Ekonomi merupakan amunisi pokok dalam melakukan dakwah pencerahan. Tanpa ekonomi, aktivitas dakwah akan tersendat-sendat, bahkan bisa lumpuh. Karenanya, untuk memberikan pencerahan kepada umat, seorang pendakwah atau mubaligh, termasuk lembaga maupun organisasi dakwah, seperti Muhammadiyah, perlu mendirikan dan mengembangkan unit bisnis sebagai gawang kekuatan ekonomi dalam berdakwah.
Perjuangan dakwah Nabi Muhammad saw dan istrinya Khadijah adalah contoh yang tepat dalam hal ini. Untuk memudahkan misi kenabiannya, yaitu berdakwah menyebarkan agama Islam, Muhammad saw mendapat dukungan ekonomi penuh dari Istrinya Khadijah, seorang pengusaha kaya. Apapun, kapanpun, dan di manapun Nabi berdakwah, seberapapun materi yang dibutuhkan, Khadijah selalu siap membantunya. Bisa dikatakan, seluruh bisnis yang dikelola Khadijah beserta harta kekayaannya diperuntukkan kegiatan dakwah suaminya.
Layaknya Muhammad saw dan Khadijah istrinya, KH Ahmad Dahlan, pendiri organisasi Muhammadiyah, beserta istrinya Nyai Walidah pun melakukan hal serupa dalam menjalankan misi dakwahnya. Dari situlah Muhammadiyah belajar kepada pendirinya untuk tidak melupakan ekonomi, dengan mendirikan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), menjalankan bisnis, dalam setiap langkah dakwahnya.
Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Gedebage sejak berdirinya sangat fokus pada pengembangan AUM bisnis. Baru resmi berdiri pada tahun 2010, di tahun yang sama pula PCM yang berada di Bandung Timur, Jawa Barat ini berhasil mendirikan usaha pembuatan tinta. “Cikal bakal Cabang sudah ada sejak lama, tapi baru resmi berdiri di tahun 2010,” terang Ali Rozali Bendahara PCM Gedebage saat diwawancarai via telpon seluler baru-baru ini.
Ia menceritakan, bisnis yang dikembangkan Cabang Gedebage tersebut dimulai dari bawah dengan modal seadanya. Berjalannya waktu, ucap Ali, usaha ini makin terlihat perkembangannya. Tidak hanya tinta yang diproduksi, tapi usaha tersebut juga membuat spidol, HQ Line nama produknya. “Alhamdulillah dari unit usaha kecil, kini HQ Line sudah menjadi pabrik yang cukup besar dengan omset 100 hingga 200 juta perbulan. Bulan-bulan tertentu, seperti tahun ajaran baru bisa lebih dari itu,” paparnya.
“Tidak adanya dan dengan adanya bisnis tentu sangat berbeda. Sekarang, karena memiliki unit bisnis, Cabang kami semakin mudah dalam melakukan dakwah, termasuk melakukan kegiatan sosial, membantu menyukseskan peran dan fungsi lazismu di tempat kami,” imbuh Bendahara PCM Gedebage itu.
Walau produknya sudah dipasarkan secara nasional, PCM Gedebage tidak lantas puas diri. Guna membesarkan bisnisnya, untuk memudahkan pemasaran produk HQ Line, PCM akan bersinergi dengan lembaga-lembaga milik Muhammadiyah dan di luar persyarikatan. “Selama ini pemasarannya masih dominan lewat perorangan, karenanya kami ingin mengejar kerjasama dengan lembaga internal dan eksternal, khususnya AUM pendidikan. Semoga,” pungkas Ali. (gsh)