Pandemi Virus Corona (Covid-19) dapat dikatakan sebagai salah satu peristiwa yang mengubah peradaban sekaligus tatanan kehidupan manusia modern. Selain berskala global yang menjangkiti seluruh negara di dunia, pandemi ini juga banyak menimbulkan korban. Tidak hanya nyawa orang yang terinveksi, tapi banyak sektor kehidupan lain juga terganggu.
Tatkala virus ini mulai menyapa bumi Indonesia, tanpa terlalu banyak wacana Muhammadiyah langsung bergerak untuk mengantispasi segala dampak yang mungkin ditimbulkannya. Mulai dari membentuk MCCC di berbagai tingkat pimpinan, mengerahkan ribuan relawan, juga menggelontorkan ratusan miliar anggaran. Organisasi yang telah lahir saat NKRI masih berbentuk embrio ini juga telah menyusun serta mensosialisasikan berbagai panduan ibadah dan muamalah bagi warga untuk mencegah penyebaran virus ini.
Muhammadyah bergerak secara massif karena sadar bahwa efek samping virus ini bisa merembet ke mana-mana. Para pengusaha mulai menjerit, tidak dapat lagi menunggu tanpa kepastian waktu kedatangan zaman normal. Para pekerja semakin banyak yang menjadi korban PHK. Walau ada beberapa sektor usaha yang tidak terganggu, bahkan dapat memetik untung yang berlipat. Namun itu jumlahnya hanya sedikit. Secara umum roda perekonomian warga nyaris berhenti berputar.
Sampai hari ini, Vaksin untuk Covid-19 belum diketemukan, kurva penularan juga belum ada tanda-tanda untuk melandai apalagi menurun. Untuk itu, pada hari ini Covid-19 tidak mungkin dapat kita ajak untuk berdamai. Ini semua adalah kenyataan yang mau tidak mau harus kita hadapi. Sepedih apa pun, kenyataan perih ini harus kita hadapi.
Semua tentu bersepakat haram hukumnya menganggap jiwa manusia dan warga negara sebagai hitungan angka statistik semata. Namun, skenario untuk mempersiapkan diri menghadapi realitas baru juga harus segera dilakukan. Kehidupan harus terus berlanjut.
Oleh karena itu, sebagai makhluk yang paling sempurna dan juga sebagai orang yang beriman kita dituntut untuk terus menjadi manusia yang produktif dalam keadaan seperti apa pun, termasuk di masa pandemi yang membatasi semua ruang gerak kita seperti saat ini.
Di masa pandemi ini, di samping harus senantiasa mengingat kebesaran dan kemahakuasaan Allah serta waspada pada setiap ancaman yang dapat membahayakan kesehatan, kita juga tetap harus menjadi insan yang produktif dan memberi manfaat pada sesama. (isma)
Sumber: Majalah SM Edisi Khusus / 08-13 Tahun 2020