BENGKULU, Suara Muhammadiyah – Indonesia adalah salah satu Negara dengan beban TBC tertinggi di dunia. Merujuk pada laporan Global TBC (WHO, 2019), insiden TBC di Indonesia pada tahun 2018 adalah 845,000 kasus dengan estimasi TBC Resisten Obat sekitar 24,000 kasus. Tercatat bahwa angka notifikasi di tahun 2018 adalah 569,879 kasus; dengan 67% dari semua kasus yang telah ditemukan, sementara sisanya 33% belum terlacak, tidak terobati atau telah ditemukan dan diobati tapi tidak ternotifikasi pada program nasional. Di tahun 2017, setiap jam ada 13 orang meninggal atau sekitar 300 orang per hari karena TBC (Kemenkes, 2018).
Dalam Periode Implementasi Baru (R-NIP), PR ‘Aisyiyah memiliki tugas utama untuk membantu mengeliminasi TBC melalui investigasi kontak dan beberapa program penjangkauan komunitas termasuk melalui lingkungan agama, pertemuan lingkungan sekitar, dan jangkauan untuk menyasar populasi termasuk di area perdesaan dan populasi padat penduduk. Aktivitas yang dilakukan oleh kader dengan arahan dari tenaga kesehatan Puskesmas diantaranya mengunjungi indeks kasus, skrining pasien TBC dan kontak di sekitar rumah pasien, hingga mendampingi pengobatan.
Untuk mengeliminasi TBC, akan membutuhkan lebih banyak pendekatan yang komprehensif dengan melibatkan semua elemen komunitas pada level desa termasuk aparatur kecamatan dan desa, petugas kesehatan, tokoh dan pimpinan agama, komunitas, serta organisasi masyarakat setempat. Dalam hal ini, PR TBC-HIV ‘Aisyiyah mengusung kegiatan Intervensi Desa di 100 desa terpilih. Upaya ini akan dilakukan dengan memberdayakan masyarakat dan komunitas serta pemangku kepentingan yang relevan untuk meningkatkan kesadaran dan perhatian pada TBC. Program intervensi desa juga diusung sebagai bentuk exit strategy dari periode program R-NIP PR TBCHIV ‘Aisyiyah yang akan selesai di 31 Desember 2020. Intervensi desa akan menjadi stimulan program yang terinternalisasi pada Gerakan ‘Aisyiyah Sehat (GRASS) di tingkat desa dan menjadi entry point pada kegiatan Qaryah Thayyibah. Oleh karena itu, pada program intervensi desa, proses transisi pengelolaan program dari PR TBC-HIV ‘Aisyiyah mulai secara bertahap dikelola swadaya oleh masyarakat dan juga secara khusus kepada ‘Aisyiyah sebagai Gerakan perempuan yang kuat.
Khusus untuk Provinsi Bengkulu, perjuangan ‘Aisyiyah dalam penanggulangan Tuberkulosis dijalankan pada Kota Bengkulu dengan 2 Kelurahan yang menjadi focus pilot proyek/kelurahan percobaan. Intervensi Kelurahan di Kota Bengkulu dilaksanakan pada Kecamatan dengan angka penemuan kasus TBC tertinggi, yaitu Kecamatan Kampung Melayu. Kemudian dipersempit dengan 2 kelurahan yaitu Kelurahan Sumber Jaya dan Kelurahan Kandang. Program dimulai sejak Juni 2020, dengan memilih 1 orang masyarakat yang mau menjadi Fasilitator Kelurahan, kemudian dilakukan pelatihan Nasional secara daring.
Berproses sambil belajar, SSR TB-HIV ‘Aisyiyah Kota Bengkulu berhasil mendampingi Kelurahan Sumber Jaya dan Kelurahan Kandang meresmikan Komunitas Masyarakat pada bulan Oktober 2020, ditandai dengan SK Komunitas yang ditandatangani oleh Lurah. Komunitas ini beranggotakan berbagai elemen masyarakat. Komunitas ini terdiri dari unsur tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, pihak puskesmas setempat, pihak pemerintah, UMKM, pasien TB, mantan pasien TB, keluarga pasien, serta relawan.
“Ini merupakan salah satu exit strategy, di detik-detik terakhir kerjasama ‘Aisyiyah-Global Fund, khususnya kami di level SSR ingin ada sesuatu yang bisa terus berjalan dengan tanpa kami nantinya. Walaupun program ini sudah tidak ada, tapi kami harapkan semangatnya sudah kami tularkan ke Komunitas yang sudah terbentuk. Bersamaan dengan terbentuknya Komunitas TB ini, alhmadulillah sudah ada pengajuan untuk meng SK-kan pengurus baru Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah Kandang beberpa minggu lalu, Insyaallah akan segera disusul dengan PRA Kandang Mas, dan PRA Muara Dua, sehingga di harapkan akan lahir 1 Pimpinan CAbang ‘Aisyiyah yang baru karena adanya program TB ini,” papar Koordinator SSR TB-HIV ‘Aisyiyah Kota Bengkulu, Mardhatilla Suyuthie, S.Kep,.M.Sc.
“Kami bersemangat sekali meneruskan apa yang sudah dilakukan temen-temen SSR selama 4 tahun belakangan, harapan kami kedepan aka nada Komunitas-Komunitas di setiap kelurahan yang konsentrasi menanggulangi penyebaran TBC khususnya di Kota Bengkulu, sehingga cita-cita untuk mengeliminasi TBC bisa tercapai,” ungkap kedua Fasilitator Kelurahan Kandang Primareta Widyastuti, S.Pd.I dan Fasilitator Kelurahan Sumber Jaya Nurhayati Sembiring, SHI.
Sedangkan Ketua Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah Selebar Elva Dharmasian, MPd menjelaskan bahwa harapannya komunitas ini akan bermanfaat untuk umat. Ini menjadi salah satu jalan dakwah ‘Aisyiyah kedepannya.