Muhammadiyah itu organisasi besar yang berdiri tegak di atas sistem, dengan amal usaha dan jaringan yang luas. Kekuatan Muhammadiyah berada dalam sistem, bukan atas hasrat dan kehebatan individual. Muhammadiyah itu Persyarikatan. Dalam Berita Tahunan tahun 1927 disebutkan, “Kalimat Syarikat itu berarti kumpulannya beberapa orang untuk melakukan sesuatu dengan semufakat mungkin dan bersama-sama”. Muhammadiyah sebagai Persyarikatan dalam berpikir, berpendapat, dan bertindak didasarkan pada prinsip-prinsip gerakan seperti Manhaj Tarjih, berbagai pandangan resmi organisasi seperti Kepribadian dan Khittah, serta segala kebijakan dan ketentuan organisasi. Itulah koridor Muhammadiyah yang harus ditaati dan dijadikan pedoman oleh seluruh anggota dan kader, lebih-lebih pimpinan di semua tingkatan dan institusi Muhammadiyah. Jangan membawa kemauan dan kehendak sendiri-sendiri, yang melanggar koridor organisasi.
Saat ini Muhammadiyah menghadapi berbagai masalah dan tantangan yang kompleks, baik di dalam maupun di luar. Masalah keumatan, kemasyarakatan, kebangsaan, dan kemanusiaan semesta datang dan pergi secara bergelombang. Apalagi dalam suasana kehidupan akibat pandemi Covid-19 dengan segala dampaknya. Masalah internal pun datang silih berganti. Dalam menghadapi masalah-masalah tersebut penting dikaji dan dimusyawarahkan secara bersama dalam koridor sitem. Jangan mempersepsi masalah dan tantangan secara perseorangan, kemudian bersikap dan melangkah berdasarkan pikiran dan kehendak sendiri-sendiri tanpa berpijak pada sistem dan prosedur organisasi. Organisasi akan rusak atau bermasalah dan pecah bila orang yang berada di dalamnya menuruti pikiran dan langkahnya sendiri tanpa memperhatikan dan menaati koridor sistem yang berlaku dalam organisasi tersebut. Contoh sudah terlalu banyak, organisasi yang dulunya besar menjadi terpecah-pecah, akhirnya tinggal namanya.
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang besar dan tua telah teruji dalam melewati banyak tangangan dan situasi krusial dalam kehidupan keumatan dan kebangsaan. Sejak kelahiran dan pertumbuhannya di masa penjajahan Belanda, pada titik kritis kemerdekaan tahun 1945, setelah Indonesia merdeka pada era Orde Lama dan Orde Baru, maupun setelah era reformasi. Karenanya posisikan dan perankan Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang memiliki tradisi besar sekaligus sebagai gerbong besar dengan seksama dan tidak boleh gegabah. Muhammadiyah juga harus tetap diposisikan dan diperankan sebagai Organisasi Islam yang menjalankan misi dakwah dan tajdid, serta sebagai Ormas Keagamaan dan Kemasyarakatan, bukan sebagai organisasi politik sesuai dengan prinsip, Kepribadian, Khittah, dan koridor organisasi yang dipedomaninya.
Muhammadiyah mampu bertahan lama dan menjadi besar karena kekuatan sistemnya. Orang secara subjektif sekuat apapun datang silih berganti, tetapi organisasi dengan koridor sistemnya akan bertahan lama (enduring) yang bersifat objektif. Karenanya kepada segenap anggota termasuk kader dan pimpinam serta semua institusi Muhammadiyah agar tetap bermuhammadiyah dengan mengikuti prinsip, kepribadian, khittah, dan koridor organisasi dalam menghadapi kondisi eksternal maupun internal. Semua anggota dan unsur kelembagaan di lingkungan Persyarikatan agar bertindak dalam kerangka dan koridor organisasi Muhammadiyah, jangan bereaksi dan mengambil langkah sendiri-sendiri. Kita diingatkan Allah agar tetap dalam satu barisan yang kokoh, sebagaimana firman-Nya:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ
“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” [QS Ash-Shaff: 4)
Muhammadiyah saat ini menghadapi masalah dan tantangan berat di tengah dinamika kehidupan masyarakat di tingkat lokal, bangsa dalam skala nasional, maupun di ranah global maupun kondisi internal bersamaaan pandemi Covid yang berdampak luas. Semua memerlukan mujahadah bersistem dari seluruh anggota, kader, dan lebih-lebih pimpinan dalam membawa Gerakan Islam yang besar ini secara kolektif dan terorganisasi dalam sistem gerakan yang solid dan kokoh. Karena itu dalam berorganisasi kita hatus ikhlas menyatukan hati, pikiran, dan tindakan dalam jiwa persaudaraan untuk berada dalam satu barisan yang kokoh sebagaimana Surat Ash-Shaff ayat-4 yang dibacakan tadi.
Jangan sebaliknya bertindak sendiri-sendiri, berdasarkan pikiran sendiri, memaksakan kehendak sendiri, dan mengambli jalan sendiri-sendiri. Jika hal itu terjadi bukan berorganisasi namanya, tetapi kerumunan sosial, bahkan kerumunan pun ada koridor sosialnya meski bersifat longgar. Kekuatan Muhammadiyah sepanjang masa justru karena koridor sistem Persyarikatan. Maka jangan dirusak oleh hasrat-hasrat dan pola ineividual, yang akhirnya melemahkan kekuatan organisasi. Kita diingatkan Allah, jangan menyerupai perangai ahlul kitab sebagaimana dilukiskan dalam Al-Quran yang artinya, “Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah” (QS Al-Hsyr: 14).
Dalam bemuhammadiyah, sebagaimana dalam berdakwah dan beragama, tidak cukup memahami masalah seca tekstual atau bayani saja, perlu burhani atau rasional-ilmu-konteks, bersamaan dengan itu perlu juga irfani yang mengedepankan rasa dan ruhani. Lebih khusus, sekali lagi, dalam bermuhammadiyah meniscayakan berpedoman pada koridor organisasi yang menjadi kekuatan sistem Muhammadiyah selama ini yang melampaui kekuatan individu-individu. Organisasi justru ada dan akan terus eksis karena koridor sistemnya di mana setiap individu melebur dan menjaga sistem itu secara taat asas dan berkomitmen tinggi. Kekuatan Muhammadiyah yang berdiri tegak di atas prinsip sistem itulah yang harus dipelihara oleh seluruh anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah tanpa kecuali.
Menjaga Muhammadiyah sepenuh jiwaraga seperti itu tidak mudah karena memerlukan keikhlasan dan komitmen luhur setiap orang yang berada dalam Persyarikatan dalam bermuhammadiyah secara tersistem, sebagaimana pesan Kyai Haji Ahmad Dahlan, “Menjaga dan memelihara Muhammadiyah bukanlah suatu perkara yang mudah. Karena itu aku senantiasa berdoa setiap saat hingga saat-saat terakhir aku akan menghadap kepada Illahi Rabbi. Aku juga berdoa berkat dan keridlaan serta limpahan rahmat karunia Illahi agar Muhammadiyah tetap maju dan bisa memberikan manfaat bagi seluruh ummat manusia sepanjang sejarah dari zaman ke zaman.”.