Sejarah Perjuangan Pendirian Muhammadiyah di Margasari Kabupaten Tegal Jawa Tengah
Oleh : Hendra Apriyadi, MPd
H Nuridin adalah tokoh Muhammadiyah yang pertama kali melopori Pimpinan Cabang Muhammadiyah Margasari pada tahun 1964. Bulan pertama sidang dihadiri dari Desa Jembayat, Desa Margasari, Desa Karangdawa, Desa Kosambi, kurang lebih di hadiri 70 tokoh pemuda dan 4 (empat) desa dengan kesimpulan. Memahami bahwa islam itu mengatur hubungan manusia dengan Allah (ibadah), lalu hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam. Semua ilmu baik yang mengatur hubungan dengan Allah, maupun dengan sesama manusia atau dengan alam itu bersumber dari ajaran islam, dengan menjelaskan beberapa ayat Al Qur’an. Manusia diangkat oleh Allah menjadi pengatur di muka bumi, karena itu manusia harus memahami dan mentaati aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah, baik dalam Al Qur’an maupun Hadits. Halal bil halal selesai jam 13 dilanjutkan dengan makan siang dan sholat berjamaah di Masjid At-Taqwa. Pada pertemuan bulan kedua dari pihak santri desa jembayat tidak datang, yang datang yang dari luar desa jembayat, dan teman-teman dari pelajar. Sehingga jumlahnya hanya 2 orang, setelah saya coba menanyakan pada yang membagi undangan, mereka merasa diarahkan kepada yang bukan ahli sunnah wal jamaah.
Sidang saya teruskan dengan membahas agenda yang disetujui bulan lalu, yakni substansi dari 3 kesepakatan sidang minta dibahas yang paling pertama adalah ilmu pengetahuan umum dan Al Qur’an. Karena yang hadir kebanyakan dari pelajar antara lain yang hubungannya dengan ilmu astronomi surat Yunus ayat 5, dan surat Al Jasiyah ayat 12 – 13.Dari pembahasan 3 ayat terakhir tersebut para peserta sidang sangat antusias dan kelihatan punya semangat tinggi walaupun ada pihak yang oposisi. Sampai jam 13 pembahasan belum tuntas masih semangat untuk menggali dari sisi sejarah perkembangan islam dari zaman ke zaman. Setelah sholat dzuhur, peserta minta kembali keruang sidang untuk membahas langkah bulan berikutnya. Setelah kembali sholat dhuhur, salah satu hadirin dari Margasari usul supaya kita tingkatkan sekalian B.U ini menjadi organisasi yang berbadan hukum yang aliran pikirannya sama dengan kita.
Ada yang menjawab kalau begitu satu bulan ini kita mencari informasi salah satu dari 3 ormas Al Irsyad, Persis, Muhammadiyah, ada yang ditugaskan untuk menemui tokoh-tokoh bekas Masyumi, sebab kalau NU waktu itu belum menerima Tajdid, terbukti oposisi di BU. Pertemuan bulan yang ke 3 diisi dengan laporan dari para petugas sample; dari petugas sample melaporkan bahwa yang mungkin didirikan itu Muhammadiyah karena di Tegal dan di Slawi ini sudah ada sekolahnya berarti ada pengurusnya. Sedang Persis belum nada, Al Irsyad juga adanya di Tegal.
Kemudian yang menghubungi tokoh-tokoh bekas Masyumi melaporkan, bahwa mereka setuju didirikan ormas islam yang berbadan hukum tapi yang amar ma’ruf nahi mungkar-nya jelas seperti yang tercantum dalam surat An Nisa 140. Akhirnya sidang sepakat untuk mendirikan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Margasari pada tahun 1964 , karena berdirinya cabang itu minimal punya 2 ranting. Maka sekaligus diputuskan ranting pertama yaitu Pimpinan Ranting Muhammadiyah Jembayat, kedua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Margasari. Walaupun pelantikan ini sekaligus Muhammadiyah Aisyiyah dan Pemuda Muhammadiyah tapi yang gerak adalah pemuda.
Hampir tiap malam setelah pelantikan cabang kegiatan pengajian dan pelantikan ranting-ranting terus, apalagi situasi politik sudah memanas menjelang G 30 S PKI kudeta, sehingga semangat berjuang ini tinggi, karena juga mendapat dukungan dari bekas Masyumi. Setelah ranting sudah mencapai 10 ranting, mulai memikirkan pendidikan terutama di tingkat Cabang yakni SMP Muhammadiyah, SD apalagi SMA Muhammadiyah dan Panti Asuhan Putra dan Putri yang tanahnya wakafnya dari warga Muhammadiyah, kecuali panti asuhan putri yang tanahnya membeli.
Selesai pelantikan ranting akhir tahun 1964. Saya mulai memulai kehidupan berkeluarga tahun 1965. Tahun 1966 saya punya anak pertama, mulai usaha dibidang pertanian, pupuk dan hasil bumi. Tahun 1999 saya berangkat haji dengan istri dan ibu, pakai pesawat terbang. Perusahaan penggilingan padi saya kurangi produksinya, hanya melayani di Desa sendiri selama 45 hari (satu setengah bulan).
Adapun bangunan SMA Muhammadiyah Margasari yang waktu itu sedang melanjutkan tahap yang ke II (perluasan) setelah yang pertama bisa ditempati. Saya usahakan pinjaman pada bank agar bangunan tersebut tetap lancar selama saya tinggal menjalankan ibadah haji yang ke II. Karena aktifitas saya di Muhammadiyah Cabang Margasari terus sejak berdirinya Cabang Margasari, tetap ngurus bangunan sejak SMP tahun 1981 dan SMA tahun 1986 sampai Panti Asuhan Putra dan Putri.
Setelah pulangdari ibadah haji, saya mulai lagi mengembangkan usaha saya. Bank saya aktifkan lagi, volume usaha saya tingkatkan terutama kapasitas mesin giling dan mesin poles beras untuk meningkatkan daya saing kualitas beras di pasaran. Bahkan bahan baku saya datangkan dari daerah lain/yang belum dihubungi di waktu sebelum berangkat haji. Seperti dari Sukra Indramayu dan dari Sidorejo Banyumas.
Dengan meningkatnya pemasukan bahan baku (gabah) dari beberapa penjuru, maka kapasitas mesin giling sudah maksimal tapi masih belum mengimbangi pemasukan bahan baku, tahun 1998 membeli lagi Resmil pada adik dari istri saya seluas 4500 M2. Kemudian saya rehab sampai berjalan baik, sehingga pada saat itu tiga resmil saya operasikan dengan maksimal. Bahkan pada musim panen, jalan siang malam, pengiriman beras baik ke pasar umum maupun ke Dolog tiap satu minggu mencapai 150 ton.
Setelah usaha pribadi mulai berkembang dan lancar, saya mulai memikirkan insvestasi pertama merehab rumah yang di Slawi. Dengan penambahan ruko berlantai dua menghadap ke barat, selesai rehab rumah Slawi terus ada orang yang menawarkan rumah di Balapulang depan pasar. Juga ada yang menawarkan ruko di depan kantor pos Balapulang seluas 2000 M2 di sebelah selatan rumah yang didepan pasar. Setelah saya hitung jumlahnya agak besar, dan kalau pakai uang yang sedang untuk modal kerja 3 resmil akan mengganggu likuiditas.
Kemudian mulai saya hitung kerbau yang diparokan pada orang yang nggarap sawah. Waktu itu jumlahnya ada 130 ekor, kemudian saya jual 100 ekor sisanya masih dipelihara. Dari hasil penjualan kerbau tersebut, rumah dan ruko di Balapulang terbeli, bahkan rumahnya saya rehab menjadi dua lantai (bertingkat).
Dibelakang ruko saya bangun Futsal, karena dananya sangat terbatas sehingga dua ruko yang sebelahnya utara saya jual, sehingga didepan rukonya tinggal tujuh buah.
Rekan-rekan Pengurus Pimpinan Cabang Muhammadiyah silaturohmi ada 4 orang waktu itu P. Tatang Tarudi dari Margasari, P. Neseh dari Bedor, P. Patulloh dari Karangdawa nagih janji waktu saya diminta untuk jadi Ketua Cabang Muhammadiyah waktu itu masih jadi Manager PPK Puskud. Saya jawab besok saja kalau sudah selesai tugas di PPK, karena walaupun saya bukan pengurus waktu itu, tetap jadi panitia pendiri baik SMP Muhammadiyah Margasari maupun SMA Muhammadiyah Margasari. Karena saya sudah keluar dari Puskud sesuai janji saya terima maksud 4 orang tersebut.
Sejak tahun 1995 sampai tahun 2005 saya jadi Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Margasari. Alhamdulillah dalam waktu 10 tahun, mulai menata amal usaha Muhammadiyah yang telah ada, saya bawa ke system manajemen satu atap/sentral. Tiap amal usaha Muhammadiyah pertahunnya mengajukan RAB Rencana Anggaran Belanja kemudian kita kembangkan yaitu : Penambahan gedung dan laboratorium, Mandirikan Panti Asuhan Putra dan Panti Asuhan Putri, Menambah/perluasan tanah SMA dengan cara tukar guling dengan PERHUTANI seluas 3500 M2, Membangun Masjid ditanah tersebut
Sehingga kesibukan saya lebih sibuk dibanding waktu masih jadi manager Puskud, karena harus ngurus sawah, 3 resmil, memasarkan hasil produksi dari 3 resmil mencari bahan baku mengurus sekolahan dan karyawan di Muhammadiyah Cabang. Juga masih mengisi pengajian rutin di Desa sendiri, dan di Cabang Margasari. Bahkan terkadang diberi tugas oleh Pengurus Daerah ke Cabang lain. Semoga bermanfaat untuk terus semangat berdakwah melalui Muhammadiyah.
Hendra Apriyadi, MPd, Ketua MPI PDM Kabupaten Tegal