JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ta’awun adalah bagian dari spirit Muhammadiyah. Spirit inilah yang menjadi penguat bagi Muhammadiyah untuk terus bergerak memberikan kontribusi nyata kepada ummat, khususnya dalam hal penguatan pangan dan ekonomi di kala pandemi.
Dalam rangka memperingati Hari Bermuhammadiyah (Seri ke-46) September 2020, Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Matraman, Jakarta Timur menyelenggarakan pengajian online dengan tema “Ta’awun Muhammadiyah di Kala Pandemi” (18/9).
Deny Asy’ari, Direktur Suara Muhammadiyah dan sekaligus pembicara utama dalam pengajian yang berlangsung via zoom tersebut menyampaikan, lesunya ekonomi ummat di masa pandemi saat ini dapat dianalogikan seperti yang terjadi di masa awal berdirinya Muhammadiyah. Ketika sekolah-sekolah yang didirikan oleh Muhammadiyah kehabisan kas untuk memenuhi biaya oprasionalnya. KH. Ahmad Dahlan tidak kehabisan akal. Maka beliau berinisiatif mengumpulkan jamaah di halaman rumahnya.
Dihadapan seluruh jamaahnya beliau mengungkapkan bahwa kas milik Muhammadiyah telah habis, sehingga tidak mampu untuk menggaji guru-guru yang mengajar. Tanpa ragu beliau menggadaikan seluruh barang yang ada di rumahnya. Seluruh jamaah yang berkumpul pun terpanggil untuk memberikan uang yang dimilikinya kepada KH. Ahmad Dahlan tanpa mengambil satu pun barang yang ditawarkan.
“Kenapa anda tidak mengambil barang-barang yang saya gadaikan?” tanya KH. Ahmad Dahlan dengan heran. “Kami tidak sedang melakukan jual beli Kiai, kami hanya ingin membantu,” ujar salah seorang jamaah. Inilah kepedulian yang ditunjukkan oleh generasi awal Muhammadiyah terhadap keberlangsungan hidup persyarikatan tercinta.
Kisah lainnya datang dari seseorang bernama Abu Sayyad. Ia memiliki sepotong roti yang hendak diberikan kepada keluarganya di rumah. Saat perjalanan pulang, ini bertemu dengan seorang anak perempuan bersama ibunya yang sedang laparan. Tanpa berpikir panjang, beliau langsung memberikan roti yang ada ditangannya kepada anak gadis tersebut. Sepasang anak dan ibunya itu mengucapkan rasa terimakasih kepada Abu Sayyad.
Di suatu malam ia bermimpi. Malaikat menunjukkan timbangan amal selama hidupnya. Timbangan amal buruknya lebih banyak ketimbang amal baiknya. Namun Tuhan menempatkannya di surga.
Singkat cerita, salah satu malaikat bertanya “Amalan apa yang membuat Tuhan menempatkanmu di dalam surge wahai Abu Sayyad?”
Ia menjawab, “Aku pernah memberikan sepotong roti kepada seorang anak perempuan bersama ibunya yang sedang dalam keadaan lapar. Aku senang melihat anak perempuan tersebut tersenyum bahagia dan ibunya menangis haru menerima roti yang ku berikan.”
Melalui dua kisah yang penuh dengan kepedulian tersebut, Deni Asy’ari menyampaikan pentingnya saling membantu dan berbagi, baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Suara Muhammadiyah terus berupaya secara maksimal merealisasikan ta’awun yang menjadi konsep dasar kepedulian Muhammadiyah. Suara Muhammadiyah telah melakukan beberapa terobosan dalam hal penguatan ketahanan pangan dan ekonomi dengan membangun jejaring berbasis jamaah.
“Penguatan sektor pangan dan ekonomi ini akan terus kita perluas. Suara Muhammadiyah dengan spirit ta’awunnya terus bergerak memperdayakan ekonomi dan ketahanan pangan bagi ummat,” ujarnya. (diko)