YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) PP Muhammadiyah hari ini (29/10) melaksanakan Jambore Nasional Relawan Muhammadiyah dengan tema “Meneguhkan Gerakan Keagamaan Hadapi Pandemi dan Upaya Pengurangan Resiko Bencana” secara online melalui berbagai media. Jambore ini diikuti oleh semua unsur relawan Muhammadiyah seluruh Indonesia baik dari MDMC sendiri maupun organisasi otonom dan amal usaha Muhammadiyah.
Hadir dalam acara tersebut Ketua PP Muhammadiyah Agus Taufiqurrahman dan Hajriyanto Y. Tohari yang saat ini menjabat sebagai duta besar RI di Lebanon, Deputi Bidang Pencegahan BNPB Lilik Kurniawan, Ketua Lazismu PP Muhammadiyah Hilman Latif dan Ketua MDMC PP Muhammadiyah Budi Setiawan dan dimoderatori oleh Koordinator Divisi Pengurangan Resiko Bencana (PRB) MDMC PP Muhammadiyah sekaligus penyelenggara acara, Budi Santosa.
Mengawali acara, Budi Santosa mengatakan bahwa pertama kalinya jambore relawan Muhammadiyah diselenggarakan secara online. “Semangat jambore online tahun ini memberikan spirit bagi MDMC untuk terus meningkatkan kualitas dan mutu penyelenggaraan program pengurangan risiko bencana bagi masyarakat, satuan pendidikan, rumah sakit dan komunitas lainya” katanya.
Jambore diisi dengan presentasi berbagai kegiatan MDMC dari beberapa wilayah seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Bengkulu serta Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan Pusat Aisyiyah. Banyak kegiatan penanggulangan bencana, penguatan kapasitas relawan dan masyarakat dalam menghadapi bencana dilaksanakan jajaran MDMC di berbagai wilayah di Indonesia.
Budi Setiawan dalam kesempatan memberi sambutan menyampaikan bahwa meskipun secara kelembagaan MDMC baru dibentuk pada tahun 2007 namun kiprah kerelawanan Muhammadiyah dalam bencana sudah setua usia Muhammadiyah itu sendiri. “Sepuluh tahun MDMC sejak diresmikan dalam Muktamar 2010. Sebelum 2010 bukan berarti kegiatan penanggulangan bencana tidak ada,” katanya.
Semangat KH. Ahmad Dahlan mengimplementasikan Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari meliputi berbagai sisi kehidupan manusia termasuk kebencanaan. “Erupsi Gunung Kelud tahun 1919 oleh Sudjak dan kawan-kawan merupakan wujud pemahaman Al Qur’an yang diimmplementasikan secara nyata, inilah Muhammadiyah melakukan respon pertama dalam rangka letusan Gunung Kelud seabad yang lampau,” tambahnya.
Terkait pandemi Covid-19 Budi Setiawan mengatakan bahwa MDMC mendukung penuh jalannya Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC), gugus tugas khusus yang dibentuk PP Muhammadiyah dalam penanganan Covid-19.
Agus Taufiqurrahman, Ketua PP Muhammadiyah yang membidangi kesehatan mengatakan bahwa kegiatan kemanusiaan yang terwadahi melalui MDMC adalah bagian dari amal sholih yang terus berjalan sejak awal Muhammadiyah berdiri. “Seratus tahun lebih Muhammadiyah berkiprah dalam kebencanaan. Seiring dengan amanat Muktamar Makassar bahwa Muhammadiyah lebih melebarkan sayapnya lintas negara, melakukan dakwah internasional,” katanya.
PP Muhammadiyah kata Agus, mengapresiasi dan mendukung penuh apa yang sudah dilakukan para relawan Muhammadiyah karena kegiatan kemanusiaan menjadi bagian dari misi Persyarikatan Muhammadiyah sejak awal didirikan. “Kami mohon kepada seluruh relawan Muhammadiyah untuk senantiasa menjaga spirit ikhlas didalam melayani jihad kemanusiaan ini. Spirit ikhlas inilah yang menjadikan amal sholeh itu bertahan terus dan ada yang melanjutkan. Jangan sampai karena spirit ikhlas itu hilang, menjadi tidak bernilai di hadapan Alloh,“ imbuhnya.
Sementara Ketua Lazismu PP Muhammadiyah Hilman Latif yang turut memberikan pernyataan menyampaikan bahwa dalam masa pandemi Covid-19, Lazismu sebagai pendukung utama pendanaan operasional MDMC dalam kegiatan-kegiatan kemanusiaan kebencanaan mengalami penurunan dalam jumlah penggalangan dana.
Jambore ditutup dengan pemaparan materi dari Deputi Bidang Pencegahan BNPB Lilik Kurniawan yang memaparkan berbagai potensi bencana yang sedang dan akan melanda dalam kuartal keempat tahun 2020 terutama bencana hidrometeorologi. Lilik menekankan pentingnya penguatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana karena bencana terjadi di level masyarakat.
Lilik juga menambahkan bahwa BNPB sekarang berinvestasi untuk melakukan penguatan kapasitas masyarakat, karena berdasarkan sebuah penelitian oleh seorang ahli terhadap korban bencana gempa Kobe, Jepang tahun 1995 yang menemukan fakta bahwa 97% masyarakat yang terdampak gempa saat itu selamat karena ditolong oleh saudara, tetangga atau menyelamatkan diri sendiri karena petugas penyelamat mengalami kesulitan untuk menjangkau mereka. (Budi)