Pandemi Covid-19 melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia. Muhammadiyah melakukan respons cepat dengan membentuk Muhammadiyah Covid19 Command Center (MCCC). Untuk mengetahui kiprahnya hingga saat ini, Suara Muhammadiyah mewawancarai Ketua MCCC Agus Samsudin. Berikut ini paparannya:
MCCC dimaklumatkan awal Maret 2020, apa saja yang telah dilakukan?
Satu, itu sifatnya respons cepat terkait penanganan pasien yaitu mempersiapkan rumah sakit. Bersyukur sekarang ini sudah 78 rumah sakit yang menangani pasien covid 19. Yang ditangani itu sudah sekitar 5833 pasien. Jadi tahap pertama, persiapannya ya harus membeli alat pelindung. Sampai-sampai harus impor pada waktu itu, karena APD di dalam negeri langka.
Yang kedua?
Kemudian yang kedua, dampaknya yang harus ditangani. Dampaknya itu, banyak. Ada dampak ekonomi. Ada dampak sosial. Karena iitu kemudian kita melihat yang kita lakukan itu, satu terkait dengan edukasi.
Makanya kita ada devisi kesehatan masyarakat yang dipimpin dokter Alim. Tim ini yang menginisiasi seluruh upayaupaya yang terkait dengan edukasi kepada masyarakat terutama yang menyangkut tentang covid19. membuat protokol-protokol sekolahan dan sebagainya. Terus kemudian kampanye.
Tim ini sekarang sudah berkolaborasi dengan pemerintah Australia dan dengan Unicef untuk membuat program edukasi, sosialisasi tentang Covid 19 di Indonesia. Untuk kerja sama dengan Australia mempunyai target 31 Wilayah di Indonesia yang tersebar di 391 Daerah. Sedangkan untuk Unicef, menyasar 6 Wilayah di Indonesia yang tersebar di 15 Daerah.
Tujuannya adalah mendidik masyarakat supaya sadar Covid 19. Kalau masyarakat tidak tahu tentang ini dapat menjadi masalah. Karena yang jadi masalah adalah penularan penyakit ini. Karena penularannya ini maka kita aktivitasnya di hulu bukan di ujung. Di rumah sakit itu sudah terjadi penularan dan terjangkit Covid 19, tetapi yang penting itu sebelumnya, supaya orang-orang itu tidak sampai rumah sakit dan sudah bisa menjaga diri sendiri. Contohnya kemarin kita longgarkan sedikit saja jadi kacau balau karena mereka tidak siap. Itu yang terjadi. Itulah pentingnya edukasi agar mereka siap menghadapi sesuatu yang terkait dengan Covid 19.
Yang ketiga?
Kemudian yang ketiga, pembentukan MCCC di seluruh Indonesia. Dan saat ini sudah terbentuk di seluruh Wilayah, dan Daerah bahkan ada yang sampai tingkat Cabang dan Ranting. Di sinilah sosialisasi oleh Persyarikatan berlangsung. Divisi bekerjasama dengan Majelis Tarjih. Misalnya divisi ibadah, nanti kita sosialisasikan melalui MCCC Wilayah dan Daerah. Termasuk dalam bidang pendidikan, bekerjasama dengan perguruan tinggi dan lain-lain.
Yang keempat, kaitannya dengan sembako. Alhamdulilah sampai saat ini kita sudah membagi 481.408 paket sembako dengan target 500.000 untuk saat ini dan 1.000.000 sampai akhir tahun. Kemarin, kurang sedikit. Ini terkait dengan ketahanan pangan. Jadi ketahanan pangan itu ada dua, satu yang emergency tadi dengan pembagian sembako. Sekarang itu yang dilakukan oleh mas Bakhtiar adalah ketahanan pangan untuk level masyarakat, ini kita juga dapat kerjasama dengan pemerintah Australia.
Kemudian yang berikutnya adalah fundraising. Kita butuh duit banyak, sehingga ada tim fundraising yang tugasnya mencari duit. Walaupun untuk kita itu, salurannya melalui Lazismu. Jadi semua dana-dana itu melalui Lazismu tetapi ada juga sifatnya yang kerjasama tadi. Lewat MDMC dan bisa juga lewat MPKU. Kita berusaha keraslah.
Berapa dana yang digelontorkan hingga saat ini?
Kalau dana, kita menghitungnya ada dua hal. Dana yang fresh melalui kantor pusat yaitu Lazismu maupun MPKU. Tetapi ada dana yang natura yang dikelola oleh wilayah, daerah dan sebagainya. Itu setiap minggu ada laporannya. sehingga secara total Muhammadiyah sudah mengeluarkan 156 milyar lebih untuk seluruh Indonesia. Tetapi itu di luar pengeluaran rumah sakit. Terus penerima manfaatnya sudah 3.275.592 jiwa.
Dari banyaknya kegiatan MCCC itu sebetulnya mengemban misi apa?
Ya kalau dari SKnya, MCCC itu tugasnya mengkoordinir seluruh kegiatan di dalam merespons pandemi. Makanya kemudian aktivitasnya itu menjadi banyak sekali karena melibatkan semua orang. Karena kita ini mengkonsolidasi dan mengkoordinir kegiatannya tetapi tetap saja kegiatannya fokus pada satu pencegahan penyakit, meski yang pengobatan tetap jalan ditangani rumah sakit. Kemudian yang kedua dampaknya. kita mengelola dampaknya. kita ada psikolog, dokter, ulama yang menangani konsultasi psikologi, Covid 19 dan ibadah. Kita juga konsen terhadap dampaknya ini.
Mengapa fokus pada pencegahan?
Covid 19 ini bahayanya di penularan. Kita tidak ingin terjadi seperti di Amerika yang kematiannya mencapai 100.000 orang lebih. Kita sekarang ini yang terjangkit masih banyak. Angka-angkanya naik terus. Inilah peran Muhammadiyah untuk bisa mengingatkan, satu pemerintah, yang kedua mengingatkan masyarakat untuk tetap selalu berhati-hati dan mendidik warga Muhammadiyah agar berpikir secara rasional ilmiah dan tidak emosional.
Pandemi ini pertama kali masuknya, sehingga semua orang tergagap dan tidak siap dengan dampaknya. Karena itu dampaknya ada dampak kesehatan, ada dampak ekonomi, dampak sosial dan dampak psikologi. Hal ini berat sekali, karenanya kita juga meluncurkan aplikasi early warning system. Kita buka link terus ada beberapa pertanyaan. Nah dari pertanyaan itu mengindikasikan kira-kira aman tidak terhadap covid 19 ini. Makanya kita sebut early warning system.
Bagaimana strategi MCCC dengan diberlakukan new normal?
Setelah dibuka ini dampaknya seperti apa, kita masih menunggu. Karena ini dibuka oleh pemerintah, maka kita mendididik saja supaya orang-orang Muhammadiyah itu rasional, jangan bepergian karena kondisinya memang masih belum aman dari penyebaran covid 19. Jangam ambil risiko dulu. Dari PP jelas ibadah di rumah dulu kalau ingin membuka boleh tetapi syaratnya dipenuhi. Syaratnya ketat sebetulnya. Kita tidak ingin masjid itu jadi pusat penularan. Sebetulnya kita jelas menyampaikan pesan pada masyarakat. Tetapi karena kampanyenya new normal itu seolah-olah dibuka los. Sepertinya kondisi normal betul, sehingga orang lupa bahwa ini harus ada kondisi yang harus dijaga. Maka kuncinya tetap tiga langkah, physical distancing, pakai masker dan cuci tangan. (Lutfi)
Sumber: Majalah SM Edisi Khusus / 08-13 Tahun 2020