Membumikan IMM: Gerakan Cinta Masjid dan Keilmuan
Oleh: Preli Yulianto
IMM lahir bukan hanya sebagai organisasi pemikir maupun hanya sebagai organisasi gerakan tanpa pikiran. IMM lahir untuk menjadi organisasi yang selalu mengkedepankan pemikiran dan merealisasikan dalam gerakan, serta menjadi organisasi yang terus berpacu mewujudkan insan akhlak mulia dengan secara dalam (radix) menumbuhkan pemimpin-pemimpin masa depan demi memperjuangkan Islam sebenar-benarnya.
Gerakan IMM harus kolektif dan terorganisir serta terarah sebagaimana pendapat dari Sani (2017) yang menjelaskan bahwa kesadaran yang telah dimiliki oleh individu muslim bergerak menjadi kesadaran kolektif dalam rangka mensejahterakan rakyat. Mandat Muhammadiyah yang paling utama pada masa itu yakni, memecahkan permasalahan sosial dengan melaksanakan perintah agama melalui usaha kolektif. Rasionalisasi tindakan tersebut adalah “tindakan yang biak tak terorganisir akan mudah dikalahkan dengan kejahatan yang terorganisir”.
IMM harus terus bergerak membumikan gerakan demi mewujudkan cita-cita yang di angan-angankan (khoiru ummat). Gerakan cinta masjid dan keilmuan perlu dihelatkan dengan konkrit dalam realisasi secara kolektif demi terlaksananya IMM berkemajuan. IMM harus menawarkan solusi dari munculnya problematika keumatan sehingga klaim IMM sebagai organisasi yang menghadirkan sumber solusi/source of solutios dapatbenar-benar terakui.
Membumikan gerakan cinta masjid
Masjid sebagai tempat peradapan umat Islam, fungsi masjid pada zaman Rasulullah SAW adalah bukan hanya sebagai pusat ibadah tetapi juga dijadikan tempat bermusyawarah, tempat Rasullah SAW mempersatukan umat, tempat umat Islam mengkaji ilmu dan juga masjid kala itu dijadikan sebagai sentral pemerintahan di Madinah ketika Rasulullah SAW dipilih menjadi pemimpin.
Tentu, masjid pada zaman sekarang tidak sepenuhnya seperti kala itu Rasullah SAW fungsikan. Akan tetapi, perlu kita jadikan panutan dengan tetap sesuai kondisional pada zaman sekarang. Masjid jangan hanya menjadi tempat ibadah saja, namun perlu juga dijadikan tempat untk mengkaji ilmu, dan perlu dijadikan sebagai tempat bermusyawarah dalam substani yang positif.
IMM memiliki peranan sentral dalam membumikan gerakan cinta masjid sebagai basis gerakannya. Sesuai dengan hasil Muktamar ke XVI Ikatan Mahsiswa Muhammadiyah di kota Surakarta Jawa Tengah 26-30 Mei 2014 IMM dengan ikrar Deklarasi Setengah Abad pada point 5 yakni: “Membumikan gerakan cinta masjid sebagai basis gerakkan IMM”.
Kader-kader IMM jangan sampai anti masjid tetapi, harus secara kolektif membumikan masjid dengan menghidupkan dan menjadikan masjid sebagai media dakwah amar mahruf nahi mungkar. Dengan merutinitaskan kajian-kajian majelis ilmu, kultum setiap 5 waktu sholat, dan lain sebagainya sebagai upaya membumikan gerakan cinta masjid sebagai pusat peradaban Islam berkemajuan.
Masjid harus senantiasa menjadikan prasaranan yang ampuh dalam mengajak insan dalam kebaikan. IMM harus menjadi organisasi yang mampu menebarkan kebaikan dengan menjadi sumber solusi/source of solutios dalam pelita kegelapan umat. Fenomena yang terjadi di masyarakat yang sering kita temuai yaitu, “Islam tanpa masjid” hal inilah yang perlu kita revolusikan dengan ilmu sebagai pencerahannya.
Banyak orang Islam tetapi enggan sholat berjamaah ke masjid lantaran menjadi kebiasaan mau ke masjid hanya pada hari-hari besar seperti sholat idul fitri, atau sholat idul adha saja. Islam tanpa masjid menjadi fenomena yang sangat memperhatian karena Islam seyognyanya, menjadikan masjid sebagai prasarana lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT karena masjid sebagai titik pangkal penyebaran tahuid.
Masjid menjadi tempat yang paling mulia di muka Bumi dan sebagai awal prasarana yang dijadikan dalam memupuk dan memperkokoh iman dalam hubungan secara vertikal dengan Allah SWT sebagaimana yang tertangkup dalam Q.S. Al-Jin ayat 18 yakni: “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah”.
Rasulullah SAW menegaskan bahwa masjid sebagai tempat yang paling baik dari pada tempat-tempat yang lain sebagaimana sabda Rasulullah SAW sebagai berikut: “Tempat yang paling dicintai oleh Allah dalam suatu negeri adalah masjid-masjidnya dan tempat yang paling Allah benci adalah pasar-pasarnya.” (H.R. Muslim).
Gerakan keilmuan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
Gerakan keilmuan IMM yang dihelatkan dalam aktualisasi pada lahan dakwah Ikatan yang meliputi internal dan eksternal organisasi. Manusia merupakan makhluk Allah SWT yang paling sempurna diantara makhluk lainnya dan memiliki peranan sebagai khalifah di bumi.
Dalam kesehariannya aktivitas IMM memungkinkan terselenggaranya forum-forum majelis ilmu seperti diksusi, bedah buku, analisis video, serta isu-isu kekinian karena kader IMM sebagai cendikiawan berpribadi yang memungkinkan terbentuknya basic intelektual atau keilmuan dalam menepis minimnya literasi maupun menghidupkan kembali tradisi literasi yang sudah lama “memfosil”.
IMM mengupayakan untuk selalu membumikan gerakan keilmuan yang religiusitas dan humanitas, demi mewujudkan khoiru ummat menjadi organisasi yang tergolong umat yang terbaik. Hal tersebut, sebagaimana tertuang dalam Q.S. Ali-Imran ayat 110, yang artinya sebagai berikut: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Tuhan”.
Menjadi umat terbaik memang tidak mesti menjadi kader IMM namun, dengan berkecimpung IMM memungkinkan terbentuknya intelektual melalui proses (becoming) yang menempa hingga terbentuknya intelektual yang berakhlak mulia. IMM sebagai wadah dalam membentuk intelektual yang religius dan humanis sehingga menjadi golongan umat yang terbaik. Oleh karena itu, sistem dalam IMM dijuluki sebagai laboratorium intelektual dan moral.
Gerakan IMM berbeda dengan gerakan ortom lain memiliki keunikan dan memiliki konteks khas tersendiri, sebagaimana yang diungkapkan oleh Sani (2017) yang menjelaskan bahwa gerakan yang dilakukan IMM merupakan gerakan yang unik dikarenakan berbeda dengan ortom lainnya. Perbedaan ini dapat dilihat dari nilai yang dimiliki serta kontektualisasi terhadap nilai itu. Gerakan IMM merupakan gerakan keilmuan yang bersifat jangka panjang (future) bukan gerakan sesat “politis” dengan mencari momentum jangka pendek.
Gerakan keilmuan IMM bukanlah hanya seremonial hanya sebatas program kerja tetapi gerakan keilmuan mengalir seperti air akan terus mangalirkan mata air yang akan mencerahkan hingga nanti diaplikasikan ke lahan aktualisasi yakni, persyarikatan, umat, dan bangsa. IMM harus terus bergeriliya membumikan gerakan intelektualitas demi mewujudkan cita-cita kemerdekaan NKRI.
Preli Yulianto, PC IMM Universitas Muhammadiyah Palembang