Shalat Iftitah dan Doa Shalat Malam
Pertanyaan:
Assalamu ‘alaikum wr.wb.
Mohon bertanya terkait shalat malam,
- Pada saat shalat tarawih/ qiyamul-lail/ shalat malam, diawali dengan shalat iftitah (shalat ringan 2 rakaat yang diawali dengan takbiratul-ihram, subhana dzil-mulki … dan seterusnya tanpa membaca surah atau ayat). Kemudian untuk mulai shalat malam sepertinya ada imam yang begitu takbir langsung membaca al-Fatihah, sementara imam yang lain ada yang usai takbir ada jeda baru membaca al-Fatihah, kemungkinan beliau membaca doa iftitah Allahumma ba‘id baini … dan seterusnya. Mohon fatwa Tarjih yang tepat yang mana? Atau keduanya boleh dilakukan?
- Di antara rakaat 4-4-3, apakah ada tuntunan doa?
Terima kasih banyak ustadz.
Wassalamu ‘alaikum w.w.
Suhar Wanto (disidangkan pada Jum‘at, 16 Zulkaidah 1440 H / 19 Juli 2019 M)
Jawaban:
Wa ‘alaikumus-salam wr.wb.
Terima kasih atas pertanyaan yang diajukan. Sebelum menjawab pertanyaan saudara mengenai doa iftitah yang dibaca oleh imam saat shalat malam, terlebih dahulu kami akan sampaikan dalil mengenai shalat iftitah yang saudara singgung di awal pertanyaan.
Shalat Iftitah
Dalam praktiknya, Rasulullah saw sebelum memulai shalat malam, mengawali dengan shalat dua rekaat yang singkat-singkat atau yang ringan-ringan. Tuntunan ini didasarkan pada hadis Nabi saw sebagai berikut,
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ لِيُصَلِّيَ افْتَتَحَ صَلاَتَهُ بِرَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ [رواه مسلم].
Dari ‘Aisyah (diriwayatkan) ia berkata, adalah Rasulullah saw apabila akan melaksanakan shalat lail, beliau memulai (membuka) shalatnya dengan (shalat) dua rakaat yang ringan-ringan [HR. Muslim].
Berkaitan dengan bacaan doa dalam shalat iftitah, bisa dilihat di dalam buku Tuntunan Ramadhan yang ditulis oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dalam buku tuntunan ini sekaligus merevisi dalil doa dalam shalat iftitah yang terdapat di dalam Himpunan Putusan Tarjih. Setelah dilakukan peninjauan kembali terhadap dalil dalam HPT, maka dalil yang dijadikan dasar adalah hadis dari Khudzaifah bin Yaman berikut;
وَعَنْ خُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ قَالَ أَتَيْتُ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَتَوَضَّأَ وَقَامَ يُصَلِّى فَأَتَيْتُهُ فَقُمْتُ عَنْ يَسَارِهِ فَأَقَامَنِى عَنْ يَمِيْنِهِ فَقَالَ سُبْحَانَ اللهِ ذِى الْمَلَكُوْتِ وَالْجَبَرُوْتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ [رواه الطبرانى فى الأوسط ورجاله موثّقون].
Dari Khudzaifah bin Yaman (diriwayatkan) ia berkata, aku mendatangi Nabi saw pada suatu malam. Beliau berwudlu dan berdiri untuk mengerjakan shalat, lalu aku mendatang beliau dan berdiri di samping kiri beliau, tetapi beliau menjadikanku berdiri di samping kanan beliau. Beliau berdoa, subhaanallaahi dzil-malakuuti wal-jabaruuti wal-kibriyaa-i wal-‘adhamah [HR. ath-Thabrani]
Doa Shalat Malam
Tentang pertanyaan saudara selanjutnya, yaitu berkaitan dengan doa iftitah ketika shalat malam. Saudara kadang menjumpai ada imam yang setelah takbiratul–ihram langsung membaca surah al-Fatihah dan ada juga yang jeda kemungkinan untuk membaca doa iftitah. Sebelum menjawabnya, perlu diketahui bersama bahwa secara umum sesungguhnya membaca doa iftitah dalam shalat hukumnya sunah, karena ia tidak termasuk dalam rukun shalat.
Oleh karena itu, membaca ataupun tidak, tidak menjadikan sebab batal ataupun sahnya shalat, namun hanya menjadi keutamaan karena telah melaksanakannya. Meskipun begitu, kaitanya dengan ibadah, khususnya ibadah shalat, pelaksanaannya harus sesuai dengan yang dicontohkan oleh Nabi saw. sebagaimana hadis beliau,
عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صَلُّو ا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي [رواه البخا ر ي].
Dari Malik bin Huwairits (diriwayatkan), ia berkata, Rasulullah saw bersabda, shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat [HR. al-Bukhari].
Kembali kepada pertanyaan saudara, maka dalam shalat disunnahkan untuk membaca doa iftitah, berdasarkan dalil praktik shalat Nabi saw.,
حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْكُتُ بَيْنَ التَّكْبِيرِ وَبَيْنَ الْقِرَاءَةِ إِسْكَاتَةً قَالَ أَحْسِبُهُ قَالَ هُنَيَّةً فَقُلْتُ بِأَبِي وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللهِ إِسْكَاتُكَ بَيْنَ التَّكْبِيرِ وَالْقِرَاءَةِ مَا تَقُولُ قَالَ أَقُولُ اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ. [رواه البخاري]
Telah mewartakan kepada kami Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah saw diam antara takbir dan membaca al-Fatihah. Ia (Abu Zur’ah) berkata: aku mengira Abu Hurairah berkata, ‘diam sebentar’. Lalu aku berkata: wahai Rasulullah, demi bapak dan ibuku! engkau berdiam antara takbir dan membaca al-Fatihah. Apa yang engkau baca di antaranya? Beliau bersabda, aku membaca: Ya Allah, jauhkanlah diriku dengan kesalahanku sebagaimana engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah bersihkanlah diriku dari segala kesalahan sebagaimana bersihnya kain putih dari kotoran. Ya Allah cucilah segala kesalahanku dengan air, salju dan embun [HR. al-Bukhari].
Hadis tersebut bersifat umum, tidak dijelaskan shalat apa saja yang disyariatkan untuk membaca doa iftitah. Oleh karenanya hadis ini mencakup semua salat. Penerapan keumuman dalil ini sesuai dengan kaidah ushul fikih yang menyatakan,
إِذاَ وَرَدَ فيِ النَّصِّ الشَّرْعِيِّ لَفْظُ عَامٍ وَلَمْ يَقُمْ دَلِيْلٌ عَلَى تَخْصِيْصِهِ وَجَبَ حَمْلُهُ عَلَى عُمُوْمِهِ.
Apabila dalam nash syar’i ada lafal yang umum dan tidak ada satu dalil pun yang mentakhsisnya (mengkhususkannya), maka wajib membawa (mengamalkan) nash itu pada keumumannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan shalat, baik shalat wajib maupun shalat sunah, dianjurkan untuk membaca doa iftitah, sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi saw. Himbauan juga untuk para imam shalat, sebaiknya untuk membaca doa iftitah.
Kemudian untuk pertanyaan terakhir, mengenai doa di antara rakaat shalat malam 4-4-3, sejauh dalil-dalil hadis yang kami ketahui, belum ditemukan dalil tentang doa di antara rakaat shalat malam. Yang ada adalah dalil bahwa Rasulullah saw berdoa setelah selesai melaksanakan shalat malam dan ditutup dengan witir. Doa yang dibaca oleh Nabi saw setelah selesai shalat witir, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh an-Nasa’i dan ad-Daruquthni dari Ubay bin Ka’ab sebagai berikut,
عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الْوِتْرِ بِسَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى، وَقُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافرُونَ، وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ، فَإِذَا سَلَّمَ قَالَ: سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ [رواه النسائى].
Dari Ubay bin Ka’ab (diriwayatkan), adalah Rasulullah saw ketika shalat witir membaca surah Sabbihisma rabbikal-a‘la (al-A’la), surah Qul ya ayyuhal kafirun (al-Kafirun) dan surah Qul huwallahu ahad (al-Ikhlas). Kemudian apabila telah selesai mengucapkan salam, beliau membaca Subhanal-malikil-quddus tiga kali [H.R. an-Nasa’i].
عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوتِرُ بِسَبَّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى، وَقُلْ يَاأَيُّهَا الْكَافِرُونَ، وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ، وَإِذَا سَلَّمَ قَالَ: سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، وَمَدَّ بِالْأَخِيرَةِ صَوْتَهُ، وَيَقُولُ: رَبِّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ [رواه الطبراني].
Dari Ubay bin Ka’ab (diriwayatkan), adalah Rasulullah saw melakukan shalat witir dengan membaca surah Sabbihisma rabbikal-a‘la (al-A’la), surah Qul ya ayyuhal kafirun (al-Kafirun) dan surah Qul huwallahu ahad (al-Ikhlas). Apabila telah selesai salam, beliau membaca Subhanal malikil-quddus tiga kali dengan memanjangkan suaranya pada (bacaan) yang ketiga. Kemudian beliau membaca Rabbil-malaikati war-ruh [H.R. at-Thabrani].
Dari dua hadis di atas, maka setelah shalat witir disunahkan membaca doa sebagaimana dalam hadis tersebut. Untuk sekedar memudahkan ingatan, maka dari uraian panjang di atas, dapat diambil butir-butir penting sebagai berikut,
1. Shalat iftitah atau khafifatain pada shalat malam adalah masyru’ (disyariatkan) atau dituntunkan oleh Rasulullah saw.
2. Bacaan doa iftitah dalam shalat hukumnya sunah. Sehingga orang yang membacanya akan mendapatkan keutamaan dalam shalatnya. Terlebih sebagai imam, sebaiknya sebelum membaca surah al-Fatihah, memberikan jeda agar makmum dapat membaca doa iftitah.
3. Tidak ada dalil yang menjelaskan tentang doa Nabi saw di antara rekaat shalat malam. Rasulullah saw membaca doa setelah selesai melaksanakan shalat witir. Adapun doa yang dituntunkan Nabi saw adalah sebagai berikut,
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ
Mahasuci Allah yang Maha Merajai dan yang Maha Bersih (3x)
رَبِّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ
Yang menguasai para Malaikat dan Ruh/Jibril (1x)
Wallahu a‘lam bish-shawab.
Rubrik Tanya Jawab Agama Diasuh Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid
Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Sumber: Majalah SM No 3 Tahun 2020