“Kita berharap bahwa kisah ini akan menjadi gelombang yang melahirkan fenomena-fenomena besar di kemudian hari. Sehingga Muhammadiyah menjadi organisasi yang terdepan dalam konteks pertumbuhan dan perkembangan ekonomi.” (Saad Ibrahim)
SURABAYA, Suara Muhammadiyah – Sebuah fenomena besar telah terjadi di tengah-tengah kita. Fenomena dari sebuah kiprah yang telah dimainkan oleh almarhum Mohammad Nadjikh, seorang saudagar Muhammadiyah yang memiliki peran besar di tengah masyarakat.
Dengan demikian Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur berinisiatif untuk mengabadikan kisahnya dengan menghadirkan sebuah buku yang berjudul “Mohammad Nadjikh: Penggerak Saudagar Muhammadiyah”. Buku ini sangat penting untuk membangun kesadaran secara terus-menerus tentang peran sentral saudagar dan dunia bisnis bagi Muhammadiyah.
Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengatakan, ia mengenal sosok Mohammad Nadjikh sejak almarhum berada di PP Muhammadiyah dan secara intensif setelah beliau menjadi Ketua Majelis Ekonomi. Menurutnya, cerita tentang Mohammad Nadjikh sudah sangat lengkap sebagai seorang saudagar.
“Pengangkatan Mohammad Nadjikh sebagai Ketua Bidang Majelis Ekonomi PP Muhammadiyah pada waktu itu tidak lepas dari permasalahan bahwa, ketika seorang pengusaha memimpin Majelis Ekonomi, seringkali tidak bisa menterjemahkan kesuksesan dirinya untuk menjadi kesuksesan bisnis Muhammadiyah. Maka kita angkatlah bapak Mohammad Nadjikh dan kawan-kawan untuk membuktikan bahwa tesis tersebut tidak benar,” ujar Haedar Nashir pada Launching dan Bedah Buku yang diinisiasi oleh PWM Jawa Timur (12/9).
Gebrakan yang telah dilakukan oleh Majelis Ekonomi dalam satu periode ini adalah membangun jaringan saudagar Muhammadiyah. Hal ini sangat penting sebagai modal lima tahun ke depan dalam mempersiapkan saudagar yang sesungguhnya. Namun, yang terpenting adalah, bagaimana nilai-nilai tersebut menjadi karakter bagi kader-kader dan anggota Muhammadiyah yang bergerak di dunia bisnis.
Sesungguhnya Muhammadiyah memiliki modal besar dalam membangun organisasi yang memiliki beberapa sistem kelembagaan. Salah satu dari pilar strategis Muhammadiyah adalah amal usaha yang memiliki karakter utama berupa bisnis. “Sejak awal berdirinya hingga sekarang Muhammadiyah sudah membangun berbagai amal usaha. Periode ke depan, kita akan mulai membangun pusat-pusat bisnis. Sebagai contoh adalah sebagaimana yang saat ini Suara Muhammadiyah terus bangun,” jelasnya.
Saad Ibrahim, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur menyampaikan bahwa kebaikan seseorang tidak ditentukan atas harta yang dimilikinya, dan hal ini dibenarkan oleh Al-Qur’an. Ada empat hal yang membuat kita baik atau tidak terkait dengan kekayaan. Pertama, bagaimana etos kerja kita. Kedua, terkait bagaimana sikap kita dalam bekerja. Ketiga, bagaimana mental kita sebelum dan sesudah mendapatkan kekayaan. Keempat, ketika sudah medapatkan kekayaan, apa yang akan dia lakukan dengan kekayaannya tersebut.
“Apapun yang kita dapatkan dari proses-proses tersebut merupakan hal yang harus kita syukuri dihadapan Allah. Dan apabila masih gagal, kita harus terus berusaha dan berusaha,” ungkapnya. (diko)