realistis kalau pulang kampong memelihara ternak, bertani dan lain sebagainya. Intinya adanya kesungguhan untuk menghindari kesia-siaan. Kalau ada mahasiswa yang mengantuk disuruh berwudlu. Dan bila ada yang kurang perhatian beliau mengingatkan secara langsung dan memberikan nasehat dan terkadang menyuruh mahasiswa yang bersangkutan pindah tempat duduk. Artinya beliau tetap memperhatikan suasana kelas tetap kondusif dan produktif.
Di mata mahasiswa Pak Malik adalah dosen yang memiliki komitmen dan penuh dedikasi, melakukan persiapan dalam mengajar, memiliki wawasan yang luas, idealism, kritis, disiplin dan penuh tanggungjawab dan dedikasi. Berjiwa perfecsionis, futuristik dan progresif. Yang terpenting adalah apa yang beliau miliki itu ditransformasikan kepada mahasiswa, sehingga tatkala beliau mengajar bukan hanya transfer of knowledge, melainkan juga transfer of values, transfer of attitude, dan transfer of experience yang dikemas dalam system perkuliahan yang dialogis dan hidup.
Mengorangkan Orang
Kalimat itu yaitu “mengorangkan orang” sering dikemukakan Pak Malik. Maknanya bahwa setiap manusia itu memiliki kehormatan, harga diri dan sekaligus memiliki kelebihan. Menghormati dan tawadlu’ kepada yang lebih tua dan menyayangi dan menghargai yang lebih muda, termasuk kepada mahasiswanya. Kepada setiap mahasiswanya beliau sangat respek dan menaruh perhatian terutama perhatian terhadap nasip dan masa depannya.
Kepada petugas cleaning service pun beliau sangat menghormati dan menghargai. Sikap mengorangkan orang ini lahir dari cara pandang atau mindset “husnudlon” atau positive thinking kepada orang lain. Memiliki mindset menghormati, mengasihi dan husnudlon ini penting bagi seorang pendidik agar dapat memberi empati, peduli, kasih sayang dan tanggung jawab. Tanpa itu semua seorang guru tidak lebih hanya sebagai “tukang mengajar” tanpa “ruh” atau tanpa spirit.
Mahasiswanya Adalah Kadernya
Hal lain yang penting adalah bahwa pak Malik adalah sosok dosen yang menghargai mahasiswanya. Beliau memandang mahasiswa sebagai kader, generasi penerus dan pemimpin masa depan. Karena itulah banyak anak didiknya yang merasa sebagai kader beliau, dikader atau dibesarkan oleh beliau atau berhutang budi kepada beliau. Banyak yang menganggap beliau sebagai bapak ideologis, bapak leadership, mentor, trendsetter dan transformer yang ucapan, tindakan dan jejak-jejaknya membangun imajinasi, menginspirasi, menginovasi dan menggerakkan pemikiran dan tindakan.
Tiga Komitmen
Beliau sering berpesan agar sebagai mahasiswa memiliki tiga komitmen, yaitu komitmen keislaman, komitmen kemanusiaan dan komitmen kesarjanaan. Komitmen keislaman maksudnya memiliki kepedulian dan keberpihakan kepada Islam sebagai risalah yang haq yang membawa misi peradaban adiluhung (akhlakul karimah) dan rahmatan lil’alamin (kedamaian dan kebahagiaan bagi semua makhluk). Komitmen kemanusiaan maksudnya bahwa manusia itu ya manusia dengan segala kelebihan dan kelemahan serta kebutuhannya.
Bahwa manusia itu memerlukan pekerjaan yang layak, berumah tangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Komitmen kesarjanaan maksudnya bahwa sebagai calon sarjana atau sarjana harus memiliki kepedulian, komitmen, sikap dan perilaku sebagai seorang sarjana, ilmuwan dan mungkin juga intelektuan dan cendekiawan. Komitmen kesarjanaan itu berupa ilmu pengetahuan, budi pekerti yang luhur dan dengan ilmu dan akhlaknya itu mampu memberikan pengabdian terbaik kepada masyarakat. Selamat jalan Pak Malik.
Prof. Dr. Tobroni, M.Si, Dekan Fakultas Agama Islam UMM