Maulid Nabi dan Intoleransi Umat Beragama

Oleh: Hani Adhani

Di tengah pandemi Covid-19 yang menghinggapi seluruh dunia, ada harapan agar kita sebagai umat manusia berupaya saling membantu, tolong menolong dan gotong royong untuk dapat bertahan bersama sambil menunggu datangnya pertolongan Allah SWT yakni berhasilnya kita umat manusia mencipatakan vaksin yang bisa meminimalisir efek dari virus corona.

Kebaikan dan tolong menolong adalah fitrah manusia yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita. Dalam setiap tindakan dan langkah selalu akan kita temukan titik dimana hati nurani kita akan selalu diingatkan oleh Allah SWT untuk berbuat baik terhadap sesama, meskipun terkadang ada juga godaan lain yang menyebabkan kita malas atau enggan untuk berbuat baik, namun pada akhirnya, semuanya Allah kembalikan kepada kita untuk memilih antara berbuat baik dan berbuat buruk. Tentunya kita sudah memahami bahwa setiap kebaikan dan keburukan akan ada konsekuensinya baik itu di dunia maupun di akherat kelak.

Upaya untuk selalu memiliki effort berbuat baik di tengah pandemi ini harus dilakukan beriringan, dalam artian dilakukan secara bersama-sama dalam masyarakat global yang dimulai dan diawali dengan contoh yang dilakukan oleh para pemimpin di tiap negara baik itu Presiden, Perdana Menteri ataupun Raja dan Ratu. Merekalah yang seharusnya mengawali untuk memberikan contoh yang baik yang bukan hanya dengan tingkah laku yang baik tetapi juga dengan ucapan yang baik yang dapat menetramkan masyarakat.

Intoleransi di Perancis

Baru-baru ini kita mendengar tentang telah terjadinya tragedi tindak pidana pembunuhan terhadap seorang guru di Perancis yang bernama Samuel Patty yang menurut pemberitaan dari berbagai media dilakukan secara keji.

Menurut berbagai sumber pemberitaan, pembunuh guru tersebut adalah seorang muslim dan tindak pidana pembunuhan tersebut terjadinya karena adanya tindakan “intoleran” yang dilakukan oleh guru tersebut yang pada saat sedang melakukan proses belajar yakni mengajarkan tentang kebebasan berekspresi kepada muridnya menampilkan gambar atau karikatur Nabi Muhammad SAW yang menurut guru tersebut adalah sebagai bagian dari kebebasan berekspresi.

Peristiwa tindak pidana pembunuhan tersebut kemudian dipertegas oleh Presiden Perancis yakni Emmanuel Macron yang menyatakan secara tegas bahwa dia akan memerangi “Islam Ekstrimis” dan juga mempertegas bahwa menggambar kartun Nabi Muhammad SAW juga adalah bagian dari kebebasan berekspresi di Negara Perancis.

Presiden Macron juga memberikan penghargaan kepada Samuel Patty yang telah memperlihatkan gambar kartun Nabi Muhammad tersebut dan tambah lagi setelah itu setidaknya ada bebeapa gedung di Perancis yang secara sengaja memasang gambar karikatur Nabi Muhammad SAW.

Akibat dari ucapan dan tindakan Presiden Macron tersebut akhirnya berimbas kepada kita sebagai bagian dari umat Islam dunia. Nabi Muhammad SAW yang sangat kita cintai dan kita kagumi telah dengan sengaja di hina dengan gambar karikatur oleh Negara Perancis dengan tujuan untuk menunjukan kepada dunia bahwa Perancis adalah negara liberal yang sekuler yang lebih mengutamakan kebebasan berekspresi diatas segalanya.

Demontrasi Anti Perancis

Imbas dari tindakan Presiden Macron pada akhirnya telah menyebabkan umat Islam diseluruh dunia mengutuk dan mengecam tindakan tersebut.

Demontrasi dilakukan di seluruh negara yang mayoritas beragama Islam. Selain itu, beberapa tokoh negara mayoritas muslim telah melakukan protes terhadap ucapan dan tindakan Presiden Macron dan menyayangkan terhadap ucapan dan tindakan yang dilakukan oleh Presiden Macron sehingga pada akhirnya menyebabkan munculnya konflik antar umat beragama.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, malah mengingatkan dan menyampaikan hal yang cukup penting kepada Presiden Macron bahwa ucapan dan tindakan Presiden Macron tersebut akan memunculkan letupan “perang antara agama” seperti halnya perang salib. Upaya untuk mengingatkan Presiden Macron oleh Presiden Erdogan malah dibalas oleh Presiden Macron dengan seruan untuk memboikot produk Turki dan juga majalah Charlie Hebdo kembali berulah dengan tampilan gambar karikatur yang tidak senonoh yang mirip Presiden Erdogan yang bertujuan untuk menghina Presiden Erdogan. 

Hanya beberapa saat setelah pernyataan dari Presiden Macron yang kemudian di respon oleh Presiden Erdogan pada akhirnya menjadikan suasana dunia menjadi semakin “panas”. Gejolak demontrasi hampir terjadi di seluruh negara mayoritas muslim yang kemudian ditindaklanjuti dengan seruan untuk memboikot produk asal negara Perancis yang memang cukup banyak digunakan oleh masyarakat muslim yakni mulai dari produk makanan, kosmetik, fashion, hingga otomotif.

Seruan boikot muncul bak “tsunami” yang menghiasai hampir semua media sosial dan juga berlanjut ke pesan berantai antar groups whatapps yang menampilkan video singkat tentang Pidato Presiden Macron saat memberikan penghargaan kepada Samuel Patty, pidato Presiden Erdogan yang menentang ucapan dan tindakan Presiden Macron, gambar kartun Nabi Muhammad yang dipajang di beberapa gedung di Perancis hingga seruan untuk melakukan demontrasi dan memboikot produk asal Perancis.

Pemberitaan tersebut terus menerus menghiasai layar kaca handphone umat muslim di seluruh dunia yang semakin menambah suasana dunia dihinggapi dengan kecemasan. Tambah lagi, dengan adanya anjuran dari Presiden Macron yang meminta agar masyarakat Perancis yang berada di negara mayoritas Isam untuk berhati-hati semakin menambah prasangka tidak baik yang merambah hampir ke seluruh negara di dunia bahwa gejolak intoleransi ini akan semakin terus memanas.

Menjaga Kehormatan Nabi Muhammad SAW

Tepat pada tanggal 29 Oktober 2020 (12 Rabiul Awal) kita umat muslim di seluruh dunia memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Adanya peristiwa intoleransi di Perancis tentunya memberikan imbas yang cukup besar terhadap kita sebagai umat muslim. Pastinya kita tidak rela apabila Nabi Muhammad SAW secara sengaja di hina dan di ejek dengan gambar karikatur dan itu dilakukan secara terstruktur oleh Negara Perancis.

Terhadap peristiwa intoleransi di Perancis tersebut, kita sebagai umat muslim dan negara dengan mayoritas beragama Islam terbesar di dunia berkewajiban untuk menunjukan kecintaan kita kepada nabi kita dengan mengutuk dan mengecam tindakan intoleransi tersebut.

Demonstrasi yang beradab, boikot terhadap produk Perancis, nota protes diplomatik ke Pemerintah Perancis, gugatan internasional dan tindakan hukum internasional melalui pengadilan internasional yang relevan wajib kita lakukan sebagai bagian dari ikhtiar kita untuk menunjukan rasa cinta kita kepada nabi kita dan menunjukan kepada dunia bahwa apa yang dilakukan oleh Presiden Macron adalah salah dan telah merusak suasana toleransi umat beragama sehingga akan berimbas kepada stabilitas dan suasana damai dunia.

Kita berharap agar upaya protes, demonstrasi dan boikot serta gugatan hukum internasional yang dilakukan secara serentak di seluruh dunia ini akan dilakukan secara terus menerus dan konsisten sehingga memberikan efek jera kepada Perancis sehingga Presiden Macron pada akhirnya akan menyadari bahwa tindakan dan ucapannya adalah salah sehingga pada akhirnya akan meminta maaf kepada kita semua umat Islam di seluruh dunia sehingga pemimpin negara lainnya yang bukan muslim juga akan ikut memahami akan arti pentingnya toleransi antar umat beragama untuk menjaga stabilitas dan suasana damai di dunia ini.

Tentunya, Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW sedang melihat kita saat ini, tentang sejauh mana tindakan dan effort kita dalam upaya menjaga agama Islam, menjaga kehormatan nabi kita, memerangi kedzhaliman dan berjihad menegakan amar ma’ruf nahi munkar.

Insha Allah, sekecil apapun sikap, ucapan dan tindakan kita yang dilakukan sebagai upaya untuk menjaga kehormatan agama Islam, menjaga kehormatan nabi kita akan dibalas oleh Allah SWT.  

Yaa nabii salaam ‘alaika, Yaa Rasuul salaam ‘alaika. Yaa habiib salaam ‘alaika, sholawaatullaah ‘alaika.

Hani Adhani, Anggota PCIM Malaysia. PhD Candidate, AIKOL, IIUM Malaysia. Alumni FH UMY

Exit mobile version